Minggu, 02 Desember 2012

Pakar: guru harus kuasai empat kompetensi


"Guru harus baik dalam penguasaan empat kriteria tersebut. Kompetensi itu perlu sungguh-sungguh dikuasai tenaga pendidik sehingga dapat mencetak anak didik yang berkualitas,"
Pakar pendidikan Arief Rahman mengatakan guru harus sungguh-sungguh menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi akademis, psikologis, pedagogis, dan sosiologis untuk meningkatkan kualitasnya.

"Guru harus baik dalam penguasaan empat kriteria tersebut. Kompetensi itu perlu sungguh-sungguh dikuasai tenaga pendidik sehingga dapat mencetak anak didik yang berkualitas," kata Arief Rahman yang dihubungi di Jakarta, Kamis.

Menurut Ketua Harian Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO tersebut, kompetensi akademis bisa dilihat dari kemampuan seorang guru apakah mengikuti perkembangan ilmu terkini atau tidak. Perkembangan ilmu selalu dinamis karena dalam waktu singkat selalu muncul perubahan baru.

"Mengikuti perkembangan pengetahuan adalah mutlak karena bisa menyegarkan wawasan guru. Setiap saat selalu ada perubahan ilmu, panduan, serta teori baru."

Selain itu, kata dia, guru harus berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. "Kompetensi sosiologis bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya," ujar dia.

Kompetensi pedagogis, yaitu menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual. Menguasai teori belajar dan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik, dan sebagainya.

"Tenaga pendidik harus bisa memanusiakan manusia serta mengantarkan anak didik pada kesuksesan dan kebahagiaan," katanya.

Ia mengatakan keempat kriteria tersebut bisa dikembangkan melalui pencetakan guru dari lembaga pencetak guru yang dulu namanya IKIP menjadi Universitas.

Di samping memperbaiki keempat kriteria tersebut, para guru juga harus ikut serta dalam pelatihan dan seminar motivasi sehingga mendorong mereka untuk terus berkembang.

"Saya beranggapan bahwa selamanya guru tidak boleh berhenti belajar untuk memperbaiki diri," kata dia.

Sebelumnya Pengamat pendidikan Darmaningtyas menilai, sulitnya peningkatan kualitas guru adalah warisan masa Orde Baru. Pola rekrutmen guru yang salah diteruskan meski sudah memasuki masa reformasi.

"Guru-guru yang dulu itu direkruitnya juga salah. Dalam persyaratan menjadi guru zaman itu adalah guru bersih diri dan bersih lingkungannya, guru yang kritis tidak bisa diterima pada saat itu. Pascareformasi juga sama, banyak guru honorer yang secara otomatis bisa jadi PNS," kata Darmaningtyas di sela workshop "Sarjana Mendidik Pelosok Negeri" di Jakarta, Rabu.

Namun, dia percaya kesalahan rekrutmen itu bisa dibenahi dengan mengikutsertakan mereka dalam training supaya punya wawasan.

"Kalau perlu diikutsertakan seperti Sarjana Mengajar di pelosok, para guru dikirim juga ke daerah tertinggal biar termotivasi dalam mendidik dan mengajarnya," kata dia.

SUMBER