Putro Agus Harnowo - detikHealth
(foto: Thinkstock)
Para peneliti menemukan bahwa orang yang melakukan olahraga berat berkurang risikonya terkena sindrom metabolik sebesar dua pertiga dibandingkan orang yang melakukan olahraga ringan. Olahraga berat meliputi aktivitas seperti berlari dan lompat tali. Sedangkan olahraga ringan adalah aktivitas seperti berjalan atau bersepeda santai.
Penderita sindrom metabolik punya lemak berlebih di sekitar pinggang, sulit mengontrol gula darah, memiliki tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol jahat yang tinggi. Penyakit ini membuat penderitanya berisiko tinggi mengalami penyakit jantung, stroke dan diabetes.
Departemen kesehatan Amerika Serikat merekomendasikan untuk melakukan olahraga ringan selama 150 menit atau olahraga berat selama 75 menit setiap minggunya. Pedoman ini didasarkan gagasan bahwa olahraga berat setiap menitnya bisa membakar kalori 2 kali lebih banyak dibandingkan olahraga ringan. Namun rekomendasi ini menyiratkan seolah-olah olahraga berat yang singkat tidak memiliki manfaat kecuali waktunya yang lebih cepat.
Dalam penelitian yang dimuat Journal of Epidemiology, para peneliti menggunakan data dari 1.841 orang dewasa yang berpartisipasi dalam survei National Health and Nutrition Examination yang dilakukan Centers for Disease Control and Prevention. Selama 7 hari, peserta memakai akselerometer di pinggul kanannya. Perangkat ini memberikan data pergerakan dan intensitas olahraga yang dilakukan.
Secara keseluruhan, sekitar sepertiga dari seluruh peserta memiliki sindrom metabolik. Para peneliti menemukan bahwa semakin aktif seseorang, semakin rendah risikonya mengalami sindrom metabolik.
Seperti dilansir LiveSciences, Kamis (5/4/2012), peneliti menemukan bahwa olahraga berat lebih menyehatkan dibanding olahraga ringan. Peserta yang melakukan olahraga ringan selama 150 menit 2,4 kali lebih mungkin mengalami sindrom metabolik dibandingkan peserta yang melakukan olahraga berat selama 75 menit dalam seminggu.
Para peneliti melihat bahwa masyarakat cenderung tidak suka melakukan olahraga yang berat. Dalam penelitian tersebut, 70% peserta tidak melakukan olahraga secara intensif sama sekali. Di antara peserta yang mengikuti pedoman olahraga, hanya kurang dari 20% di antaranya yang mau melakukan olahraga secara intens.