Yang
kita tahu adalah para murid sekolah selain wajib melakukan kegiatan
belajar di sekolah, juga dituntut untuk belajar di rumah dengan berbagai
metode yang dilakukan para guru pengajar. Salah satu cara yang
digunakan oleh para guru untuk memaksa anak-anak didiknya untuk belajar
di luar sekolah adalah dengan memberikan pekerjaan rumah atau yang
disingkat PR. PR adalah tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh
seorang pelajar jika tidak ingin mendapat hukuman dari gurunya.
Mungkin bagi sebagian siswa sekolah, PR adalah sesuatu yang mengganggu karena dapat menyita waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengerjakannya. Padahal kehidupan seorang siswa pelajar sekolah tidak boleh hanya diisi dengan belajar saja. Terkadang hal ini tidak dimengerti oleh sebagian guru maupun dosen sehingga mereka bisa memberikan suatu PR yang sulit dan butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya bagi seorang siswa yang kemampuannya biasa-biasa saja.
Bentuk-bentuk pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru kepada murid-muridnya :
- Mengerjakan soal-soal latihan
- Mengisi LKS (lembar kerja siswa)
- Membaca dan memahami suatu materi pelajaran
- Menghapalkan sesuatu
- Membuat suatu karya tulis
- Membuat sesuatu selain karya tulis, dan lain-lain
Suatu hal yang biasa terjadi di sekolah, yaitu di mana para siswa lebih senang menyalin pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh temannya karena malas untuk mengerjakannya sendiri di rumah. Atau mengerjakannya di sekolah dengan sesegera mungkin agar tidak perlu dikerjakan di tempat lain. Dengan begitu sudah pasti tujuan dari pr yang sebenarnya jadi tidak terwujud. Keinginan guru untuk membuat para murid bisa mendalami pelajaran yang telah dijelaskan di luar sekolah menjadi tidak kesampaian.
Seharusnya Pekerjaan Rumah tidak perlu diberikan setiap kali pertemuan tatap muka dengan guru. Jenis PR yang diberikan juga harus yang bersifat sangat penting dan bermanfaat bagi para siswa untuk bekal kehidupannya. Jika rata-rata hampir semua guru memberikan PR atau tugas yang harus diselesaikan di rumah, maka lihatlah betapa menderitanya para siswa harus berjibaku mengakali bagaimana caranya untuk mengerjakan semua tugas dan PR yang ada dengan waktu secepat mungkin dan semudah mungkin agar bisa melakukan kegiatan lainnya di luar sekolah tanpa terbebani secara mental oleh tugas-tugas rutin sekolah.
Berbagai kegiatan siswa di luar kurikulum resmi sekolah yang bermanfaat untuk bekal hidup di kehidupan nyata yang harus didorong dan didukung oleh sekolah :
- Kursus ketrampilan (contoh : memasak, menjahit, mengemudi, pilot, komputer, programming, dll)
- Belajar Ilmu Lain (misal : kedokteran, hukum, agrobisnis, otomotif, arsitektur, pertambangan, agama, dll)
- Ikut Lomba (seperti kompetisi robot, kejuaraan olahraga, karya ilmuah remaja, lomba, dan sebagainya)
- Sosial Kemasyarakatan (misalnya : karang taruna, partai politik, kepengurusan masjid, rt rw, dsb)
- Ekstrakurikuler (seperti : PMR, pramuka, osis, olahraga, koperasi siswa, pecinta alam, dsb)
- Wirausaha (contohnya : perdagangan, usaha jasa, menjadi konsultan, ekspor impor, dll)
- Praktek Magang atau Kerja Paruh Waktu, dan lain-lain
Oleh karena itu justru pihak sekolah seharusnya mengusahakan bagaimana caranya supaya para murid bisa mendapatkan kemampuan dan keterampilan yang tidak didapatkan di sekolah agar masa depan para siswa siswi menjadi lebih baik. Seperti yang kita tahu bahwa sekolah hanya mengedepankan teori ilmu pengetahuan secara umum baik sosial maupun alam. Siswa yang mampu mendapatkan nilai yang tinggi akan dihargai ketimbang siswa yang memiliki nilai rendah bagaimana pun caranya. Padahal dalam dunia nyata hapalan materi pelajaran dan trik cara menjawab soal sudah lagi tidak dihargai. Dunia nyata lebih menghargai kemampuan dan keterampilan dalam bekerja serta hubungan sosial yang baik antara manusia.
Waktu adalah sesuatu yang ada batasnya dalam kehidupan manusia. Waktu yang telah terlewati tidak akan bisa kembali lagi walaupun kita bayar dengan dunia beserta isinya. Membiarkan para siswa tersita waktu hidupnya hanya untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah adalah sesuatu yang sangat tidak bijaksana karena dapat merusak masa depan seorang anak. Biarkan para siswa menikmati waktu senggangnya serta menggali minat dan bakatnya agar memiliki berbagai kemampuan dan ketrampilan yang berguna bagi masa depannya. Pihak sekolah harus mampu menjadi pendorong serta pendukung kegiatan bermanfaat siswa di luar sekolah, bukannya menjadi batu sandungan bagi para siswa dalam meraih masa depan yang cerah.
SUMBER
Mungkin bagi sebagian siswa sekolah, PR adalah sesuatu yang mengganggu karena dapat menyita waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengerjakannya. Padahal kehidupan seorang siswa pelajar sekolah tidak boleh hanya diisi dengan belajar saja. Terkadang hal ini tidak dimengerti oleh sebagian guru maupun dosen sehingga mereka bisa memberikan suatu PR yang sulit dan butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya bagi seorang siswa yang kemampuannya biasa-biasa saja.
Bentuk-bentuk pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru kepada murid-muridnya :
- Mengerjakan soal-soal latihan
- Mengisi LKS (lembar kerja siswa)
- Membaca dan memahami suatu materi pelajaran
- Menghapalkan sesuatu
- Membuat suatu karya tulis
- Membuat sesuatu selain karya tulis, dan lain-lain
Suatu hal yang biasa terjadi di sekolah, yaitu di mana para siswa lebih senang menyalin pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh temannya karena malas untuk mengerjakannya sendiri di rumah. Atau mengerjakannya di sekolah dengan sesegera mungkin agar tidak perlu dikerjakan di tempat lain. Dengan begitu sudah pasti tujuan dari pr yang sebenarnya jadi tidak terwujud. Keinginan guru untuk membuat para murid bisa mendalami pelajaran yang telah dijelaskan di luar sekolah menjadi tidak kesampaian.
Seharusnya Pekerjaan Rumah tidak perlu diberikan setiap kali pertemuan tatap muka dengan guru. Jenis PR yang diberikan juga harus yang bersifat sangat penting dan bermanfaat bagi para siswa untuk bekal kehidupannya. Jika rata-rata hampir semua guru memberikan PR atau tugas yang harus diselesaikan di rumah, maka lihatlah betapa menderitanya para siswa harus berjibaku mengakali bagaimana caranya untuk mengerjakan semua tugas dan PR yang ada dengan waktu secepat mungkin dan semudah mungkin agar bisa melakukan kegiatan lainnya di luar sekolah tanpa terbebani secara mental oleh tugas-tugas rutin sekolah.
Berbagai kegiatan siswa di luar kurikulum resmi sekolah yang bermanfaat untuk bekal hidup di kehidupan nyata yang harus didorong dan didukung oleh sekolah :
- Kursus ketrampilan (contoh : memasak, menjahit, mengemudi, pilot, komputer, programming, dll)
- Belajar Ilmu Lain (misal : kedokteran, hukum, agrobisnis, otomotif, arsitektur, pertambangan, agama, dll)
- Ikut Lomba (seperti kompetisi robot, kejuaraan olahraga, karya ilmuah remaja, lomba, dan sebagainya)
- Sosial Kemasyarakatan (misalnya : karang taruna, partai politik, kepengurusan masjid, rt rw, dsb)
- Ekstrakurikuler (seperti : PMR, pramuka, osis, olahraga, koperasi siswa, pecinta alam, dsb)
- Wirausaha (contohnya : perdagangan, usaha jasa, menjadi konsultan, ekspor impor, dll)
- Praktek Magang atau Kerja Paruh Waktu, dan lain-lain
Oleh karena itu justru pihak sekolah seharusnya mengusahakan bagaimana caranya supaya para murid bisa mendapatkan kemampuan dan keterampilan yang tidak didapatkan di sekolah agar masa depan para siswa siswi menjadi lebih baik. Seperti yang kita tahu bahwa sekolah hanya mengedepankan teori ilmu pengetahuan secara umum baik sosial maupun alam. Siswa yang mampu mendapatkan nilai yang tinggi akan dihargai ketimbang siswa yang memiliki nilai rendah bagaimana pun caranya. Padahal dalam dunia nyata hapalan materi pelajaran dan trik cara menjawab soal sudah lagi tidak dihargai. Dunia nyata lebih menghargai kemampuan dan keterampilan dalam bekerja serta hubungan sosial yang baik antara manusia.
Waktu adalah sesuatu yang ada batasnya dalam kehidupan manusia. Waktu yang telah terlewati tidak akan bisa kembali lagi walaupun kita bayar dengan dunia beserta isinya. Membiarkan para siswa tersita waktu hidupnya hanya untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah adalah sesuatu yang sangat tidak bijaksana karena dapat merusak masa depan seorang anak. Biarkan para siswa menikmati waktu senggangnya serta menggali minat dan bakatnya agar memiliki berbagai kemampuan dan ketrampilan yang berguna bagi masa depannya. Pihak sekolah harus mampu menjadi pendorong serta pendukung kegiatan bermanfaat siswa di luar sekolah, bukannya menjadi batu sandungan bagi para siswa dalam meraih masa depan yang cerah.
SUMBER