Jumat, 30 Maret 2012

Hendaklah Manusia Memperhatikan Makanannya (Bagian ke-2, Selesai)


Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah

Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah itu الرَّحْمنُ(Ar Rahman – Maha Pengasih)?
Bila kita menyadari betapa lemahnya janin dalam perut ibunya dimana ia tak kan mampu mengatur dan memperoleh rezkinya, jika kita merenungkan dan menyadari betapa lemahnya seorang bayi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, betapa amat sangat tak berdayanya manusia untuk dapat membuat biji padi atau buah-buahan sebagai makanannya, menciptakan hujan, dan membuat udara… Jika Anda menyadari dan merenungkan semua itu, dan bagaimana Allah menyediakan semua kebutuhan yang tak mampu kita lakukan, maka hal ini menjadi bukti bahwa semua itu diciptakan oleh Yang Maha Luas dan Dalam Pengetahuan-Nya, Maha Pemberi rezki, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, dan Maha Pengasih.
Bagaimana kita memahami bahwa Allah SWT adalah الكَرِيْمُ Al-Karim – Maha Mulia dengan pemberian-Nya)?
Sesungguhnya, kalau ada orang yang menjamin nafkah dan kebutuhan 10 orang saja tanpa imbalan apapun, maka orang lain pasti akan menjulukinya dermawan. Lalu bagaimana dengan Yang telah menjamin rezki semua manusia bahkan seluruh makhluk hidup? Tentunya hal ini menunjukkan bahwa yang berbuat demikian itu adalah Maha Mulia dengan pemberian-Nya:
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ﴿٦﴾
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Q.S. Huud (11) ayat 6
Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah SWT adalah الهَادِي (al Hadi – Maha Pemberi petunjuk)?
Jika Anda melihat payudara ibu sesudah melahirkan penuh dengan air susu, lalu siapa yang menunjuki payudara tersebut untuk melakukannya? Dan siapa yang telah menunjuki bayi yang baru lahir untuk mengisap puting susu ibunya yang telah penuh dengan ASI itu?
Tidak dapat diragukan lagi bahwa semua itu adalah perbuatan Sang Maha Pemberi petunjuk.
Anda melihat benih yang tumbuh merekah di tanah kemudian batangnya mengarah ke atas sampai yang paling tinggi dan akarnya pun tetap mengarah ke bawah meskipun posisi benih atau biji itu mungkin terbalik sebelum tumbuh, hal ini jelas adalah pengaturan Dzat Yang Maha Pemberi petunjuk. Begitu pula daun-daun yang amat banyak namun tersusun demikian rapi di mana semuanya mendapatkan sinar matahari yang mereka butuhkan dan tidak saling menutupi, lalu siapa yang memberi petunjuk kepada masing-masing daun untuk menempati tempat yang sesuai?
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى﴿١﴾الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ﴿٢﴾وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ﴿٣﴾
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tingi. Yang Menciptakan, dan Menyempurnakan (penciptaan-Nya). Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk. Q.S. Al A’laa (87) ayat 1-3
Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah adalah المُحْيِيْ (Al Muhyi – Maha Menghidupkan)?
Tanah, air, udara dan cahaya semuanya adalah materi yang mati, tidak bernafas atau bernyawa. Dari materi mati dan tak bernafas ini Allah SWT menciptakan tumbuhan yang hidup, berkembang biak, menghasilkan buah atau biji. Ini adalah salah satu bukti bahwa Allah Dzat yang Maha Menghidupkan.
Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah SWT adalah المُصَوِّرُ (Al Mushawwir – Maha Pembentuk rupa)?
Bila Anda menyaksikan sebuah biji di tanah berubah menjadi sebuah pohon berbuah, tentulah Anda dapat memastikan bahwa bentuk pohon yang sempurna itu adalah hasil ciptaan Dzat Yang Maha Pembentuk. Kita menyaksikan setiap pohon memiliki detail bentuk, warna dan buah yang amat beragam, demikian juga dengan daun, ranting, bunga, dan struktur bagian dalamnya. Siapa yang telah mengubah tanah, air, udara, sinar matahari menjadi kebun yang indah dengan sebaik-baik bentuk? Semua itu menjadi saksi sifat Allah yang Maha Pembentuk rupa.
JADI, dengan tafakur terhadap penciptaan Allah, dan dengan merenungkan makanan yang kita makan, kita dapat mengetahui sebagian sifat-sifat Allah SWT:
  • Perencanaan matang terhadap rezki kita menunjukkan sifat Ar-Razzaq
  • Kesempurnaan, manfaat, dan tujuan penciptaan dari semua makhluk menjadi bukti sifat Al Hakim.
  • Kedalaman dan mendetailnya bentuk ciptaan Allah menunjukkan sifat Al Khabir
  • Ilmu dan pengetahuan tak terbatas dalam penciptaan makhluk menunjukkan sifat Al ‘alim.
  • Kasih sayang yang terlihat pada penciptaan makhluk menunjukkan sifat Allah Ar Rahim…
Apa manfaat kita mengenal sebagian sifat-sifat Allah?
Dengan mengenal sifat berarti kita mengenal pemilik sifat (maushuf). Kita telah mengetahui bahwa yang telah menciptakan makanan adalah Pemberi rezki, Maha Bijaksana, dalam dan detail pengetahuan-Nya, Maha Pengasih, … berarti pencipta makanan bukanlah alam semesta, karena alam yang oleh orang atheis dan darwinis dianggap pencipta makhluk hidup tidak mungkin memiliki sifat-sifat sempurna. Hanya Allah saja yang mempunyai semua sifat-sifat kesempurnaan tersebut.
Alam tak punya kemampuan mengatur hingga kita tidak mungkin mengatakan bahwa alamlah yang mengatur rezki.
Alam tak punya hikmah (kebijaksanaan atau mengetahui tujuan perbuatannya).
Alam tak punya khibrah (kedalaman ilmu dan pengalaman).
Alam tak punya pengetahuan sama sekali.
Alam tak punya sifat rahmat (kasih sayang).
Alam tak punya karam (kedermawanan).
Alam tak punya hidayah (kemampuan memberi petunjuk).
Alam tidak hidup sendiri sehingga ia mampu memberikan kehidupan kepada yang lain.
Alam tak punya kemampuan tashwir (membentuk) sehingga kita berkhayal dialah yang membuat bentuk-bentuk indah yang kita lihat di sekeliling kita.
Dan seperti alam, begitu juga dengan berhala atau patung yang diagungkan oleh manusia dulu maupun sekarang. Kita dapat memastikan dengan keyakinan seratus persen bahwa yang memiliki semua sifat-sifat tersebut hanyalah Allah SWT yang telah berfirman:
فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَىٰ طَعَامِهِ﴿٢٤﴾أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا﴿٢٥﴾ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا﴿٢٦﴾فَأَنبَتْنَا فِيهَا حَبًّا﴿٢٧﴾وَعِنَبًا وَقَضْبًا﴿٢٨﴾وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا﴿٢٩﴾وَحَدَائِقَ غُلْبًا﴿٣٠﴾وَفَاكِهَةً وَأَبًّا﴿٣١﴾مَّتَاعًا لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ﴿٣٢﴾
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. Q.S. ‘Abasa (80) ayat 24-32
Kesimpulan
  • Allah SWT memerintahkan kita melakukan tafakur tentang makanan kita karena Dia menjadikan dalam setiap ciptaan-Nya tanda-tanda yang dapat mengenalkan kita sebagian sifat-sifat-Nya.
  • Jika kita renungkan bagaimana Allah SWT mengucurkan rezki kepada manusia ketika berada dalam rahim ibu, bagaimana Dia memberi rezki untuknya berupa ASI, lalu rezki berupa tumbuh-tumbuhan, maka kita dapat mengetahui bahwa Allah SWT adalah Ar-Razzaq.
  • Kita mengetahui bahwa Allah SWT adalah Al ‘Alim, karena Dia mengetahui kebutuhan Anda terhadap rezki ketika Anda dalam rahim ibu lalu Ia kucurkan rezki-Nya untuk Anda. Allah SWT mengetahui kapan Anda keluar dari perut ibu sehingga Ia siapkan ASI untuk Anda. Allah SWT juga mengetahui keberadaan air dalam tanah sehingga ia ciptakan akar untuk tanaman dan penghisap air, Dia mengetahui kebutuhan dedaunan dan Dzat hijau daun terhadap sinar matahari sehingga Dia jadikan daun-daun itu tumbuh menghadap ke arah sinar matahari.
  • Kita mengetahui bahwa Allah SWT adalah Al Hakim ketika kita menyaksikan kesempurnaan dan ketelitian yang tiada tara dalam penciptaan tali pusat, juga tatkala kita menyaksikan kesesuaian yang amat sangat antara perubahan formulasi ASI dengan perkembangan tubuh bayi, begitu pula ketika kita melihat kesempurnaan dan ketelitian di setiap bagian-bagian tumbuhan.
  • Kita mengenal bahwa Allah SWT adalah Al Khabir saat kita menyaksikan ketelitian dan ketepatan dalam mengirim makanan dari tubuh ibu ke tubuh Anda saat Anda di dalam rahim, saat kita melihat kesempurnaan terbentuknya ASI dan keluarnya ASI dari makanan yang dikonsumsi ibu, juga ketika kita memperhatikan pembentukan buah-buahan yang beragam dari tanah yang satu, disirami dengan air yang sama dan dengan udara serta matahari yang sama.
  • Kita mengetahui bahwa Allah SWT adalah Ar Rahim ketika kita tahu bahwa tanpa rezki dari-Nya kita pasti mati. Namun ia menyayangi kita dengan curahan berbagai rezki karena rahmat dan karunia-Nya.
  • Kita mengetahui bahwa Dia adalah Al Karim ketika kita mengetahui bahwa rezki-Nya meliputi semua makhluk-Nya tanpa kecuali.
  • Kita mengetahui bahwa Dialah Al Hadi saat kita menyaksikan arahan yang diberikan-Nya kepada payudara ibu yang segera penuh dengan susu tepat setelah bayi lahir, saat Dia memberi ilham kepada bayi yang belum dapat berpikir untuk mengisap payudara ibunya, saat kita melihat tanaman yang berkembang dengan kadar tertentu (pada waktu tertentu) dan juga perkembangan rezki.
  • Kita mengetahui bahwa Allah adalah Al Muhyi ketika kita menyaksikan munculnya kehidupan pada benda-benda yang mati.
  • Kita mengetahui bahwa Allah adalah Al Mushawwir ketika kita melihat berbagai bentuk yang indah muncul dari tanah, air dan udara.
  • Jika kita mengetahui bahwa yang telah menciptakan makanan adalah Ar Razzaq, Al ‘Alim, Al Hakim, Al Khabir, Ar Rahim, Al Karim, Al Hadi, Al  Muhyi, dan Al Mushawwir, kita dapat memastikan Dialah Allah SWT. Karena alam semesta atau berhala dengan berbagai jenisnya sama sekali tidak memiliki sifat-sifat dan kemampuan seperti itu.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/16750/hendaklah-manusia-memperhatikan-makanannya-bagian-ke-2-selesai/#ixzz1qXvBTlkC