Bila kita pahami sedekah berasal dari kata shadaqah sama dengan akar
kata sidiq, yang artinya membenarkan. Apa yang sebenarnya yang
dibenarkan, yaitu hukum Allah SWT. “Adapun orang yang memberikan
(hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa serta membenarkan adanya pahala
yang terbaik (surga), maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang
mudah. (QS. Al Lail, 92 : 5-7)
Sedekah dalam ayat ini adalah membenarkan balasan yang terbaik, karena
itu sedekah adalah semangat untuk memberi dan berbagi. Dalam sebuah
hadist Rasulullah SAW menyebutkan bahwa senyum adalah sebuah bentuk
sedekah. Jika senyum saja sebagai tindakan yang paling mudah untuk
membuat orang lain senang sudah termasuk sedekah, apalagi tindakan yang
lain.
Rasullullah SAW menegaskan, “Setiap kebajikan adalah sedekah”
(HR Bukhari). Secara luas kita dapat saja bersedekah lewat ucapan yang
baik, budi pekerti, ilmu, tenaga, dan lain sebagainya termasuk harta.
Dan jangan takut harta kita akan habis bila bersedekah, karena Ali bin
Abi Thalib mengatakan, “Jika dunia mendatangimu, sedekahkanlah karena yang kau sedekahkan itu tidak akan habis”, ini sesuai sabda Rasullullah, “sedekah itu tidak akan mengurangi harta” (HR Muslim). Karena itu segera lakukan dan lupakan, DO IT & FORGET IT !
Mengapa karena jika kita tidak segera melupakannya sedekah kita
biasanya akan terganggu. Niat ikhlas bisa saja menjadi riya (ingin
dilihat) atau sum’ah (ingin dibicarakan).
Maka dari itu Alquran menegaskan, “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. (QS Al Baqoroh, 2 ; 264).
Kemudian seorang lelaki bertanya kepada Rasullullah, “Ya Rasullullah, sedekah apakah yang paling utama?” Beliau bersabda, ‘bahwa
engkau bersedekah ketika engkau masih sehat dan segar bugar, ketika
masih memiliki kekayaan dan sangat khawatir terhadap kemiskinan, dan
jangan ditunggu-tunggu hingga nafasmu sampai ke tenggorokan.
Ketika itu engkau akan berkata, “Untuk si fulan sekian... untuk si fulans sekian, padahal harta tersebut sudah menjadi hak si fulan (ahliwaris).”
(HR Bukhari, dari Abu Hurairah RA). Oleh karena itu sebelumnafas
sampai kerongkongan, ketika hayat masih di kandung badan, Mari segera
lakukan dan lupakan, do it & forget it !, Insya Allah.
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan,
karena yang lebih baik disisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Ustaz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)
Twitter: @erickyusuf
|