MENGENAL LEBIH JAUH KEBIASAAN LATAH
1. Pengertian Latah
Latah mempunyai arti:
• Menderita sakit saraf dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang lain.
• Berkelakuan seperti orang gila, misalnya; karena kehilangan orang yang dicintai
• Meniru-niru sikap, perbuatan, atau kebiasaan orang atau bangsa lain
• Mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh.
Menurut Dr. Rinrin R. Kaltarina, Psi.,M.Si., Latah adalah ucapan atau
perbuatan yang terungkap secara tak terkendali setelah terjadinya reaksi
kaget.
Latah adalah ucapan atau perbuatan yang terungkap atau
tidak terkendali, pascareaksi kaget (starled reaction). Saat latah
muncul yang berkuasa alam bawah sadar (subconcious).
2. Penyebab Latah
Penyebab utama latah adalah kecemasan atau tertekan gara-gara stres.
Ada beberapa teori yang menyebabkan timbulnya gangguan latah, yaitu :
Teori Pemberontakan. Dalam kondisi latah, seseorang bisa mengucapkan
hal-hal yang dilarang tanpa merasa bersalah. Gejala ini semacam gangguan
tingkah laku. Lebih kearah obsesif karena ada dorongan yang tidak
terkendali untuk mengatakan atau melakukan sesuatu.
Teori
Kecemasan. Gejala latah muncul karena yang bersangkutan memiliki
kecemasan terhadap sesuatu tanpa ia sadari. Rata-rata, dalam kehidupan
pengidap latah selalu terdapat tokoh otoriter, entah ayah atau ibu. Bisa
jadi, latah merupakan jalan pemberontakannya terhadap dominan orang tua
yang sangat menekan. Walau demikian tokoh otoriter tidak harus berasal
dari lingkungan keluarga.
Teori Pengondisian. Inilah yang
disebut latah gara-gara ketularan. Seseorang mengidap latah karena
dikondisikan oleh lingkungannya, misalnya gara-gara latah, seseorang
merasa diperhatikan dan diperhatikan oleh lingkungan. Dengan begitu,
latah juga merupakan upaya mencari perhatian. Latah semacam ini disebut
”latah gaul”.
3. Macam – Macam Latah
Menurut Dr. Rinrin R. Kaltarina, Psi.,M.Si. Ada empat macam latah.
a. Ekolalia: mengulangi perkataan orang lain
b. Ekopraksia: meniru gerakan orang lain
c. Koprolalia: mengucapkan kata-kata yang dianggap tabu/kotor
d. Automatic obedience: melaksanakan perintah secara spontan pada saat
terkejut, misalnya; ketika penderita dikejutkan dengan seruan perintah
seperti ”sujud” atau ”peluk”, ia akan segera melakukan perintah itu.
4. Bahaya Latah
Mengekang Kreatifitas. Karena kita sudah terbiasa untuk meniru orang
lain, berbuat seperti orang lain bertingkah laku. akhirnya kita
kehilangan daya untuk ‘mencipta’ hal-hal yang baru, yang lebih segar dan
kita akan mapan dengan kejumudan. “be a leader dont be a follower”
Mengikis keberagaman. Jangan harap menemukan hal-hal ‘baru’ jika budaya
ini terlanjur menjadi akut. semua orang akan memilih untuk seragam
ketimbang bersusah payah membuat hal yang sama sekali lain. Bisa-bisa
slogan kita akan berubah dari “walaupun berbeda namun tetap satu jua”
menjadi “walaupun satu asalkan berbeda-beda”.
Baik Buruknya Tergantung Peniruan
Menurut Evi Elviati, Psi., psikolog dari Essa Consulting Group, baik
buruknya anak bersikap latah terhadap sang teman tergantung apa yang
ditirunya. Jika sifatnya negatif, maka orang tua harus segera
menghentikan dengan memberinya penjelasan kepada anak. Sebaliknya, jika
yang dicontoh adalah hal-hal positif, maka orang tua justru harus
memberikan dukungan agar anak terus melakukan hal itu.
5. Penanganan / Penyembuhan
Syarat munculnya latah adalah adanya keterkejutan. Untuk mengurangi dan
menyembuhkan latah, ia harus bisa menemukan ketenangan hidup. Misalnya,
keluar dari rumah kalau orang tuanya kerap melakukan tekanan atau
berganti bidang pekerjaan jika pekerjaannya itu membuatnya stres.
Untuk menyembuhkan si latah, lingkungan memang harus berempati. Ada
penderita latah yang sembuh sendiri setelah berkeluarga dan hidup
tenang. Selebihnya, penderita dianjurkan melakukan latihan relaksasi,
meditasi, dan konsentrasi secara rutin. Kegiatan ini akan membantu
penderita menuju kesembuhan. Dan, sering-seringlah melakukan aktivitas
menyenangkan yang tidak membuat stres (Dr. Rinrin R. Khaltarina, Psi.,
M.Si.).
Terapi puasa cukup populer di Eropa maupun AS. Kabar
gembira lain, hasil riset terakhir membuktikan puasa yang dijalankan
secata tepat dan benar, bisa berfungsi sebagai terapi bagi penderita
latah. Ini bersumber kepada fakta bakti bahwa pausa dapat membuat
seseorang lebih mampu menguasai dan mengendalikan diri.