Sabtu, 05 Mei 2012

Manusia Punya Energi Menolak Kemungkaran




Manusia Punya Energi Menolak Kemungkaran
Hasil Penelitian Virginia Tech, yang dipublikasikan oleh Journal of Royal Society Interface, hanya dengan sekali bersin seseorang telah mengontaminasi satu ruangan dengan virus flu. Virus tersebut akan tetap aktif walaupun telah lewat satu jam. 

Yang mencengangkan, setelah menganalisis sampel udara dari tiga jenis ruangan, yaitu pesawat terbang, ruang tunggu sebuah klinik kesehatan, dan ruang perawatan, diketahui bahwa setiap meter kubik udara terdapat 16 ribu partikel virus flu. Masya Allah!

Itu baru satu jenis virus. Padahal jumlah jenisnya saja tak terhitung, apalagi jumlah populasinya.
Dengan demikian, jika sampai sekarang populasi manusia masih tetap eksis, itu menunjukkan bahwa manusia memiliki daya tahan tubuh luar biasa.

Jika secara fisik manusia dapat bertahan karena dibekali pertahanan yang kokoh seperti itu, maka demikian pula secara nonfisik (kejiwaan), pasti ada sistem pertahanan yang juga luar biasa.

Keselamatan jiwa (hati) menjadi barometer eksistensi diri manusia. Sebab, manusia yang hatinya rusak tidak bisa disebut sebagai manusia. Ia telah terjerembab dalam kasta binatang.

Allah Subhanahu Wata’ala, dalam al-Qur`an surat Al-A’raf [7] ayat 179, menjelaskan bahwa isi neraka jahannam itu kebanyakan berasal dari bangsa jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah Subhanahu Wata’ala. Mereka mempunyai mata tetapi tidak digunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala. Mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah.

Mereka itu, kata Allah SWT, bagaikan binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Sebagai penegas, Allah Subhanahu Wata’ala juga mengatakan:

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلاً

أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ وَلَوْ شَاء لَجَعَلَهُ سَاكِناً ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلاً


Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Al-Furqan [25]: 43-44)

Oleh sebab itu wajar bila manusia normal memiliki fitrah untuk menyelamatkan diri, baik secara fisik maupun nonfisik, dari berbagai bahaya (madharrat) yang mengancam eksistensinya. Hanya orang stres yang nekat bunuh diri, atau orang gila yang mau makan makanan busuk yang kotor dan membahayakan.

Yang Harus Dicegah

Fitrah normal yang mendorong manusia untuk menarik sebanyak mungkin manfaat, juga terwujud dalam bentuk dorongan untuk menolak madharrat.
Semangat untuk mengejar peluang kebaikan memberikan daya tolak yang setara terhadap peluang keburukan. Contoh terbaik dalam hal ini tak lain adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.

Betapa sering Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam berdoa dengan menggunakan kata “ أسألك" (aku meminta kepada-Mu). Beliau juga sering menyebut manfaat yang beliau inginkan ketika berdoa. Misalnya, اللهم اغفر لي ، وارحمني
Beliau juga kerap menggunakan kata yang mengindikasikan penolakan dan pencegahan. Misalnya, “ أعوذُ  “. Semua doa yang diawali dengan kata itu pasti  bermakna penolakan terhadap madharrat dan pencegahan dari musibah yang akan menimpa.

Selain hal-hal di atas, hal lain yang kerap dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam adalah:

 1.   Senantiasa memohon agar selalu memberi manfaat dan mengindari potensi kemungkaran. Pada waktu pagi, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam berdoa:

رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ

Wahai tuhanku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan di waktu sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan di waktu sesudahnya.” (Riwayat Muslim)

Begitu pula banyak doa sejenis yang senantiasa beliau panjatkan secara rutin, baik di pagi maupun sore hari.

2. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam juga memohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala untuk dibebaskan dari kemungkaran pihak manapun tanpa terkecuali, dengan doa, ”Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna yang tidak akan dilampaui seorang yang baik maupun yang jahat, dari keburukan segala yang ia ciptakan, dari keburukan segala yang turun dari langit dan yang naik ke langit, dan dari keburukan segala yang ia ciptakan di bumi dan yang ke luar darinya.” (Riwayat Ahmad)
Masih banyak doa-doa Nabi Shallallahu "alaihi Wassalam yang menandakan sikap waspada dan antisipasi dari berbagai macam bahaya yang terbayangkan maupun yang tidak terduga.

Pihak Pengancam

Ada tiga pihak yang menjadi ancaman manusia terkait eksistensi kehambaan di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala.
Pertama, setan. Sejak awal penciptaan manusia, iblis telah bersumpah serapah dengan mengatakan:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
(Iblis) berkata, “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (Al-Hijr [15]: 39)

Setan mengepung untuk menggoda manusia dari segala sisi. Allah SWT mengungkap upaya mereka:

ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.” (Al-A’raf [7]: 17)

Kedua, nafsu yang melekat dalam diri manusia. Pada dosis tertentu, nafsu sebenarnya mempunyai manfaat bagi manusia. Namun, jika dosisnya lebih dari itu akan menjelma menjadi racun spiritual yang sangat berbahaya. Apalagi setan juga tidak pernah absen mencari kesempatan untuk menungganginya.

Allah Subhanahu Wata’a mengabadikan perkataan emas Zulaikha, istri al-Aziz, dalam al-Qur`an surat Yusuf [12] ayat 53. Kata Zulaikha, ”Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.
Ibn Katsir menerangkan makna ayat ini. Katanya, ”Nafsu sering kali mendorong pemiliknya untuk berbuat keburukan, misalnya dosa besar, karena nafsu adalah kendaraan setan dan dari situlah setan masuk pada diri manusia”. (Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim,I/400)

Semua manusia pernah takluk kepada nafsu untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wata'ala, baik kafir maupun Muslim. Banyak hal yang dapat dijadikan bukti atas keberhasilan ideologi nafsu. Dominasi ideologi liberal saat ini adalah bukti kesuksesan nafsu.  Merut kaum liberal, atas dasar kebebasan berpendapat, tak dilarang mengkritik dan menghujat agama dan para Nabi.
Ketiga, manusia yang menjadi kawan setan dan budak nafsu. Mereka adalah sesama manusia yang menjadi penerus misi setan untuk menyesatkan orang lain melalui berbagai upaya.

Usaha mereka bermacam-maca. Mulai dari bujukan, sanjungan, pemberian fasilitas, sampai pada tingkat pemaksaan dan pembunuhan secara nyata.
Tentang hal ini, Allah menjelaskan dalam Surat al-Baqarah ayat 217. Kata-Nya, ”Mereka (orang-orang kafir) tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.

Melihat semua dalil dan data kongkrit di atas, tak ada pilihan lain bagi seorang Muslim kecuali harus melakukan upaya pertahanan, penolakan, dan pencegahan sebagai wujud panggilan fitrahnya.

Fitrah itu menghendaki keselamatan seutuhnya, baik raga maupun jiwa, di dunia maupun di akhirat, bagi diri maupun orang-orang yang dicintainya. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba yang selamat. Wallahu A’lam bish-Shawab.