Jamu
telah lama dikenal dan banyak dikonsumsi oleh berbagai kalangan
masyarakat, baik itu kalangan bawah, menengah, maupun kalangan atas.
Cara pemakaian sendiri tetap sama dengan budaya jamu dari jaman dulu,
yaitu diminum maupun dipergunakan/ dioleskan. Meskipun kini jamu bisa
dibeli jadi berupa bubuk dalam bungkusan, pil, kapsul, minuman ataupun
berupa krem atau salep.
Namun, di beberapa wilayah masih banyak ditemui
penjual jamu gendong yang menjajakan dagangannya. Ciri khas dari penjual
jamu gendong sendiri tetap dipertahankan, yaitu perempuan membawa bakul
yang di dalamnya berisi botol jamu dengan cara digendong, sementara
tangan kiri memegang ember untuk mencuci gelas setelah dipakai untuk
minum jamu.
Berdasarkan sejarahnya, jamu gendong termasuk melegenda di Indonesia
sebagai negara yang punya tumbuhan obat terlengkap nomor dua di dunia.
Berdasarkan sejarahnya, obat tradisonal yang terbuat dari akar, daun,
maupun umbi-umbian tersebut muncul pertama kali dalam tradisi keraton
Jawa. Setelah itu jamu diajarkan ke masyarakat dan dipasarkan dengan
cara dipikul maupun digendong.
Saat ini kebanyakan masyarakat masih berminat untuk mengkonsumsi jamu
gendong sebagai salah satu upaya untuk perawatan kesehatan. Walaupun
secara umum sudah diketahui manfaat jamu gendong, namun secara tertulis
belum banyak yang mengidentifisikasi khasiat dan manfaat dari sudut
pandang penjualnya. Di samping itu, diperkirakan resep jamu gendong
bervariasi, sedangkan pencatatan atau dokumentasi tentang resep jamu
gendong tidak banyak dilakukan sehingga sulit diperoleh gambaran secara
pasti.
Masyarakat luas sudah banyak mengenal produk-produk yang biasa dijual
oleh penjual jamu gendong beserta khasiatnya. Jamu-jamu tradisonal yang
selama ini populer di kalangan masyarakat antara lain:
Jamu Beras Kencur, Jamu beras kencur dikatakan oleh
sebagian besar penjual jamu sebagai jamu yang dapat menghilangkan
pegal-pegal pada tubuh. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur,
tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul bila
bekerja terlalu payah. Selain itu, banyak pula yang berpendapat bahwa
jamu beras kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan
meningkat dan tubuh menjadi lebih sehat.
Dalam pembuatan jamu beras kencur, terdapat beberapa variasi bahan
yang digunakan, namun terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu
dipakai, yaitu beras dan kencur. Kedua bahan ini sesuai dengan nama
jamu, dan jamu ini selalu ada meskipun komposisinya tidak selalu sama di
antara penjual jamu. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam
racikan jamu beras kencur adalah biji kedawung, rimpang jahe, biji
kapulogo, buah asam, kunci, kayu keningar, kunir, jeruk nipis, dan buah
pala. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan
seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan.
Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu direbus dan
dibiarkan sampai dingin, kemudian disediakan sesuai kebutuhan. Mula-mula
beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain
sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu
besi atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas, dan disaring
dengan saringan atau diperas melalui kain pembungkus bahan. Sari
perasan bahan dicampurkan ke dalam air matang yang sudah tersedia,
diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol.
Jamu Kunir Asam, Jamu Kunir asam dikatakan oleh
sebagian besar penjual jamu sebagai jamu ‘adem-ademan atau
seger-segeran’ yang dapat diartikan sebagai jamu untuk menyegarkan tubuh
atau dapat membuat tubuh menjadi dingin. Ada pula yang mengatakan
bermanfaat untuk menghindarkan dari panas dalam atau sariawan, serta
membuat perut menjadi dingin. Seorang penjual jamu mengatakan bahwa jamu
jenis ini baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil muda dan dapat
menyuburkan kandungan. Ada pula penjual jamu yang menganjurkan minum
jamu kunir asam untuk melancarkan haid.
Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu,
yaitu direbus sampai mendidih dan jumlahnya sesuai kebutuhan.
Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar
menggunakan lumpang dan alu besi atau batu atau diiris tipis-tipis
(kunyit), dimasukkan ke dalam air mendidih dan direbus sampai mendidih
beberapa saat. Selanjutnya, ditambahkan gula (atau pemanis buatan)
sampai diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Rebusan yang
diperoleh dibiarkan sampai agak dingin, kemudian disaring dengan
saringan. Rebusan yang sudah disaring dibiarkan dalam panci dan
selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.
Jamu Cabe Puyang, Jamu cabe puyang dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu ‘pegal linu’. Artinya, untuk menghilangkan cikalen,
pegal, dan linu-linu di tubuh, terutama pegal-pegal di pinggang. Namun,
ada pula yang mengatakan untuk menghilangkan dan menghindarkan
kesemutan, menghilangkan keluhan badan panas dingin atau demam. Seorang
penjual mengatakan minuman ini baik diminum oleh ibu yang sedang hamil
tua.
Bahan dasar jamu cabe puyang adalah cabe jamu dan puyang. Tambahan
bahan baku lain dalam jamu cabe puyang sangat bervariasi, baik jenis
maupun jumlahnya. Bahan lain yang ditambahkan antara lain temu ireng,
temulawak, jahe, kudu, adas, pulosari, kunir, merica, kedawung,
keningar, buah asam, dan kunci. Sebagai pemanis digunakan gula merah
dicampur gula putih dan kadangkala mereka juga mencampurkan gula buatan
serta dibubuhkan sedikit garam. Cara pengolahannya sama dengan
pengolahan jamu kunir asam.
Jamu Pahitan, Jamu pahitan dimanfaatkan untuk
berbagai masalah kesehatan. Penjual jamu memberikan jawaban yang
bervariasi tentang manfaat jamu ini, namun utamanya adalah untuk
gatal-gatal dan kencing manis. Penjual yang lain mengatakan manfaatnya
untuk ‘cuci darah’, kurang nafsu makan, menghilangkan bau badan,
menurunkan kolesterol, perut kembung/sebah, jerawat, pegal, dan pusing.
Bahan baku dasar dari jamu pahitan adalah sambiloto. Racikan pahitan
sangat bervariasi, ada yang hanya terdiri dari sambiloto, tetapi ada
pula yang menambahkan bahan-bahan lain yang rasanya juga pahit seperti
brotowali, widoro laut, doro putih, dan babakan pule. Ada pula yang
mencampurkan bahan lain seperti adas dan atau empon-empon (bahan rimpang
yang dipergunakan dalam bumbu masakan).
Pembuatan jamu pahitan adalah dengan merebus semua bahan ke dalam air
sampai air rebusan menjadi tersisa sekitar separuhnya. Cara ini
dimaksudkan agar semua zat berkhasiat yang terkandung dalam bahan dapat
larut ke dalam air rebusan. Sebagai hasil akhirnya, diperoleh rebusan
dengan rasa sangat pahit. Khusus jamu pahitan, tidak diberikan gula atau
bahan pemanis lain. Sebagai penawar rasa pahit, konsumen minum jamu
gendong lain yang mempunyai rasa manis dan segar seperti sinom atau
kunir asam.
Untuk Pengolahan jamu sendiri secara umum dapat dibedakan menjadi dua
macam. Pertama dengan merebus seluruh bahan dan kedua dengan cara
mengambil/ memeras sari yang terkandung dalam jamu, kemudian dituangkan
ke dalam air matang. Cara-cara tersebut dilakukan mengikuti cara yang
dilakukan pendahulunya yang dilakukan secara sederhana dan tradisional.
Perbedaan yang ada kemungkinan hanya pada peralatan yang digunakan.
Misalnya, dahulu lebih banyak menggunakan pipisan batu sekarang lebih
disukai dengan ditumbuk bahkan ada yang menggunakan alat listrik
(blender). Alat untuk merebus dahulu banyak menggunakan ‘kendil’ yang
terbuat dari tanah liat kini berganti dengan panci email.
Di samping bahan pokok, terdapat variasi bahan baku yang merupakan
bahan tambahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki warna, rasa, maupun
khasiat. Variasi ini memberikan perbedaan rasa dan khasiat jamu yang
menjadi andalan dari masing-masing pembuat jamu. Upaya tersebut mereka
lakukan untuk memenuhi selera konsumen berdasarkan pengalaman mereka
sehari-hari dalam menjajakan jamu.
Sebagai pemanis rasa jamu, pada umumnya digunakan gula merah dan atau gula pasir, tetapi ada pula yang menambahkan gula obat (saccharin).
Tindakan tersebut dilakukan kemungkinan untuk menekan harga mengingat
cukup mahalnya harga gula sedangkan untuk menaikkan harga jual jamu akan
mempengaruhi kemampuan beli konsumen atau adanya keinginan dari pembuat
jamu gendong agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Dioalah dari berbagai sumber
Sumber utama: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI
Sumber gambar : http://www.pontianakpost.com/uploads/berita/dir11062009/img11062009199921.jpg
Sumber : http://bisnisukm.com/jamu-gendong-masih-dicari-dan-diminati.html