obat herbal/ilustrasi--balesehat.com
Ajaran agama untuk menggali ilmu pengetahuan telah mendorong Muslim untuk mengenal banyak ilmu. Segala upaya mereka kerahkan untuk menekuni sebuah, bahkan beragam ilmu. Termasuk, ilmu pengobatan yang menggunakan tumbuhan.
Ketertarikan pada tumbuhan tak hanya melahirkan ahli pengobatan
herbal. Namun, juga melahirkan perkembangan menakjubkan di bidang
pertanian. Termasuk, teknik baru dalam mengembangkan tanaman, bahkan
pembangunan bendungan dan irigasi.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan ilmuwan Muslim soal tanaman
ini, kemudian lahirlah ilmu tentang pengobatan herbal. Dalam banyak
literatur Islam di abad pertengahan, kehidupan tumbuh-tumbuhan erat
kaitannya dengan ilmu kedokteran dan agronomi.
Sejak Al-Asma'i yang hidup pada 740 hingga 828, seorang ilmuwan terkenal pada masa kekhalifahan Harun Al-Rasyid menuliskan Kitab al-Nabat wa-'l-Shajar, ilmuwan Muslim tak lagi merasa ragu untuk menggunakan istilah botani.
Bahkan kemudian, para filolog Muslim menggambarkan tanaman secara
sistematis. Beragam jenis tumbuhan digolongkan menurut jenisnya. Ada
tanaman masuk dalam golongan pohon, bunga, sayur-sayuran, dan
semak-semak. Pohon juga dibagi menurut kualitas yang dapat dimakan dari
kulit dan biji buah-buahan pohon tersebut.
►►►
Kemahirannya di bidang pengobatan mengantarnya memasuki gerbang
istana. Bergelut dengan ilmu, bukan hal yang asing bagi Abu Da'ud
Sulayman bin Hassan, yang akrab dipanggil Ibnu Juljul. Sejak usia dini,
ia telah akrab dengan beragam bacaan dan ilmu pengetahuan. Hingga
kemudian, ia dikenal di bidang medis dan pengobatan herbal.
Bahkan, karya-karya Ibnu Juljul dalam pengobatan herbal, menjadi
rujukan banyak ilmuwan lainnya. Ia memang tak hanya mumpuni dalam
praktik pengobatan herbal. Namun, ia pun rajin menggerakkan penanya
untuk menuangkan buah pemikirannya.
Ibnu Juljul, lahir di Kordoba, Spanyol, pada 994. Sejak masa kanak-kanak, ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan telah tertanam dalam dirinya. Ia banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Saat berusia 10 tahun, ia telah belajar tata bahasa dan tradisi masyarakatnya.
Ibnu Juljul, lahir di Kordoba, Spanyol, pada 994. Sejak masa kanak-kanak, ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan telah tertanam dalam dirinya. Ia banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Saat berusia 10 tahun, ia telah belajar tata bahasa dan tradisi masyarakatnya.
Ketika usia Ibnu Juljul beranjak 15 tahun, ia mulai bersentuhan
dengan ilmu kedokteran. Padahal, pada masa sekarang, ilmu kedokteran
baru dipelajari secara mendalam di bangku kuliah. Tak heran, jika di
usianya yang masih belia, ia menguasai ilmu kedokteran.
Di sisi lain, Ibnu Juljul juga terampil dalam pengobatan herbal.
Dan rupanya, ia memang sejak semula juga sangat tertarik dengan
obat-obatan, terutama yang berhubungan dengan herbal, obat alami yang
banyak diekstrak dari tumbuh-tumbuhan. Ia juga mendalami farmasi.
Kemahirannya di bidang pengobatan mengantarnya memasuki gerbang
istana. Menurut situs Muslimheritage, Ibnu Juljul pernah bekerja sebagai
dokter pribadi Al-Mu'ayyad Billah Hisyam, seorang khalifah yang
berkuasa pada 977 hingga 1009.
Selain mempraktikkan keahlian medisnya, Ibnu Juljul juga banyak
menuliskan karya-karya di bidang medis. Tak hanya itu, upaya mendalami
ilmu pengobatan terus ia lakukan. Dalam hal ini, ia banyak berbagi
pandangan dan berlatih dengan Albucasis.
►►►
Albucasis merupakan nama tenar Abu al-Qasim Khalaf bin Abbas
Al-Zahrawi. Saat itu, Albucasis adalah dokter bedah ternama di Kordoba.
Ia menemukan penyakit hemofilia, di mana penderitanya, jika luka
darahnya akan terus mengalir dan sulit membeku.
Dalam kariernya sebagai dokter, Albucasis menulis buku yang sangat terkenal berjudul At-Tasrif liman 'Ajiza 'an at-Ta'lif (Metode Pengobatan). Ibnu Juljul dan Abulcasis tak hanya berbagi pandangan, tetapi juga bersama-sama menuliskan pemikirannya di bidang medis.
Mereka bersama-sama menulis saat masa-masa terakhir kekhalifahan di
Andalusia, Spanyol. Di sisi lain, Ibnu Juljul juga menghasilkan
karyanya sendiri. Sejarawan terkenal dari Baghdad, Irak, Bin Abi
Usaybi'a, menyatakan, Ibnu Juljul menulis buku sejarah pengobatan. Buku
itu berjudul Atibba'wa'l Tabaqat al-Hukama . Buku tersebut telah beberapa kali diedit.
Ibnu Juljul mengawali tulisan dalam bukunya itu dengan menguraikan
tentang riwayat ayahnya yang juga ahli obat-obatan. Pada bab-bab
selanjutnya, ia menuliskan para ahli obat-obatan yang sangat terkenal
sebagai para pendahulunya di Andalusia.
Selain itu, Ibnu Juljul mengungkapkan soal hubungan dan komunikasi
yang terjalin antara kekhalifahan di Timur dan Andalusia. Ia pun
mengisahkan bagaimana banyaknya para mahasiswa menempuh perjalanan dari
tempat yang jauh untuk mencari ilmu pengetahuan.
Ibnu Juljul mempelajari ilmu pengobatan herbal yang dilakukan oleh
Pedanius Dioscorides, seorang dokter Yunani kuno, ahli farmasi, dan ahli
botani. Dioscorides sering bepergian guna mencari bahan-bahan jamu dari
seluruh wilayah Romawi dan Yunani.
Dia juga menulis lima jilid buku dalam bahasa Yunani asli. Salah satu bukunya yang terkenal berjudul De Materia Medica (Masalah-masalah
yang berhubungan dengan medis). Berdasarkan ajaran dalam buku milik
Dioscorides, Ibn Juljul membuat sebuah karya berjudul Maqalah .
Dalam karyanya itu, Ibnu Juljul menuliskan berbagai macam tumbuhan
yang penting bagi obat-obatan, termasuk sifat tumbuh-tumbuhan tersebut.
Lalu, dia juga menuliskan efek dari penggunaan tumbuh-tumbuhan itu bagi
organ tubuh tertentu.
Tumbuh-tumbuhan untuk herbal yang ditulisnya sebanyak 28 jenis
berasal dari India atau yang perjalanannya melalui rute perdagangan
India, dua dari Yaman, dua dari Mesir, satu dari Ceylan, satu dari
Khwarizm, dan dua dari kota yang dekat dengan Kordoba.
Dalam bukunya itu, Ibnu Juljul kadang-kadang menuliskan nama orang yang pertama kali menggunakan tumbuhan tersebut untuk pengobatan atau orang yang menceritakan fungsi dan efek penggunaan tumbuhan pada tubuh manusia.
Dalam bukunya itu, Ibnu Juljul kadang-kadang menuliskan nama orang yang pertama kali menggunakan tumbuhan tersebut untuk pengobatan atau orang yang menceritakan fungsi dan efek penggunaan tumbuhan pada tubuh manusia.
Ibnu Juljul, juga membahas tentang batu Bezoar yang dapat digunakan
untuk melawan semua racun. Batu tersebut memiliki warna yang
kekuning-kuningan dengan garis-garis putih. Selain itu, dia juga pernah
membahas soal Ribas.
Mengutip pedagang kepercayaannya, Ibnu Juljul mengungkapkan, Ribas merupakan sejenis sayuran yang rasanya masam. Ribas bisa didapatkan di pegunungan yang tertutup salju. Apa yang diungkapkan dalam bukunya sarat dengan pengalaman dan pengetahuan Ibnu Juljul di bidang medis.
Mengutip pedagang kepercayaannya, Ibnu Juljul mengungkapkan, Ribas merupakan sejenis sayuran yang rasanya masam. Ribas bisa didapatkan di pegunungan yang tertutup salju. Apa yang diungkapkan dalam bukunya sarat dengan pengalaman dan pengetahuan Ibnu Juljul di bidang medis.
►►►
Karya Ibnu Juljul tentang pengobatan herbal, dipelajari pula oleh
banyak ilmuwan lainnya. Di antara ilmuwan yang mempelajari karya Ibnu
Juljul, adalah ahli botani yang bernama Al-Ghafiqi. Ia mengoleksi
beragam jenis tumbuhan dari Spanyol maupun Afrika.
Selain itu, Al-Ghafiqi juga membuat catatan yang menggambarkan secara rinci tentang jenis-jenis tumbuhan yang dikoleksinya itu. Bahkan, seorang ahli sejarah dari Barat, George Sarton, mengatakan, Al-Ghafiqi merupakan ahli botani paling cerdas pada masanya.
Selain itu, Al-Ghafiqi juga membuat catatan yang menggambarkan secara rinci tentang jenis-jenis tumbuhan yang dikoleksinya itu. Bahkan, seorang ahli sejarah dari Barat, George Sarton, mengatakan, Al-Ghafiqi merupakan ahli botani paling cerdas pada masanya.
Sejumlah kalangan mengatakan, deskripsi tentang tumbuh-tumbuhan
yang dibuat Al-Ghafiqi diakui sebagai karya paling membanggakan yang
pernah dibuat seorang Muslim. Karya fenomenal Al-Ghafiqi berjudul Al-Adwiyah al-Mufradah.
Buku milik Al-Ghafiqi, menginspirasi Abdullah Ibnu Ahmad Ibn Al-Baitar atau Ibnu Baitar, untuk meneliti tumbuh-tumbuhan. Ia juga dikenal sebagai salah satu ahli botani sekaligus obat-obatan di Spanyol pada abad pertengahan.
Buku milik Al-Ghafiqi, menginspirasi Abdullah Ibnu Ahmad Ibn Al-Baitar atau Ibnu Baitar, untuk meneliti tumbuh-tumbuhan. Ia juga dikenal sebagai salah satu ahli botani sekaligus obat-obatan di Spanyol pada abad pertengahan.
Selain terinsipirasi Al-Ghafiqi, Ibnu Baitar juga mengutip empat
belas tulisan tentang obat-obatan herbal milik Ibn Juljul. Padahal,
Al-Baitar merupakan ahli botani yang hebat. Terbukti, ia mengoleksi dan
mencatat 1.400 jenis tanaman obat.
Catatan dan koleksi tersebut, Ibnu Baitar peroleh saat ia
menjelajahi pesisir Mediteranian dari Spanyol ke Suriah. Salah satu
karya Al-Baitar yang paling termasyhur berjudul Al-Mughani-fi al Adwiyah al Mufradah.
Dari banyaknya para ahli botani dan medis yang mengutip karya Ibnu Juljul, menunjukkan bahwa karyanya di bidang pengobatan herbal merupakan karya hebat dan teruji. Karya Ibnu Juljul dianggap sebagai karya yang memiliki nilai tinggi.
Dari banyaknya para ahli botani dan medis yang mengutip karya Ibnu Juljul, menunjukkan bahwa karyanya di bidang pengobatan herbal merupakan karya hebat dan teruji. Karya Ibnu Juljul dianggap sebagai karya yang memiliki nilai tinggi.
Bahkan, karya Ibnu Juljul tak hanya menjadi rujukan ilmuwan di
wilayah Andalusia, namun juga oleh ilmuwan luar negeri seperti Maroko.
Kontribusi Ibnu Juljul di dunia medis, sangat berharga bagi penggunaan
tanaman untuk obat, bahkan di dunia modern.