Sejalan
dengan pelaksanaan Ibadah Haji tgl 10 Zulhijjah 1433H, umat Islam juga
melaksanakan Ibadah Qurban. Qurban sebagaimana dikisahkan dalam
Al-Qur’an bermula ketika Nabi Ibrahim As diminta Allah SWT untuk
menyembelih anaknya sendiri Nabi Ismail As, yang mana kemudian atas
kekuasaanNya Ismail diganti dengan seekor sembelihan yang besar
(kibas). Disebutkan dalam Al Qur’an, Allah memberi perintah melalui
mimpi kepada Nabi Ibrahim untuk mempersembahkan Ismail. Hal sebagaimana
diabadikan dalam QS Surat Ash Shaaffat ayat 102-107.
“Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya
atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).Dan Kami panggillah
dia: “Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu
sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Sebagai
anak yang shalih, Ismail benar-benar yakin bahwa apa yang disampaikan
ayahnya Ibrahim merupakan perintah Allah SWT. Begitu juga Ibrahim,
dengan kepasrahan dan ketulusannya berqurban menjalankan perintahNya.
Padahal kita ketahui dalam sejarah bahwa Ismail adalah anak yang sangat
dicintainya. Di sinilah melalui kisah Ibrahim Allah memberikan
pembelajaran kepada ummat manusia bahwa betapapun kita mencintai sesuatu
termasuk anak kita, namun Ibrahim menunjukkan betapa cintanya kepada
Allah SWT melebihi dari segalanya.
Qurban sering diistilahkan
dengan udhiyah atau Dhadiyyah secara harfiah berarti hewan sembelihan.
Pelaksanaan qurban ini dilaksanakan pada bulan dzulhijjah pada tanggal
10 dan 11, 12 dan 13 (hari tasyrik) yang bertepatan dengan Hari Raya
Idul Adha. Sejarah qurban sebelum Nabi Ibrahim juga terjadi ketika Habil
dan Qabil putera Nabi Adam As. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam QS
Al-Maidah ayat 27 “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera
Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka
berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata
(Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah
hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertaqwa”.
Perubahan Sosial
Dalam
konteks berbangsa dan bernegara saat ini, pembelajaran qurban menjadi
sangat relevan untuk kita aktualisasikan. Qurban merupakan wujud syukur
kita kepada sang Pencipta. Selain itu, qurban memiliki dua karakter
utama yakni adanya pengorbanan dan keikhlasan. Pengorbanan adalah sebuah
karakter utama yang gemar untuk berbuat untuk orang lain. Karakter
orang yang senang membantu orang lain. Dirinya akan gelisah ketika belum
bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Begitu juga keikhlasan
merupakan sebuah karakter kepasrahan atas kehendakNya. Karena ia yakin
bahwa apa yang telah ditentukanNya pasti membawa kebaikan buat semua.
Di
tengah berbagai permasalahan yang masih mendera bangsa ini sesungguhnya
karakter pengorbanan dan keikhlasan menjadi sangat penting kita
aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, pengorbanan.
Program qurban, zakat, infaq shodaqoh dan wakaf yang selama ini telah
berjalan di tengah-tengah masyarakat pada dasarnya merupakan wujud dari
pengorbanan. Pada satu sisi, semakin banyak yang kita keluarkan untuk
program tersebut semakin besar pula tabungan amal kita yang menjadi
bekal di akhirat. Di sisi lain, semakin besar jumlah yang kita keluarkan
untuk donasi tersebut maka akan semakin banyak pula masyarakat yang
akan merasakan manfaatnya.
Untuk keluar dari berbagai permasalahan
yang mendera bangsa ini khususnya yang terkait dengan persoalan hukum,
ekonomi dan kemiskinan, maka semangat pengorbanan menjadi sangat
penting. Sebagaimana yang telah dipersembahkan oleh para pahlawan bangsa
dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Kepentingan umat dan bangsa
adalah lebih utama dari pada kepentingan hawa nafsu dan keserakahan.
Semua anak bangsa bisa bekerja untuk Indonesia melalui profesi atau
pekerjaan yang sedang digeluti. Setiap anak bangsa juga bisa
mengoptimalkan perannya untuk membangun bangsa ini dengan mengorbankan
tenaga, pikiran dan harta. Sehingga cita-cita menuju Indonesia
sejahtera, berdaya dan berbudaya dapat terlaksana.
Kedua,
keikhlasan merupakan sebuah karakter yang menjadi penggerak dalam setiap
jiwa untuk mau dan mampu berbuat bagi kemaslahatan ummat. Dengan
keikhlasan lah seseorang akan terus memiliki semangat untuk berbuat dan
terus berbuat untuk kemajuan bangsanya. Tanpa adanya keikhlasan jiwa
kita akan terasa berat untuk melakukan sesuatu bagi masyarakat.
Keikhlasan perlu kita tumbuhkan dan terus dijaga agar senantiasa hadir
dan melekat sebagai karakter diri kita. Keikhlasan adalah penyempurna
semua pekerjaan dan pengorbanan. Keikhlasan akan melahirkan jiwa-jiwa
manusia yang mampu bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas.
Penutup
Pengorbanan
dan keikhlasan akhirnya juga akan menjadi modal utama di dalam proses
perubahan sosial di masyarakat. Negeri ini tentu akan bisa mencapai
kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan ketika jiwa-jiwa masyarakatnya
dipenuhi dengan karakter pengorbanan dan keikhlasan. Berbagai tantangan
dan permasalahan yang ada seringkali terjadi tentu akan bisa diatasi
dengan adanya jiwa pengorbanan dan keikhlasan tadi. Dua modal karakter
ini jugalah yang menjadi spirit bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia,
sehingga bangsa ini bisa merdeka. Saat ini dan ke depan kita terus
memerlukan jiwa-jiwa yang mau dan mampu untuk berkorban dan ikhlas untuk
bekerja untuk Indonesia mewujudkan perubahan sosial mencapai keadilan
dan kesejahteraan bangsa. Wallahu a’lam bish showab.