Tampilkan postingan dengan label GURU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label GURU. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Oktober 2014

SOSOK DAN KRITERIA GURU PROFESIONAL YANG IDEAL MENURUT AL-GHAZALI


TeachingStrategies-Main
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh...
Secara akademis, pendidik adalah tenaga kependidikan, yakni anggota masyarakat mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang berkualifikasi sebagai pendidik, dosen, konselor, pamong belajar, dan lain-lain.
Sedangkan secara istilah, pendidik adalah orang-orang yang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotor sesuai dengan ajaran islam.
Sosok Guru Profesional yang Ideal Menurut Al-Ghazali
Menurut al-Ghazali, guru dalam pengertian akademik ialah seseorang yang menyampaikan sesuatu kepada orang lain atau seseorang yang menyertai sesuatu institusi untuk menyampaikan ilmu pengatahuan kepada pelajarnya. Selain itu al-Ghazali mengartikan mendefinisikan guru sebagai seorang yang menyampaikan suatu baik, positif, kreatif atau membina kepada seseorang yang berkemauan tanpa umur walaupun terpaksa melalui pelbagai cara dan strategi dengan tanpa mengharapkan ganjaran (gaji). Al-Ghazali menjelaskan bahwasannya sosok guru professional yang ideal yaitu sebagai berikut :
  1. Guru professional yang ideal yaitu guru yang mempunyai akal cerdas, mempunyai akhlak yang sempurna, dan mempunyai fisik yang kuat. Guru harus mempunyai sifat ini karena dengan akal yang cerdas maka guru akan mempunyai ilmu pengetahuan yang mendalam. Dengan akhlak yang sempurna maka guru akan menjadi teladan yang baik terhadap peserta didiknya. Dan dengan mempunyai fisik yang kuat maka seorang guru akan dapat membimbing peserta didiknya dengan baik.
  2. Guru yang mempunyai tanggung jawab besar dalam mengajar, membimbing, dan mengarahkan peserta didiknya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan membantu peserta didiknya menghadapi kehidupan di dunia dan akhirat.
  3. Guru yang dapat memahami perbedaan kejiwaan anak dan kemampuan intelektual anak. Guru harus memiliki kemampan ini karena peserta didik mempunyai perbedaan kemampuan intelektual setiap umurnya. Selain itu guru juga harus dapat memberikan materi kepada muridnya dengan cara sistematis. Jadi, murid harus memahami dahulu pelajaran sekarang baru melanjutkan pelajaran yang selanjutnya.
  4. Guru harus mempunyai rasa kasih sayang terhadap muridnya ketika proses belajar mengajar tidak boleh menggunakan cacian, makian, dan kekerasan lainnya, belas kasihan dan kasih sayang sangat dibutuhkan dalam mendidik guru pun harus menganggap seperti anaknya sendiri.
  5. Kewajiban menyampaikan ilmu pengetahuan merupakan kewajiban agama Islam, jadi guru pun harus mempunyai sifat ikhlas dalam menyampaikan ilmu pengetahuannya dan tidak boleh mengharapkan upah dari orang lain.
  6. Seorang guru professional ideal hendaknya guru yang bisa memahami perbedaan potensi pada setiap peserta didiknya, dan menerima kekurangan potensi peserta didik. Dengan memperlakukan sesuai dengan potensi peserta didiknya.
  7. Seorang guru yang baik menurut al-Ghazali yaitu guru yang tidak hanya memahami tingkat kecerdasan anak akan tetapi juga guru yang dapat memahami tabi‟at, bakat, dan juga kejiwaan muridnya. Guru harus bisa memperlakukan muridnya menurut kemampuannya.Al-Ghazali benar-benar memperhatikan professional guru dalam mendidik anak. Guru harus professional terhadap semua sisi pendidikan anak.
Kriteria Guru Menurut Al-ghazali
Seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing”. Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.
Untuk menjadi seorang pendidik yang baik, Imam Al-Ghazali menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Menjelaskan kriteria guru yang baik dari kitab Ihyaa Ulumuddin yang merupakan karya monumental Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan di atas, seorang guru juga harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagai berikut
Pertama, Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru, maka sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang. Sifat ini dinilai penting karena akan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa tenteram pada diri murid terhadap gurunya. Hal ini pada gilirannya dapat menciptakan situasi yang mendorong murid untuk menguasai ilmu yang diajarkan oleh seorang guru.
Kedua, karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap orang alim (berilmu), maka seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajarnya itu. Seorang guru harus meniru Rasulullah SAW. yang mengajar ilmu hanya karena Allah, sehingga dengan mengajar itu ia dapat bertaqarrub kepada Allah. Demikian pula seorang guru tidak dibenarkan minta dikasihani oleh muridnya, melainkan sebaliknya ia harus berterima kasih kepada muridnya atau memberi imbalan kepada muridnya apabila ia berhasil membina mental dan jiwa. Murid telah memberi peluang kepada guru untuk dekat pada Allah SWT. Namun hal ini bisa terjadi jika antara guru dan murid berada dalam satu tempat, ilmu yang diajarkan terbatas pada ilmu-ilmu yang sederhana, tanpa memerlukan tempat khusus, sarana dan lain sebagainya. Namun jika guru yang mengajar harus datang dari tempat yang jauh, segala sarana yang mendukung pengajaran harus diberi dengan dana yang besar, serta faktor-faktor lainnya harus diupayakan dengan dana yang tidak sedikit, maka akan sulit dilakukan kegiatan pengajaran apabila gurunya tidak diberikan imbalan kesejahteraan yang memadai.
Ketiga, seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya. Ia tidak boleh membiarkan muridnya mempelajari pelajaran yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran yang sebelumnya. Ia juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu tanpa peringatan kepada muridnya bahwa tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT,. Dan bukan untuk mengejar pangkat, status dan hal-hal yang bersifat keduniaan. Seorang guru tidak boleh tenggelam dalam persaingan, perselisihan dan pertengkaran dengan sesama guru lainnya.
Keempat, dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Dalam hubungan ini seorang guru hendaknya jangan mengekspose atau menyebarluaskan kesalahan muridnya di depan umum, karena cara itu dapat menyebabkan anak murid yang memiliki jiwa yang keras, menentang, membangkang dan memusuhi gurunya. Dan jika keadaan ini terjadi dapat menimbulkan situasi yang tidak mendukung bagi terlaksananya pengajaran yang baik.
Kelima, seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan murid-muridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus bersikap toleran dan mau menghargai keahlian orang lain. Seorang guru hendaknya tidak mencela ilmu-ilmu yang bukan keahliannnya atau spesialisasinya. Kebiasaan seorang guru yang mencela guru ilmu fiqih dan guru ilmu fiqih mencela guru hadis dan tafsir, adalah guru yang tidak baik.
Keenam, seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu. Dalam hubungan ini, Al-Ghazali menasehatkan agar guru membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan batas kemampuan pemahaman muridnya, dan ia sepantasnya tidak memberikan pelajaran yang tidak dapat dijangkau oleh akal muridnya, karena hal itu dapat menimbulkan rasa antipati atau merusak akal muridnya.
Ketujuh, seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru yang di samping memahami perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami bakat, tabiat dan kejiawaannya muridnya sesuai dengan tingkat perbedaan usianya. Kepada murid yang kemampuannya kurang, hendaknya seorang guru jangan mengajarkan hal-hal yang rumit sekalipun guru itu menguasainya. Jika hal ini tidak dilakukan oleh guru, maka dapat menimbulkan rasa kurang senang kepada guru, gelisah dan ragu-ragu.
Kedelapan, seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh kepada prinsip yang diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa. Dalam hubungan ini Al-Ghazali mengingatkan agar seorang guru jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang bertentangan dengan prinsip yang dikemukakannya. Sebaliknya jika hal itu dilakukan akan menyebabkan seorang guru kehilangan wibawanya. Ia akan menjadi sasaran penghinaan dan ejekan yang pada gilirannya akan menyebabkan ia kehilangan kemampuan dalam mengatur murid-muridnya. Ia tidak akan mampu lagi mengarahkan atau memberi petunjuk kepada murid-muridnya.
Dari delapan sifat guru yang baik sebagaimana dikemukakan di atas, tampak bahwa sebagiannya masih ada yang sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guru yang mengajarkan pelajaran secara sistematik, yaitu tidak mengajarkan bagian berikutnya sebelum bagian terdahulu dikuasai, memahami tingkat perbedaan usia, kejiwaan dan kemampuan intelektual siswa, bersikap simpatik, tidak menggunakan cara-cara kekerasan, serta menjadi pribadi panutan dan teladan adalah sifat-sifat yang tetap sejalan dengan tuntutan masyarakat modern.
Sekian dan semoga bisa menjadi bahan masukan dan renungan bagi kita semua kedepanya.
Lihat Selengkapnya »»  

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA GURU



kinerja-guru

Assalmualaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh
Selamat Sore guru-guru di seluruh Indonesia
Mari berbagi ilmu dan pengetahuan dengan sesama, perkaya wawasan dengan membaca.
Secara umum dapat dikatakan bahwa guru adalah sosok orang yang memiliki kelebihan, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun kepribadiannya, yang berusaha secara sadar dan sengaja untuk mentransfer kelebihan tersebut kepada satu atau beberapa orang yang menjadi muridnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya tingkat pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan, kemampuan manajerial kepala sekolah dan lain-lain.
Pertama, tingkat pendidikan guru akan sangat mempengaruhi baik tidaknya kinerja guru. Kemampuan seorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya, karena melalui pendidikan itulah seseorang mengalami proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Selama menjalani pendidikannya seseorang akan menerima banyak masukan baik berupa ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan mempengaruhi pola berpikir dan prilakunya. Ini berarti jika tingkat pendidikan seseorang itu lebih tinggi maka makin banyak pengetahuan serta ketrampilan yang diajarkan kepadanya sehingga besar kemungkinan kinerjanya akan baik karena didukung oleh bekal ketrampilan dan pengetahuan yang diperolehnya.
Kedua, faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah supervisi pengajaran yaitu serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya. Kepala sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan penelitian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan pengembangan pengajaran berupa perbaikan program dan kegiatan belajar mengajar. Sasaran supervisi ditujukan kepada situasi belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya tujuan pendidikan secara optimal.
Ketiga, kinerja guru juga dipengaruhi oleh program penataran yang diikutinya. Untuk memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. Hal ini menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara penyampaian materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk iitu guru perlu mengikuti program-program penataran.
Keempat, iklim yang kondusif di sekolah juga akan berpengaruh pada kinerja guru, di antaranya : pengelolaan kelas yang baik yang menunjuk pada pengaturan orang (siswa), maupun pengaturan fasilitas (ventilasi, penerangan, tempat duduk, dan media pengajaran). Selain itu hubungan antara pribadi yang baik antara kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan sekolah akan membuat suasana sekolah menyenangkan dan merupakan salah satu sumber semangat bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.
Kelima, agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula kondisi mental guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula.
Keenam, tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru benar-benar berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus diperhatikan tingkat pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan lainnya seperti pemberian intensif, kenaikan pangkat/gaji berkala, asuransi kesehatan dan lain-lain.
Ketujuh, peningkatan kinerja guru dapat dicapai apabila guru bersikap terbuka, kreatif, dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana kerja yang demikian ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan di sekolahnya.
Kedelapan, kemampuan manajerial kepala sekolah akan mempunyai peranan dalam meningkatkan kinerja guru. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan suatu pola kerjasama antara manusia yang saling melibatkan diri dalam satu unit kerja (kelembagaan). Dalam proses mencapai tujuan pendidikan, tidak bisa terlepas dari dari kegiatan administrasi.
Kegiatan adminstrasi sekolah mencakup pengaturan proses belajar mengajar, kesiswaan , personalia, peralatan pengajaran, gedung, perlengkapan, keuangan serta hubungan masyarakat. Dalam proses administrasi terdapat kegiatan manajemen yang meliputi kemampuan membuat perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Bila kepala sekolah memiliki kemampuan manajerial yang baik, maka pengelolaan terhadap komponen dan sumber daya pendidikan di sekolah akan baik, ini akan mendukung pelaksanaan tugas guru dan peningkatan kinerjanya.
Kinerja guru di dalam organisasi sekolah pada dasarnya ditentukan oleh kemampuan dan kemauan guru dalam ikut serta mendukung proses belajar mengajar. Faktor ini merupakan potensi guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk mendukung kebutuhan sarana pendidikan di sekolah.
Dalam meningkatkan kinerja Burhanudin mengemukakan bahwa: usaha-usaha meningkatkan kinerja kerja adalah:
1. Memperhatikan dan memenuhi tuntutan pribadi dan organisasi
2. Informasi jabatan dan tugas setiap anggota organisasi
3. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan secara efektif terhadap para anggota organisasi sekolah
4. Penilaian program staf sekolah dalam rangka perbaikan dan pembinaan serta pengembangan secara optimal
5. menerapkan kepemimpinan yang transaksional dan demokratis.
Selanjutnya Barnet Silalahi mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kerja adalah:
1. Imbalan finansial yang memadai
2. Kondisi fisik yang baik
3. Keamanan
4. Hubungan antar pribadi
5. Pengakuan atas status dan kehormatannya
6. Kepuasan kerja.
Untuk mendukung keberhasilan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya maka A.Tabrani Rusyan, dkk. mengemukakan bahwa: “Keberhasilan kinerja guru didukung oleh beberapa faktor yakni: (1) Motivasi kinerja; (2) Etos kinerja; (3) Lingkungan kinerja; (4) Tugas dan tanggung jawab serta (5) Optimalisasi kinerja.”
1. Motivasi Kinerja Guru
Kinerja kita berhasil apabila ada motivasi yang akan menggerakkan kita untuk bekerja lebih bersemangat. Dalam hal ini Sardiman AM. berpendapat bahwa:
a. Motivasi dari dasar pembentukannya
b. Menurut pembagian dari Woord Worth dan Marquis
c. Motivasi jasmani dan rohani
d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Sedangkan menurut A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa: “Motivasi terbagi dua yakni intrinsik dan ekstrinsik.” Dengan ketekunan keyakinan dan usaha yang sungguh-sungguh serta adanya motivasi yang kuat, maka guru akan dapat mengemban tugasnya dengan sebaik-baiknya dan berusaha meningkatkan keberhasilan kinerjanya, meskipun banyak rintangan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas.
2. Etos Kinerja Guru
Dalam meningkatkan budaya kinerja dibutuhkan etos kerja yang baik, karena etos kerja memiliki peluang yang besar dalam keberhasilan kinerja. Soebagio Admodiwirio mengemukakan pengertian etos kerja sebagai berikut: “Etos kerja adalah landasan untuk meningkatkan kinerja pegawai.” Sedangkan A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa: “Etos kerja guru merupakan etika kerja yang terdapat dalam diri guru untuk berbuat yang tertuju pada suatu tujuan pendidikan.”
Setiap guru memiliki etos kerja yang berbeda-beda. Guru yang tidak memiliki etos kerja akan bekerja asal-asalan, sedangkan guru yang memiliki etos kerja yang baik akan bekerja penuh tanggung jawab dan pengabdian, karena pelaksanaan etos kerja merupakan upaya produktivitas kerja yang mendukung kualitas kerja.
3. Lingkungan Kinerja Guru
Lingkungan yang baik untuk bekerja akan menimbulkan perasaan nyaman dan kerasan dalam bekerja. Moekijat mengatakan bahwa: “Faktor penting dari kondisi kerja fisik dalam kebanyakan kantor adalah penerangan, warna, musik, udara dan suara.” Sedangkan A.Tabrani Rusyan mengatakan bahwa: “Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru dalam melaksanakan tugas secara efektif dan efisien adalah lingkungan sosial psikologis dan lingkungan fisik.”
Dengan lingkungan yang baik akan dapat meningkatkan semangat kerja para guru sehingga produktivitas kinerja meningkat, kualitas kinerja lebih baik dan prestise sekolah bertambah baik yang selanjutnya menarik pelanggan datang ke sekolah. Sedangkan lingkungan kotor, kacau, hiruk pikuk dan bising dapat menimbulkan ketegangan, malas dan tidak konsentrasi bekerja.
4. Tugas Dan Tanggung Jawab
Guru memiliki tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan pendidikan di sekolah. Guru dapat berperan serta dalam melaksanakan kegiatan di sekolah. Karena dengan adanya peran serta dari guru maka kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar.
5. Optimalisasi Kelompok Kerja Guru
Guru melakukan pembentukan kelompok dalam melaksanakan pekerjaannya, karena dengan adanya pembentukan kelompok maka guru dapat melaksanakan kegiatan sekolah dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dirawat, Busra Lamberi dan Sukarto Indrafachrudi membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kedalam dua kategori yakni: “Faktor internal dan faktor eksternal”. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerjanya.
Begitu juga dengan guru yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan masyarakat khususnya orang tua siswa lainnya dalam meningkatkan kinerjanya agar kegiatan sekolah dapat tercapai dengan baik.

Lihat Selengkapnya »»  

Kamis, 09 Mei 2013

Daftar Guru Belum Bersertifikat Pendidik

Pilih Pencarian, lalu isikan NUPTK anda...!

klik disini 

 

Kriteria untuk menampilkan daftar guru belum bersertifikat pendidik per kab/kota. Pencarian untuk mencari guru melalui NUPTK


Validasi data selesai dilakukan per 7 Mei 2012, data tidak valid sudah dikeluarkan dari daftar calon peserta :
  • Jenjang dan atau tempat tugas tidak diisi
  • Bidang studi TIK, tidak memenuhi kriteria untuk bidang studi TIK
  • Usia libih besar atau sama dengan 59 tahun atau usia kurang dari 16 tahun
Selama proses sertifikasi guru, pada tahap sebelum maupun sesudahnya, tidak dipungut biaya apapun
Lihat Selengkapnya »»  

Jumat, 03 Mei 2013

9 Macam Kecerdasan Menurut Howard Gardner

Prof. Dr. Howard Gardner adalah seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard AS yang merumuskan teorinya Multiple Intelligences ( kecerdasan ganda / majemuk ).


Menurut penelitian Howard Gardner, di dalam diri setiap anak tersimpan sembilan jenis kecerdasan yang siap berkembang. Ia memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas tersebut menjadi sembilan kategori yang komprehensif atau sembilan macam kecerdasan dasar.

9 Macam Kecerdasan Menurut Howard Gardner

Kecerdasan linguistik (Linguistic intelligence)
Kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata – kata secara efektif baik secara oral maupun secara tertulis
contohnya pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, orator Tokoh terkenal seperti : Sukarno, Paus Yohanes Paulus II, Winston Churhill.
9 Macam Kecerdasan Menurut Howard Gardner
Kecerdasan matematis-logis (Logical – mthematical intelligence)
Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika . Jalan pikiran bernalar dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat .
contohnya matematikus, programer, logikus.Tokoh terkenal seperti : Einstein (ahli fisika), Habibie (ahli pesawat)

Kecerdasan ruang(Spatial intelligence)

Kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat dan kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat serta mempunyai daya imaginasi secara tepat.
contohnya pemburu, arsitek, dekorator. Tokoh terkenal seperti Sidharta (pemahat), Pablo Pacasso (pelukis)

Kecerdasan kinestetic-badani (bodily- kinesthetic intelligence)
Kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan .
contohnya aktor, atlet, penari ahli bedah. Tokoh terkenal seperti : Charlie Chaplin (pemain pantonim yang ulung), Steven Seagal (actor)

Kecerdasan musikal (Musical intelligence)
Kemampuan untuk mengembangkan , mengekspresikan dan menikmati bentuk – bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi, dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik.
contohnya komponis .Tokoh terkenal seperti Beethoven, Mozart.

Kecerdasan interpersonal (Interpersonal intelligence)

Kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan , intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain.
Kemampuan yang menonjol dalam berelasi dan berkomunikasi  dengan berbagai orang.
contohnya komunikator, fasilitator. Tokoh terkenal Mahatma Gandhi (tokoh perdamaian India), Ibu Teresa (Pejuang kaum miskin)

Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal intelligence)
Kemampuan berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengalaman diri serta mampu berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran tinggi akan gagasan – gagasan . Mereka mudah berkonsentrasi  dengan baik, suka bekerja sendiri dan cenderung pendiam
contohnya para pendoa batin.

Kecerdasan lingkungan/aturalis (Naturalist intlligence)
Kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik.
Tokoh terkenal Charles Darwin

Kecerdasan eksistensial (Exixtential  intlligence)
Kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan – persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia.
contohnya persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini. Tokoh terkenal seperti Plato, Sokrates, Thomas Aquina.

sumber
Lihat Selengkapnya »»  

Kamis, 25 April 2013

Daftar Gaji Baru PNS 2013

Pemerintah akhirnya pada tanggal 11 April 2013 mengeluarkan/menerbitkan dasar hukum kenaikan gaji PNS baru.

Presiden telah menandatangani PP Nomor 22 Tahun 2013 tentang Perubahan Kelimabelas atas PP No. 7 Tahun 1977 tentang peraturan gaji PNS.

Seperti biasa PP ini berlaku per 1 Januari 2013 dan selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan juknis dari Dirjen Perbendaharaan. Mengantisipasi pengajuan gaji bulan Juni sebagai dasar pemberian gaji 13, maka juknis diharapkan segera terbit karena pengajuan gaji bulan Juni paling lambat diterima KPPN tanggal 15 Mei 2013.

Berikut daftar Gaji Pokok PNS 2013:
1. Golongan I dan II

2. Golongan III dan IV

sumber
Lihat Selengkapnya »»  

Minggu, 02 Desember 2012

Pakar: guru harus kuasai empat kompetensi


"Guru harus baik dalam penguasaan empat kriteria tersebut. Kompetensi itu perlu sungguh-sungguh dikuasai tenaga pendidik sehingga dapat mencetak anak didik yang berkualitas,"
Pakar pendidikan Arief Rahman mengatakan guru harus sungguh-sungguh menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi akademis, psikologis, pedagogis, dan sosiologis untuk meningkatkan kualitasnya.

"Guru harus baik dalam penguasaan empat kriteria tersebut. Kompetensi itu perlu sungguh-sungguh dikuasai tenaga pendidik sehingga dapat mencetak anak didik yang berkualitas," kata Arief Rahman yang dihubungi di Jakarta, Kamis.

Menurut Ketua Harian Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO tersebut, kompetensi akademis bisa dilihat dari kemampuan seorang guru apakah mengikuti perkembangan ilmu terkini atau tidak. Perkembangan ilmu selalu dinamis karena dalam waktu singkat selalu muncul perubahan baru.

"Mengikuti perkembangan pengetahuan adalah mutlak karena bisa menyegarkan wawasan guru. Setiap saat selalu ada perubahan ilmu, panduan, serta teori baru."

Selain itu, kata dia, guru harus berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. "Kompetensi sosiologis bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya," ujar dia.

Kompetensi pedagogis, yaitu menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual. Menguasai teori belajar dan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik, dan sebagainya.

"Tenaga pendidik harus bisa memanusiakan manusia serta mengantarkan anak didik pada kesuksesan dan kebahagiaan," katanya.

Ia mengatakan keempat kriteria tersebut bisa dikembangkan melalui pencetakan guru dari lembaga pencetak guru yang dulu namanya IKIP menjadi Universitas.

Di samping memperbaiki keempat kriteria tersebut, para guru juga harus ikut serta dalam pelatihan dan seminar motivasi sehingga mendorong mereka untuk terus berkembang.

"Saya beranggapan bahwa selamanya guru tidak boleh berhenti belajar untuk memperbaiki diri," kata dia.

Sebelumnya Pengamat pendidikan Darmaningtyas menilai, sulitnya peningkatan kualitas guru adalah warisan masa Orde Baru. Pola rekrutmen guru yang salah diteruskan meski sudah memasuki masa reformasi.

"Guru-guru yang dulu itu direkruitnya juga salah. Dalam persyaratan menjadi guru zaman itu adalah guru bersih diri dan bersih lingkungannya, guru yang kritis tidak bisa diterima pada saat itu. Pascareformasi juga sama, banyak guru honorer yang secara otomatis bisa jadi PNS," kata Darmaningtyas di sela workshop "Sarjana Mendidik Pelosok Negeri" di Jakarta, Rabu.

Namun, dia percaya kesalahan rekrutmen itu bisa dibenahi dengan mengikutsertakan mereka dalam training supaya punya wawasan.

"Kalau perlu diikutsertakan seperti Sarjana Mengajar di pelosok, para guru dikirim juga ke daerah tertinggal biar termotivasi dalam mendidik dan mengajarnya," kata dia.

SUMBER
Lihat Selengkapnya »»  

Minggu, 11 November 2012

BEBERAPA MASALAH PENDIDIKAN SELAIN TAWURAN ::


BEBERAPA MASALAH PENDIDIKAN SELAIN TAWURAN :: 

1. Komunikasi
Budi! Di mana letak Jantung? | Gak tau Pak | Bodoh! Keluar!
*keluar sebentar dan masuk lagi* Pak, di luar juga gak ada Jantung | 3-|

2. Ngerjain PR
Kenapa telat? | Sayaa dicopet Bu | Terus kamu ga apa2? | Ga apa2 Bu | Apa yang hilang? | Buku PR Bu | >:O

3. Lupa pelajaran
Siapa yang ingat pelajaran minggu lalu? | *hening* | Budi? Kamu ingat? | Sudahlah Bu! Yang lalu biarlah berlalu | :/

4. Nyontek
Usro, jangan nyontek! | Gak Pak | Terus ngapain nengok2 ke Jojo? | Ini soal2nya kayaknya sama Pak. Jadi saya cuma mencocokkan jawaban! | >:O

5. Curang
Oke, siapa yang bisa jawab boleh pulang | *murid lempar tas ke jendela* | Siapa yang lempar tadi?! | Saya bu! Horee bisa pulang! | 3-|

6. Merokok
Jo, lu kok ngerokok mulu! | Emang kenapa? | Ga takut mati apa!? | Tenang, gw bawa korek! Kalo mati, gw nyalain lag! | X_X

7. Ajaran Ortu
Usro, setelah 7 berapa? | 8, 9, 10 Bu | Bagus! Siapa yg ajarin? | Bapak aku Bu | Terus, setelah 10 apa? | Jack, Queen, King Bu! | X_X

8. Dukungan keluarga
Usro, kalo UN ini kamu gagal lagi ga usah kenal sama Bapak!
*Setelah UN*
Usro, gimana UN kamu? | Maaf, bapak siapa ya? | >:O


Lihat Selengkapnya »»  

Senin, 22 Oktober 2012

Pekerjaan Rumah (PR) Sekolah yang Baik/Benar Tidak Memberatkan Siswa Pelajar


Yang kita tahu adalah para murid sekolah selain wajib melakukan kegiatan belajar di sekolah, juga dituntut untuk belajar di rumah dengan berbagai metode yang dilakukan para guru pengajar. Salah satu cara yang digunakan oleh para guru untuk memaksa anak-anak didiknya untuk belajar di luar sekolah adalah dengan memberikan pekerjaan rumah atau yang disingkat PR. PR adalah tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang pelajar jika tidak ingin mendapat hukuman dari gurunya.

Mungkin bagi sebagian siswa sekolah, PR adalah sesuatu yang mengganggu karena dapat menyita waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengerjakannya. Padahal kehidupan seorang siswa pelajar sekolah tidak boleh hanya diisi dengan belajar saja. Terkadang hal ini tidak dimengerti oleh sebagian guru maupun dosen sehingga mereka bisa memberikan suatu PR yang sulit dan butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya bagi seorang siswa yang kemampuannya biasa-biasa saja.

Bentuk-bentuk pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru kepada murid-muridnya :
- Mengerjakan soal-soal latihan
- Mengisi LKS (lembar kerja siswa)
- Membaca dan memahami suatu materi pelajaran
- Menghapalkan sesuatu
- Membuat suatu karya tulis
- Membuat sesuatu selain karya tulis, dan lain-lain


Suatu hal yang biasa terjadi di sekolah, yaitu di mana para siswa lebih senang menyalin pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh temannya karena malas untuk mengerjakannya sendiri di rumah. Atau mengerjakannya di sekolah dengan sesegera mungkin agar tidak perlu dikerjakan di tempat lain. Dengan begitu sudah pasti tujuan dari pr yang sebenarnya jadi tidak terwujud. Keinginan guru untuk membuat para murid bisa mendalami pelajaran yang telah dijelaskan di luar sekolah menjadi tidak kesampaian.
Seharusnya Pekerjaan Rumah tidak perlu diberikan setiap kali pertemuan tatap muka dengan guru. Jenis PR yang diberikan juga harus yang bersifat sangat penting dan bermanfaat bagi para siswa untuk bekal kehidupannya. Jika rata-rata hampir semua guru memberikan PR atau tugas yang harus diselesaikan di rumah, maka lihatlah betapa menderitanya para siswa harus berjibaku mengakali bagaimana caranya untuk mengerjakan semua tugas dan PR yang ada dengan waktu secepat mungkin dan semudah mungkin agar bisa melakukan kegiatan lainnya di luar sekolah tanpa terbebani secara mental oleh tugas-tugas rutin sekolah.

Berbagai kegiatan siswa di luar kurikulum resmi sekolah yang bermanfaat untuk bekal hidup di kehidupan nyata yang harus didorong dan didukung oleh sekolah :
- Kursus ketrampilan (contoh : memasak, menjahit, mengemudi, pilot, komputer, programming, dll)
- Belajar Ilmu Lain (misal : kedokteran, hukum, agrobisnis, otomotif, arsitektur, pertambangan, agama, dll)
- Ikut Lomba (seperti kompetisi robot, kejuaraan olahraga, karya ilmuah remaja, lomba, dan sebagainya)
- Sosial Kemasyarakatan (misalnya : karang taruna, partai politik, kepengurusan masjid, rt rw, dsb)
- Ekstrakurikuler (seperti : PMR, pramuka, osis, olahraga, koperasi siswa, pecinta alam, dsb)
- Wirausaha (contohnya : perdagangan, usaha jasa, menjadi konsultan, ekspor impor, dll)
- Praktek Magang atau Kerja Paruh Waktu, dan lain-lain


Oleh karena itu justru pihak sekolah seharusnya mengusahakan bagaimana caranya supaya para murid bisa mendapatkan kemampuan dan keterampilan yang tidak didapatkan di sekolah agar masa depan para siswa siswi menjadi lebih baik. Seperti yang kita tahu bahwa sekolah hanya mengedepankan teori ilmu pengetahuan secara umum baik sosial maupun alam. Siswa yang mampu mendapatkan nilai yang tinggi akan dihargai ketimbang siswa yang memiliki nilai rendah bagaimana pun caranya. Padahal dalam dunia nyata hapalan materi pelajaran dan trik cara menjawab soal sudah lagi tidak dihargai. Dunia nyata lebih menghargai kemampuan dan keterampilan dalam bekerja serta hubungan sosial yang baik antara manusia.

Waktu adalah sesuatu yang ada batasnya dalam kehidupan manusia. Waktu yang telah terlewati tidak akan bisa kembali lagi walaupun kita bayar dengan dunia beserta isinya. Membiarkan para siswa tersita waktu hidupnya hanya untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah adalah sesuatu yang sangat tidak bijaksana karena dapat merusak masa depan seorang anak. Biarkan para siswa menikmati waktu senggangnya serta menggali minat dan bakatnya agar memiliki berbagai kemampuan dan ketrampilan yang berguna bagi masa depannya. Pihak sekolah harus mampu menjadi pendorong serta pendukung kegiatan bermanfaat siswa di luar sekolah, bukannya menjadi batu sandungan bagi para siswa dalam meraih masa depan yang cerah.
SUMBER
Lihat Selengkapnya »»  

Sabtu, 26 Mei 2012

Mau Panjang Umur...? Doyan Sekolah, deh...



Ternyata orang yang doyan sekolah memiliki peluang hidup lebih lama. Pendapat ini berdasar pada penelitian di Swedia oleh Anton Lager dari Centre of Health Equity Studies dan Jenny Torssander dari Swedish Institute for Social Research.
 

Dalam studinya, kedua peneliti melibatkan 1,2 juta penduduk Swedia. Di negara tersebut, wajib belajar selama sembilan tahun sejak 1962 dan dimulai pada anak berusia tujuh tahun. Sebelumnya wajib belajar hanya delapan tahun. Dua peneliti membandingkan orang-orang yang hidup sebelum dan sesudah aturan wajib belajar sembilan tahun.
 
Semua orang yang lahir antara tahun 1943 hingga 1955 di 900 kotamadya disertakan dalam studi ini. Peneliti pun mengumpulkan data usia dan penyebab kematian hingga tahun 2007. Selama periode 58 tahun tersebut, sekitar 92 ribu orang dalam studi ini meninggal karena berbagai penyebab.
 
Hasilnya, pelajar yang mengenyam pendidikan sembilan tahun mempunyai tingkat kematian yang lebih rendah pada usia 40 tahun ketimbang mereka yang cuma mengenyam delapan tahun pendidikan.
 
Hasil penelitian dipublikasikan pada jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences edisi pekan ini.

 
Pendidikan Menjamin Hidup
 
Banyak studi sebelumnya yang memperlihatkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesehatan. Namun ada kesulitan bagi peneliti untuk menunjukan bahwa hal itu bukan cuma karena pengaruh karakteristik personal, seperti kemampuan untuk tetap sekolah.
 
Peneliti juga sulit menentukan apakah manfaat tambahan--misalnya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau memperoleh pendapatan lebih tinggi--mungkin menjadi alasan mengapa orang-orang yang lebih berpendidikan memiliki lebih sedikit masalah-masalah kesehatan.

 Lulus kuliah di usia tua/tsminteractive.com

Bagaimana ini bisa terjadi? Lager mengatakan alasan rendahnya tingkat kematian semata karena pengetahuan. Dia berspekulasi, kelompok yang mengenyam pendidikan sembilan tahun juga menerapkan memiliki kebiasaan sehat dalam diri mereka.
 
"Jika Anda memiliki pendapatan lebih, memiliki pekerjaan dengan fleksibilitas yang lebih banyak, lebih bisa mengontrol waktu, maka mungkin Anda lebih sedikit mengkonsumsi tembakau dan alkohol," kata Lager.
 
Mark Cullen, guru besar kedokteran pada Stanford University dengan minat riset tentang pengaruh kesehatan sosial dan lingkungan mengatakan, "studi ini menambah bukti yang kuat bahwa menambah lamanya wajib belajar dan pendidikan yang lebih tinggi mempunyai pengaruh yang substansial terhadap lamanya hidup," kata dia.
 
Cullen percaya bahwa penambahan tahun belajar berkontribusi terhadap kemampuan jangka panjang siswa untuk memahami pesan-pesan kesehatan, berpikir efektif, dan mengelola hidup mereka.
 
"Kita seharusnya tidak pernah meremehkan nilai pendidikan dalam membantu Anda menginterpretasikan informasi kesehatan dan melibatkan Anda di dalamnya," ujar dia.
 
Nah, rajin-rajinlah sekolah karena memang banyak manfaatnya, bukan?
Lihat Selengkapnya »»  

Selasa, 08 Mei 2012

5 Negara Dengan Gaji Guru Terbesar Didunia

Guru adalah faktor SDM sebagai pelaksanan fungsi yang sangat penting untuk kemajuan setiap lapisan masyarakat ( Jabatan Fungsional ). Profesi guru juga merupakan salah satu faktor pengerak perekonomian masa depan. Bukan tidak mungkin, karena gurulah yang membuat bibit-bibit baru untuk masa depan.

Hampir setiap negara di dunia memiliki guru. Hal ini dikarenakan hampir tidak mungkin bagi masyarakat untuk beroperasi tanpa adanya pendidikan telah yang seorang guru berikan.

Namun, jangkauan gaji guru cukup sedikit di seluruh dunia. Adalah penting untuk melihat di gaji guru di seluruh dunia, karena gaji akan memperlihatkan dan memberikan standar hidup bagi seorang profesional beserta keluarganya. Mari kita liat Seberapa besar Gaji Guru di lima Negara Besar di Dunia.

1. AMERIKA SERIKAT
Gaji sangat bervariasi tergantung pada negara dan wilayah di mana Anda bekerja sebagai seorang guru. Di daerah di mana biaya hidup lebih rendah daripada kebanyakan, gaji rata-rata di bawah norma. Di South Dakota misalnya, rata-rata guru diberikan gaji hanya di bawah $ 35,000. pertahun atau 314.300.000 rupiah atau +/- Rp 26 jt /bln. ( rate= $1= 8.900 rupiah)

Di daerah di mana biaya hidup yang tinggi, seperti California dan Connecticut, guru diberikan gaji rata-rata hanya di bawah $ 60.000. Besaran gaji juga tergantung pada jumlah individu tahun melayani dalam dunia pendidikan, serta teknik mengajarnya.


2. AUSTRALIA
Di Australia, mengajar adalah profesi yang sangat terhormat yang dianggap penting bagi masyarakat. Gaji awal Seorang guru di Australia adalah sekitar $ 41,109.00/thn atau Rp 369.000,000 /thn.

Di Australia, gaji dapat berkisar luas antara setiap negara bagian Australia dan sangat tergantung pada lokasi. Tentu saja, gaji yang lebih tinggi diperoleh atau bagi mereka yang lebih dari gelar empat tahun ( s2, s3, dll) . Dengan pengalaman bertahun-tahun mengajar, seorang guru secara bertahap akan mendapatkan penghasilan lebih.

3. INGGRIS
Profesi guru dianggap sebagai suatu profesi yang sangat penting di Inggris dengan berbagai teknik mengajar yang luar biasa. Mereka juga memiliki pengetahuan dan keingintahuan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diatas rata-rata, serta dengan bekal model, metode dan strategi yang sangat mereka kuasai.. Ketika dikonversi ke dolar, rata-rata gaji awal seorang guru di Inggris adalah $ 34,488.00/thn atau sekitar 309.000.000 rupiah /thn .

Guru di Inggris hanya yang telah terakrediatasi dan dinyatakan baik, diizinkan untuk mendapatkan Pembayaran Utama / Gaji pokok atau mereka dapat mencapai Pembayaran Lebih tinggi lagi. Penentuan seperti didasarkan pada prestasi pendidikan dan prestasi kerja. Seorang guru di Inggris dapat dengan mudah memiliki karir yang baik di mana mereka telah cukup uang ( bebas secara financial ) yang diperoleh untuk hidup di atas rata-rata.

4. KANADA
Seperti di setiap negara, guru juga merupakan profesi yang sangat penting di Kanada. Di Kanada, gaji guru baru diangkat sangat berbeda sesuai dengan provinsi yang mereka diami. Gaji guru baru rata-rata adalah sekitar $ 30,000.00/ thn atau sekitar 269,400,000 juta/thn. Ada beberapa ketentuan dan layanan tambahan, seperti cuti hamil, asuransi gigi dan waktu dibayar off untuk penyakit ( pensiun karena penyakit ).

Guru di Kanada harus membayar program-program Federal untuk jaminan sosial, termasuk pengangguran dan pensiun, seperti yang dipersyaratkan oleh hukum di Kanada. Guru-guru di Kanada mungkin telah dapat dikatakan mencapai standar hidup yang baik dari negara-negara berkembang lainnya.

5. CHINA
Ketika seorang guru asing memilih untuk mengajar di China, mereka mendapatkan sekitar $ 17.675 / thn atau 158,700.000 rupiah/ thn. Ini berbeda dari yang biasa membuat seorang guru di Cina, tetapi pertimbangan khusus diberikan kepada kenyataan bahwa guru asing sering bisa mendapatkan gaji yang jauh lebih tinggi di tempat lain. Angka ini muncul berdasarkan pemeriksaan pemerintah yang didasarkan pada faktor-faktor berikut: biaya hidup, biaya perumahan, biaya perawatan kesehatan dan biaya transportasi. 

Sumber
Lihat Selengkapnya »»  

Jumat, 13 April 2012

KENAPA AKU MEMILIH MENJADI GURU…


Beruntunglah menjadi guru. Punya orang tua guru, pasangan hidup kita guru, orang tua yang anaknya jadi guru, orang yang teman-temannya guru, mereka memang beruntung. Siapa yang membekali murid untuk bekal hidup mereka di masa depan? Berapa banyak murid-murid yang telah dididik? Jika ukurannya kebermanfaatan untuk sesama, guru adalah orang paling beruntung.

Mulialah guru karena mereka punya peluang untuk menginspirasi siswa agar hidup mereka jauh lebih baik dari gurunya sendiri. Berbahagia lah guru jika kelak murid-murid mereka menjadi orang yang hidupnya sukses nan bermanfaat bagi sesama. Itulah dahsyatnya menjadi guru.

Beruntunglah guru-guru yang ada di Indonesia. Mereka sangat sadar bahwa pilihan hidupnya menjadi guru penuh resiko. Meskipun demikian, semoga semangat perjuangan mereka tidak akan pernah luntur untuk mengabdikan hidupnya bagi kelangsungan pendidikan Indonesia. 

Mengapa bisa demikian? Karena mereka paham bahwa ada yang harus diselamatkan untuk kepentingan masa depan bangsa, yaitu murid-murid mereka, para calon pemimpin bangsa.

Menjadi guru, untuk apa? Kita berharap guru-guru di Indonesia serempak menjawab, ‘Investasi untuk Indonesia’. Siapakah mereka yang paham arti ‘Investasi untuk Indonesia’? Semoga saya, Anda, & mereka yang saat ini menjadi guru di seantero penjuru nusantara.
Oleh : Asep Sapa’at, Teacher Trainer di Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
Sumber : Republika

Sumber : http://sukailmu.com/2012/01/ku-pilih-jadi-guru-untuk-investasi-bangsa/
Lihat Selengkapnya »»  

GURU YANG IKHLAS = SMART


Ikhlas maupun tidak ikhlas seorang guru dalam mengajar tetap harus mengajar, namun perbedaannya adalah ketika guru itu tidak ikhlas dalam mengajar, maka tugas itu terasa berat buat dia, waktu terasa lama dan semua terasa lambat, dan materi yang disampaikanya terasa sulit, bagi dia saja sudah terasa sulit apalagi bagi muridnya. Bedakan dengan guru yang ikhlas dalam mengajar, semua terasa ringan dalam mengajar, materi yang disampaikan terasa mudah, senyum di wajahnya terasa teduh, membuat murid merasa nyaman, dan senang, sehingga materi yang disampaikan terasa mudah diserap oleh murid-muridnya, sehingga jangan heran guru yang ikhlas mempunyai daya gugah dan ubah yang dahsyat. Jika ditinjau secara psikologis orang yang ikhlas akan memperoleh ketenangan jiwa, sederhananya, kecemasan itu berbanding terbalik dengan ketenangan jiwa dan kejernihan pikiran, sehingga dapat dipastikan apa yang dikerjakannya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat buat dirinya dan orang lain, semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.

Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Seorang pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap qalbu. Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati, Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.

Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan kecewa. Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan. Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.
 
Lalu, dimanakah letak kekuatan guru-guru yang ikhlas? Seorang guru yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang guru dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Murid akan merasa nyaman belajar dengan guru yang ikhlas. Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun. Itulah sebabnya guru yang mampu menata hati untuk ihklas mampu lebih banyak membuat perubahan positif, itu yang menurut pendapat peribadi saya guru yang SMART. Semoga saya dan kita semua manpu menjadi orang yang ikhlas.
Sumber : Yuliansyah                    http://sukailmu.com
Sumber :  http://guraru.org/news/2012/04/08/413/guru_yang_ikhlas_smart.html
Lihat Selengkapnya »»  

Menjadi Guru yang Jujur


'Kenapa Bapak nggak 'jaim' kayak yang lain?", tanya seorang siswa."Karena saya tak ingin menjadi orang lain!", jawab saya. Dan siswa itu mencium tangan saya.
Meski tanpa bukti foto, tapi saya menjamin ilustrasi di atas benar-benar terjadi. Dan saat itu saya juga tidak mengerti maksudnya, sehingga perasaan saya juga biasa-biasa saja. Belakangan, setelah mendengar suara siswa tentang seorang rekan guru, baru saya mengerti maksudnya.

Alkisah, ada beberapa siswa yang ‘mengadu’ tentang sikap seorang rekan guru. Mereka bilang, rekan guru tersebut sok ‘jaim’ alias jaga imej. Konon, guru tersebut selalu marah atau minimalnya menjawab dengan ketus bila ada siswa yang bertanya karena ada yang belum jelas.

Saya memang tidak langsung mengiyakan penilaian mereka terhadap rekan guru tersebut. Hanya saja, hal itu semakin mengingatkan saya tentang bagaimana seorang guru harus bersikap terhadap siswa-siswanya. Dan angan saya langsung melayang kepada seorang dosen saya dulu, dosen Filsafat Pancasila.

Dosen saya itu, tampil sangat biasa. Gayanya tidak ‘sangat formal’. Beliau tidak pernah tampil dengan langkah kaku, berat, dan angkuh. Langkah kakinya begitu alami. Senyumnya senantiasa menghias bibirnya manakala bertemu mahasiswa. Dan, Beliau selalu menyapa mahasiswanya dengan sebutan Mas/Mbak. Dan itu membuat kami merasa begitu dekat dengan Beliau. Bahkan ketika dosen yang lain sibuk dengan mengontrol daftar absent, Beliau malah bilang,”Anda boleh memilih untuk masuk kuliah/tidak, sebab kewibawaan saya tidak ditentukan oleh kehadiran Anda”(sambil terkekeh). Toh begitu, kuliahnya selalu penuh dengan kehadiran kami. 

Sayang bila sampai melewatkan pertemuan dengan Beliau. Satu hal yang membuat itu terjadi adalah karena dalam setiap pertemuan selalu ada hal baru yang beliau sampaikan. Dan itu membuat kami seperti ketagihan.
Menjadi guru memang bukanlah pekerjaan mudah. Ibarat orang berjualan, sebenarnya barang dagangannya cukup strategis karena memang dibutuhkan. Hanya saja, kadang siswa belum menyadari bahwa mereka membutuhkan itu. Maka tidak aneh bila masih banyak siswa yang semau-maunya dalam mengikuti pelajaran.

Menghadapi situasi seperti itu, beberapa guru kadang menanggapinya dengan emosional. Mereka merasa diremehkan sehingga tidak jarang kemudian bersikap keras. Dari ‘ngambek’ mengajar, marah-marah, bahkan sampai mengancam untuk tidak menaikkan siswa. Tak jarang pula ada yang kemudian bersikap ketus seperti dalam yang diceritakan para siswa saya tersebut.

Tindakan demikian itu mungkin efektif meredam kelakuan siswa yang kurang menyenangkan itu, tetapi itu hanya bersifat sementara. Biasanya dalam waktu yang tidak terlalu lama, siswa akan kembali mengulangi sikap buruk mereka. Dan ini akan menjadi seperti lingkaran setan yang terus terjadi, terjadi, dan terjadi. Tentu saja ini hanya akan menjadi sesuatu yang kurang produktif dalam PBM kita.

Seperti telah saya ceritakan perihal dosen saya di atas, kiranya selalu membawakan hal baru dalam setiap pertemuan dengan siswa(PBM) adalah salah satu kunci untuk menumbuhkan minat siswa agar terlibat dalam PBM. Bukan hal mudah memang, namun bukan berarti pula tidak bisa kita lakukan. Selalu up-date wawasan adalah kuncinya. Sebagai guru kita hendaknya rajin mengakses segala informasi baru. Mengikuti sebuah forum baik nyata maupun virtual sangatlah penting. 

Dengan begitu, kita tak perlu memaksakan siswa mengiktui PBM kita tetapi siswa sendiri yang merasa butuh mengikuti PBM kita. Kita tidak perlu membungkus diri dengan ‘keangkeran’ yang kita buat-buat agar siswa mau terlibat dalam PBM. Kita cukup menjadi diri sendiri. Santai bukan?Selamat berkarya
Sumber : http://guraru.org/news/2012/01/22/136/menjadi_guru_yang_jujur.html
 
Lihat Selengkapnya »»  

Pemimpin yang Baik= Guru yang Baik



Dalam pengalaman sebagai dosen dan sekaligus mendalami kepemimpinan, ternyata ada kesamaan profil menjadi pemimpin yang baik dengan menjadi guru yang baik, di mana pemahamannya bukan hanya di bidang yang dikuasainya, tetapi mampu memahami dunia konseling.

Fakta yang menarik adalah bahwa guru yang baik ternyata harus menjadi konselor yang baik bagi murid-muridnya. Itu sebabnya seorang guru harus belajar mendalami konseling agar dia sukses. Dalam tulisan “Good Teaching” oleh Theodore R. Sizer, mantan Pembantu Rektor bidang Akademik di Harvard University College of Education mengatakan bahwa guru hendaknya menjadi guru profesional yaitu mengetahui hal-hal sederhana soal konseling, termasuk dalam hal-hal yang kecil sehingga murid bertumbuh. Ada beberapa poin yang dia sampaikan:

  1. Mengenal nama dari siswa dan panggil siswa dengan namanya.

  2. Memberikan salam kepada siswa dan rekan kerja dengan hangat dan ramah.

  3. Pergi menghadiri acara-acara siswa di luar kelas, misalnya ibadah, pertandingan, dan lain sebagainya.

  4. Mengingat sesuatu yang pernah digumuli oleh siswa sebelumnya. Contohnya: apakah mamamu sudah keluar rumah sakit?

  5. Hindari bersifat sarkastik dalam memberikan komentar atas kebodohan atau kenakalan yang dilakukan seorang siswa. Ini akan melukai hati siswa.

  6. Jangan pernah toleransi dengan masalah SARA, termasuk lelucon-lelucon masalah SARA.

  7. Ingat pepatah yang diberikan orang tua kita: jika kita tidak bisa menyampaikan atau melihat sesuatu yang baik tentang seseorang, jangan katakan apapun.

  8. Katakan suatu kebenaran atau teguran secara pribadi. Contohnya: Ayu, saya sebenarnya curiga kamu menyontek…, Amir, kamu kurang belajar dan malas sepertinya… Hasan, kamu kok bau ya, apakah kamu tidak mandi pagi? Besok mandi ya… Mei, kamu suka mengganggu…)

  9. Selalu mendorong bahwa kemampuan siswa lebih dari yang merasa dimiliki siswa.

  10. Jadilah guru yang positif, namun hati-hati bila selalu memuji pekerjaan baiknya. Tidak ada seorang pun belajar lebih cepat ketika dia merasa bahwa dia merasa berhasil.

  11. Pertunjukkan persahabatan dan jadilah jujur dan obyektif dalam penilaian terhadap murid-murid yang kita juluki “nakal” atau mengganggu.

  12. Menjadi teman siswa, namun jaga jarak juga.

  13. Jangan pernah menyerah dengan siswa kita, dan jangan menjuluki mereka secara permanen, misalnya: si bodoh, si cerewet, si pemalu, dsb.

  14. Setiap kali memberikan pedoman dan aturan, sampaikan alasannya dan jangan tidak disampaikan apa yang dimaksud.

  15. Tahu membedakan mana siswa yang hanya mendengar dan yang memperhatikan sehingga bisa menyerap. Caranya adalah mendengarkan mereka yaitu memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanya.
Bila kita buat kesejajaran dengan kepemimpinan, maka kita tinggal mengganti guru dengan kata pemimpin dan mengganti kata siswa dengan bawahan dan kata kerja yang disesuaikan dengan bidang kepemimpinan (saya baru eksperimenkan):

  1. Mengenal nama dari bawahan dan panggil bawahan dengan namanya.

  2. Memberikan salam kepada bawahan dan rekan kerja dengan hangat dan ramah.

  3. Pergi menghadiri acara-acara bawahan di luar kelas, misalnya ibadah, pertandingan, dan lain sebagainya.

  4. Mengingat sesuatu yang pernah digumuli oleh bawahan sebelumnya. Contohnya: apakah mamamu sudah keluar rumah sakit?

  5. Hindari bersifat sarkastik dalam memberikan komentar atas kesalahan atau kegagalan yang dilakukan seorang bawahan. Ini akan melukai hatinya, kita hanya fokus kepada kesalahan pekerjaannya bukan menyerang pribadinya.

  6. Jangan pernah toleransi dengan masalah SARA dan seksualitas, termasuk lelucon-lelucon masalah SARA dan menjurus kepada seks.

  7. Ingat pepatah yang diberikan orang tua kita: jika kita tidak bisa menyampaikan atau melihat sesuatu yang baik tentang seseorang, jangan katakan apapun.

  8. Katakan suatu kebenaran atau teguran secara pribadi. Contohnya: Ayu, saya sebenarnya curiga kamu melakukan sesuatu yang salah…

  9. Selalu mendorong bahwa kemampuan bawahan lebih dari yang merasa dimiliki bawahan.

  10. Jadilah pemimpin yang positif, namun hati-hati bila selalu memuji pekerjaan baiknya. Tidak ada seorang pun belajar lebih cepat ketika dia merasa bahwa dia merasa berhasil.

  11. Pertunjukkan persahabatan dan jadilah jujur dan obyektif dalam penilaian terhadap bawahan.

  12. Menjadi teman bawahan, namun jaga jarak juga sehingga tidak terlalu dekat.

  13. Jangan pernah menyerah dengan bawahan kita, dan jangan menjuluki mereka secara permanen, misalnya: si bodoh, si cerewet, si pemalu, si terlambat dan yang lainnya.

  14. Setiap kali memberikan pedoman dan aturan, sampaikan alasannya dan jangan tidak disampaikan apa yang dimaksud.

  15. Tahu membedakan mana bawahan yang hanya mendengar tetapi kemudian mengabaikan perintah dengan yang memperhatikan sehingga bisa menyerap semua perintah dan menjalankannya. Caranya adalah mendengarkan mereka yaitu memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanya atau melakukan feedback.
Walk the talk
Ada hal-hal teknis sebagai seorang guru yang harus diperhatikan sehingga dia dapat disebut guru yang berintegritas, yaitu seorang yang “walk the talk”:
1. Jangan lambat masuk kelas.
  1. Kembalikan tugas-tugas murid tepat pada waktunya dengan komentar yang menguatkan, mengembalikan makalah ke mahasiswa dalam dua puluh empat jam.

  2. Penting anak diingatkan untuk mengerjakan tugas dengan jujur. Ini karena banyak orang tua campur tangan mengerjakan tugas-tugas rumah.

  3. Anak diajar untuk menghargai formalitas kelas, tanpa harus formal dan kaku dalam mengembangkan pikiran-pikiran.
Maka bila disejajarkan dengan kepemimpinan, maka dapat dibuat sebagai berikut:
1. Jangan lambat masuk kantor. Datang lebih awal atau tidak datang sama sekali bila terlambat.
  1. Kembalikan tugas-tugas bawahan tepat dalam bentuk komentar yang menguatkan dan mengevaluasi kinerja bawahan dengan memberitahu bagaimana meningkatkannya.

  2. Penting bawahan diingatkan untuk mengerjakan tugas dengan jujur.

  3. Bawahan diajarkan untuk menghargai formalitas organisasi, tanpa harus formal dan kaku dalam mengembangkan pikiran-pikiran dari bawahan.
Ini eksperimen kepemimpinan yang disejajarkan dengan guru. Memang sejak dulu guru disebut pemimpin dan berperan banyak dalam kepemimpinan di masyarakat. Tetapi peran tersebut sudah mulai hilang. Maka tulisan ini mencoba membuat kesejajaran untuk menyatakan bahwa pemimpin yang baik adalah (dan sepatutnya juga) guru yang baik.

Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/11/pemimpin-yang-baik-guru-yang-baik/
Lihat Selengkapnya »»  

Tips Sukses Menjadi Guru


Tips sukses dalam mengajar ala Gisele Glosser adalah:

1. Berpikir kritis dan usaha yang jujur lebih penting daripada jawaban yang benar. Cobalah untuk tidak mengerutkan kening ketika siswa memberikan jawaban yang salah atau keliru. Mengerutkan kening seringkali ditafsirkan sebagai bahasa isyarat penolakan yang dapat menghambat siswa untuk berpartisipasi dalam mengekspresikan pemikirannya.


2. Tidak ada pengajaran tanpa pengendalian. Lebih baik Anda bersusah payah pada hari-hari awal masuk sekolah untuk menemukan cara-cara terbaik dalam mengelola kelas dan mendisiplinkan siswa, daripada Anda harus melakukan perjuangan berat sepanjang semester karena Anda tidak berhasil menemukan cara yang paling efektif dalam pengelolaan kelas.
3. Kadang-kadang hal terbaik untuk dilakukan adalah berhenti berbicara. Jika terjadi kebisingan di kelas, Anda tidak perlu berteriak-teriak meminta para siswa agar berhenti gaduh. Cobalah Anda berdiri di depan kelas dengan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, kemudian tataplah mereka (khususnya siswa yang menjadi sumber keributan) dengan tetap tanpa menunjukkan ekspresi marah.

4. Cobalah lakukan kegiatan yang bervariasi dari waktu ke waktu. Dalam proses pembelajaran rutinitas dan terstruktur memang hal yang baik, tapi apabila hal ini terlalu banyak dilakukan dapat menyebabkan Anda dan kelas Anda jatuh terjerembab ke dalam suatu kebiasaan yang membosankan.

5. Mendorong siswa untuk bepartisipasi aktif. Berikan kesempatan kepada setiap siswa untuk tampil di depan kelas atau mempersilahkan mereka untuk bekerja dalam kelompok. Sedapat mungkin hindari pembelajaran yang berpusat pada guru untuk sepanjang tahun.

6. Cobalah untuk bersikap fleksibel. Misalnya, pada saat berlangsung proses pembelajaran di kelas, Anda punya aturan ketat terhadap siswa tentang permen karet. Tetapi mungkin Anda dapat memejamkan mata untuk hal ini ketika siswa sedang menghadapi ujian.

7. Cobalah uraikan secara jelas topik-topik apa yang akan diujikan. Anda tidak hanya cukup dengan mengatakan dan menyuruh siswa “Minggu depan ulangan, silahkan Pelajari Bab 6!”. Perintah dan penugasan semacam ini akan dirasakan membingungkan, terutama bagi para siswa yang kurang memiliki keterampilan belajar.

8. Meminta dukungan manajemen. Adalah penting untuk mendapatkan dukungan dari manajemen ketika Anda berhadapan dengan isu-isu sulit, terkait dengan proses pembelajaran yang Anda lakukan. Misalnya, meminta dukungan untuk mengadakan konferensi dengan para orang tua siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.

9. Berikan siswa kesempatan untuk mengikuti ujian. Jika seorang siswa selalu hadir dalam setiap pertemuan di kelas, namun karena satu dan lain hal dia tidak bisa hadir pada hari ujian, Anda seyogyanya dapat memberikan kesempatan kepadanya untuk mengikuti ujian susulan dan jangan membiarkannya lebih dari satu atau dua hari.

10. Gunakan teknik “Front Loading”. Para siswa cenderung lebih termotivasi untuk belajar pada awal masuk sekolah. Pada awal masuk sekolah, selain diajak meninjau kembali materi pada semester sebelumnya, secara garis besarnya siswa juga diajak untuk mengenal topik-topik yang hendak dipelajarinya selama satu semester ke depan.

11. Ajarkan para siswa untuk memiliki keterampilan memecahkan masalah. Ketika siswa Anda memasuki dunia kerja atau terjun ke masyarakat, sudah pasti dia akan banyak berhadapan dengan berbagai masalah yang harus dia selesaikan dengan baik. Melalui pembelajaran yang Anda lakukan diharapkan para siswa akan terbiasa dan terampil dalam memecahkan aneka masalah yang dihadapinya.

12. Berikan penghargaan atas setiap hasil dan usaha belajar mereka. Penghargaan yang Anda berikan akan memberikan motivasi kepada para siswa untuk mengerjakan sesuatu lebih baik lagi.

13. Lakukanlah yang terbaik dari diri Anda dan bersikap adillah kepada seluruh siswa, maka Anda akan mendapatkan rasa hormat dari mereka. Krisis kepercayaan kepada guru seringkali bersumber dari ketidaksanggupan untuk menampilkan yang terbaik kepada siswanya.

14. Motivator terbaik adalah menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata. Jangan lepaskan pembelajaran dari dunia nyata siswa, belajarkanlah mereka hal-hal yang berhubungan dan menyentuh langsung kehidupan mereka Misalkan guru Matematika ketika sedang membelajarkan tentang sistem metrik, mintalah kepada siswa membawa kertas karton kosong dan botol-botol dari dapur mereka, untuk dijadikan sebagai media pembelajaran.

15. Di sekolah-sekolah tertentu, adakalanya siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan (kelas unggulan). Hal ini membuat mereka lebih menonjol dibandingkan peserta lainnya. Di satu sisi, cara ini dapat memberikan kemudahan bagi guru untuk memberikan pelayanan pembelajaran secara homogen, namun di sisi lain juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial.
Sumber: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ (dengan berbagai perubahan)

Sumber : 
 
Lihat Selengkapnya »»