Oleh: Muhammad Yusro
ALHAMDULILLAH, kita saat ini sudah masuk ke dalam Bulan Ramadhan yang
penuh dengan rahmat dan kemuliaan. Berbagai acara pun digelar untuk
menyambut kedatangannya, mulai dari pawai simpatik anak-anak sekolah,
berbagai kajian dan tausiah pembekalan Ramadhan, bakti sosial dan bazaar
murah, sampai dengan tempat pemakaman umum pun ramai diziarahi
masyarakat. Namun terkadang kita luput memperhatikan, bahwa ada bagian
kecil masyarakat kita, yang mungkin tidak begitu ceria sebagaimana
gembiranya anak-anak yang bisa tertawa dengan ayah dan bundanya untuk
menyambut bulan Ramadhan, bahkan bisa jadi, ketika anak-anak kita bisa
berpakaian serba baru nantinya di hari kemenangan, mereka hanya bisa
melihat dan berharap adanya kebaikan orang lain yang menghampirinya
untuk membelikannya pakaian. Ya, merekalah ANAK-ANAK YATIM yang
ditinggalkan oleh ayahnya untuk selama-lamanya.
Sebagian
masyarakat kita beranggapan bahwa ‘Hari Rayanya’ anak-anak yatim itu
adalah pada Bulan Muharram, tepatnya tanggal 10 Muharram. Kita bisa
lihat pada Bulan Muharram, berbagai kegiatan amal digelar untuk
anak-anak yatim, semua komponen masyarakat baik personal maupun lembaga,
seolah berlomba untuk ambil bagian, mereka (anak-anak yatim) bagaikan
artis dadakan pada hari itu, ya inilah Hari Raya Yatim. Apabila dikaji
lebih mendalam, tentang anggapan bahwa Bulan Muharram adalah “Lebarannya
Yatim” dan seakan-akan menjadi “WAJIB” untuk merayakannya, ternyata
pemahaman itu keliru, karena menyandarkannya pada sebuah hadits palsu,
yang bunyinya seperti ini:
“Siapa yang mengusapkan tangannya
pada kepala anak yatim, di hari Asyuro’ (tanggal 10 Muharram), maka
Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yang diusap
satu derajat”.
Dengan tidak bermaksud mengatakan bahwa
menyantuni yatim di Bulan Muharram sebagai suatu kesia-siaan, namun
sepertinya perlu juga disampaikan, bahwa anak-anak yatim itu tidak hanya
hidup di Bulan Muharram lalu kita lupakan mereka pada 11 bulan
selanjutnya. Begitu mulianya bagi setiap orang yang mau berbagi dengan
anak-anak yang kurang beruntung ini, dengan tidak hanya melakukan amal
kebaikan itu di satu bulan saja. Ada Bulan Ramadhan sebagai bulan agung
yang dimuliakan Allah SWT dan Rasulullah SAW, sebagai sarana beramal
lebih banyak lagi, apatah lagi membantu menyantuni anak-anak yatim.
Adapun tentang keutamaan menyayangi mereka, banyak ayat Al Qur’an dan
Hadits Nabi yang menjelaskan hal tersebut
Allah SWT berfirman:
‘Tahukah
kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik
anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin”. [Al Ma'un : 1-3]
Rasulullah SAW, dalam sebuah hadits shahihnya, bersabda:
“Barang
siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim di antara dua orang tua
yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia
pasti masuk surga.” [HR. Abu Ya'la dan Thabrani, Shahih At Targhib, Al-Albaniy: 2543].
Begitu istimewanya anak-anak yatim itu, sehingga Rasulullah SAW mengatakan:
“Aku
dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di Surga seperti
ini”, Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari
tengah seraya sedikit merenggangkannya. [HR. Bukhari]
SUBHANALLAH,
begitu teramat istimewanya mereka (anak-anak yatim) sehingga, amat
sangat disayangkan sekali sekiranya Ramadhan yang dipahami kemuliaan dan
keutamaannya, berlalu tanpa kebaikan untuk mereka. Anak-anak yatim,
merupakan amanah Allah SWT yang dititipkan kepada kita, mereka adalah
bagian dari potret hidup yang menggambarkan, bahwa sesungguhnya “sangat
tidak nyaman” ketika seorang anak tidak memiliki ayah sebagai pelindung,
memberinya makan dan pakaian, dan hal kebahagiaan yang lainnya. Mereka
juga bagian dari ujian terhadap keimanan hamba, mengingatkan akan
pentingnya makna UKHUWWAH, TAKAFUL dan BERKASIH SAYANG. Mereka lah
sumber cahaya, yang dapat MELUNAKKAN HATI yang keras, mengenyahkan sifat
SIFAT BAKHIL/KIKIR terhadap harta, serta menjadi sarana bagi dibukanya
pintu-pintu rezeki. Rasulullah SAW mengatakan:
“Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mengeluhkan
kekerasan hatinya. Nabi pun bertanya: sukakah kamu, jika hatimu menjadi
lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya,
dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan
kebutuhanmu akan terpenuhi.” [HR Thabrani, Targhib]
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak
ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan
turun dua malaikat. Lalu salah satunya berkata, “Ya Allah berikanlah
pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya”, sedangkan yang satunya
lagi berkata, “Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang
yang menahan hartanya (bakhil).” [HR. Al-Bukhari no. 1442 & Muslim no.1016]
Sungguh
sangat beruntung, jika Ramadhan kali ini, dipenuhi dengan aktivitas
sosial guna menyayangi mereka dan mengajaknya bergembira di bulan penuh
mulia ini. Menyayangi mereka, bukan sekadar mengajaknya BERBUKA PUASA
namun harus lebih dari itu, memberikan sedekah dengan menyisihkan harta
untuk mereka bersekolah dan menyiapkan mereka bersuka cita di hari
kemenangan (’Idul Fitri) adalah bagian dari akhlak mulia kepadanya. Kita
sangat berharap, bahwasanya Ramadhan kali ini, yang bisa jadi menjadi
Ramadhan terakhir bagi kita, dapat diisi dengan prestasi amal yang lebih
banyak, dapat mensucikan harta yang dimiliki, sehingga beroleh
keberkahan dari apapun yang dimiliki.
Harta dengan berbagai
aksesorisnya adalah milik Allah SWT yang dititipkan sementara kepada
kita, tidak akan pernah kekal, bahkan bisa jadi akan habis dan lenyap
sama sekali. Harta yang bersih akan mendatangkan ketenangan, keberkahan
dalam hidup sekaligus menjadi penolak bala dan penyakit. Namun
sebaliknya, harta yang kotor, yang hanya ditumpuk karena takut berkurang
atau hilang, yang dibelanjakan hanya untuk diri dan keluarganya, yang
dipertontonkan kepada orang – hanya untuk mendapatkan pujian, acapkali
menjadi “sandungan” dan mengundang FITNAH dalam hidup. Oleh karena
seorang hamba akan mencapai hakikat KEBAIKAN dengan SEDEKAH sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Kamu
sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” [Ali Imran: 92]
Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
“Sedekah
itu tak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada
orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tak ada
orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan
mengangkat derajatnya.” [HR. Muslim no. 2588]
Mari kita
optimalkan Ramadhan dengan mengasihi dan menyayangi anak-anak yatim,
karena efek kebaikan dari optimalisasi amal di Bulan Ramadhan akan terus
dapat dilanjutkan pada bulan-bulan selanjutnya. Setelah Ramadhan pun
kita akan terus menerus ingat dengan anak-anak yatim, karena
sesungguhnya mereka pun memiliki hak untuk diperhatikan, bukan hanya di
bulan Muharram atau bulan Ramadhan saja.