Obat
adalah setiap agen kimia yang digunakan untuk menyembuhkan, meringankan
atau mencegah penyakit. Untuk memproduksi dan memasarkan sebuah obat
baru, ada prosedur yang komprehensif untuk menguji efek penyembuhan dan
efek sampingnya. Di rak-rak supermarket, banyak produk yang terlihat
seperti obat, tetapi secara hukum diklasifikasikan sebagai makanan
suplemen. Produk tersebut termasuk vitamin, mineral dan herba yang
menawarkan manfaat kesehatan. Produk-produk ini tidak memerlukan
persyaratan perizinan seketat obat-obatan. Kecuali untuk obat berbasis
herbal yang dikenal sebagai fitofarmaka, efektivitas produk-produk
tersebut tidak diselidiki secara sistematis.
Obat hadir dalam
berbagai bentuk sediaan seperti suntikan, tablet, kapsul, serbuk
(puyer), koyo, semprotan, salep, tetes dan supositoria. Mana yang
terbaik tergantung pada di mana atau seberapa cepat bahan aktif akan
dilepaskan atau kepada siapa obat diberikan (misalnya orang dewasa,
anak). Pada setiap kemasan obat, terdapat label yang berisi informasi
identitas dan petunjuk pemakaiannya. Membaca dengan cermat dan memahami
informasi tersebut akan memaksimalkan potensi manfaat obat dan mencegah
timbulnya efek samping yang tidak diinginkan.
1. Nama obat
Obat
dipasarkan dalam dua jenis: obat generik dan obat merek. Obat generik
adalah obat yang memiliki nama sama dengan bahan aktifnya. Obat merek
adalah obat yang memiliki nama pasar sesuai yang diperkenalkan oleh
produsennya. Pada label obat merek, biasanya tercantum dua nama: nama
merek dan nama generiknya (bahan aktifnya). Nama merek terdapat pada
bagian atas label, yang biasanya lebih dikenal masyarakat. Bahan aktif,
yang terletak di bawah nama merek, adalah nama sebenarnya dari obat itu.
Misalnya, nama mereknya adalah Panadol, bahan aktifnya adalah paracetamol.
Merek lain paracetamol yang diproduksi oleh perusahaan yang berbeda
termasuk Sanmol, Pamol, Dapyrin, Grafadon, Hufagesic dan Bodrex.
2. Indikasi
Indikasi
adalah kondisi yang membuat penggunaan obat tertentu dianjurkan.
Indikasi untuk paracetamol, misalnya, adalah nyeri dan demam ringan
sampai moderat. Satu obat mungkin memiliki lebih dari satu indikasi,
yang berarti bisa digunakan untuk beberapa penyakit atau kondisi. Setiap
indikasi yang dicantumkan dalam label obat harus mendapatkan
persetujuan dari BPOM. Produsen tidak diperbolehkan untuk memasarkan
obat untuk indikasi yang belum disetujui oleh BPOM. Jangan menggunakan
obat untuk sesuatu yang tidak diindikasikan, karena mungkin justru
berbahaya bagi Anda.
3. Dosis
Obat-obatan tersedia dalam
dosis (kekuatan) yang berbeda. Label obat akan memberitahu Anda berapa
dosis yang tersedia. Paracetamol, misalnya, tersedia dalam dosis 100 mg
(sirup), 250 mg, 500 mg, 650 mg dan 1000 mg. Mengetahui dosis obat
adalah hal yang penting. Beberapa obat menggunakan nama “forte” untuk
menunjukkan dosis yang lebih kuat.
Obat mungkin harus Anda ambil
secara teratur pada interval tertentu, sehingga dosis obat dalam tubuh
tetap merata sepanjang periode pengobatan. Kemampuan tubuh kita dalam
merespon obat-obatan juga menurun oleh usia. Karena itu, dosis obat
mungkin harus dikurangi ketika Anda mulai menua, untuk meminimalkan
kemungkinan efek samping.
4. Instruksi dan peringatan
Instruksi
memberitahu Anda kapan dan berapa banyak obat harus diambil. Label obat
mungkin juga memberi petunjuk tambahan untuk obat tertentu. Sebagai
contoh, Anda mungkin diinstruksikan untuk membuang obat satu bulan
setelah dibuka (tetes mata) atau meneruskan pengobatan sampai semua
tablet habis (antibiotik).
5. Efek samping
Obat
tidak sepenuhnya aman. Sebagian besar obat memiliki efek samping yang
tidak diinginkan. Efek samping yang paling serius tidak berhenti setelah
pengobatan dihentikan, namun hal itu jarang terjadi.
Efek samping
tidak selalu terjadi karena setiap orang bereaksi berbeda terhadap
obat. Setiap orang memiliki sistem dan metabolisme tubuh yang sedikit
unik, sehingga tubuh Anda tidak selalu merespon obat-obatan dengan cara
yang sama dengan orang lain. Kadang-kadang, obat yang manjur untuk
kebanyakan orang tidak bermanfaat untuk Anda. Demikian pula, Anda
mungkin mengalami efek samping yang tidak dialami kebanyakan orang lain.
Akibatnya, Anda mungkin harus mencoba lebih dari satu obat sebelum
menemukan yang cocok untuk Anda.
Ketika memulai obat baru,
tanyakan kepada dokter apa efek sampingnya yang harus Anda waspadai.
Kemudian, pantau respon tubuh terhadap obat itu dalam dua minggu
pertama. Jika Anda mengalami efek samping, beritahu dokter Anda.
Konsultasikan dengannya apakah efek samping tersebut serius dan apakah
perlu obat alternatif. Obat harus dipilih agar manfaatnya lebih besar
daripada mudaratnya.
Anda dapat menghindari atau mengelola
beberapa efek samping dengan perencanaan ke depan. Misalnya, mengambil
obat tertentu sesudah makan dapat mengurangi gangguan perut.
6. Mengemudi kendaraan dan mengoperasikan mesin
Obat
dapat memengaruhi kemampuan Anda untuk mengemudi atau mengoperasikan
mesin. Obat tersebut biasanya adalah jenis obat penenang atau obat
penghilang rasa sakit yang kuat. Sesuai saran di atas, Anda harus
berhati-hati dengan obat yang efeknya belum terbiasa. Pada beberapa
kasus, Anda mungkin perlu pembiasaan dengan efek obat sebelum aman untuk
mengemudi kendaraan atau mengoperasikan mesin lagi.
7. Kontraindikasi
Kontraindikasi adalah keadaan di mana Anda tidak disarankan menggunakan obat tertentu. Kehamilan atau penyakit tertentu dapat mengecualikan penerapan obat.
8. Interaksi
Interaksi
obat dengan obat lain, makanan, suplemen dan herba tertentu dapat
memengaruhi efeknya. Interaksi bisa menyebabkan efek obat terlalu kuat
(overdosis) atau terlalu lemah. Untuk informasi lebih lanjut mengenai
interaksi obat, silakan membaca: Waspadai interaksi obat dan makanan.
9. Informasi lain dalam kemasan
Label obat juga akan memberitahu Anda nama perusahaan yang memproduksinya, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. Rincian ini penting untuk memastikan bahwa obat tidak kadaluwarsa dan nomor batch dapat menjadi referensi bila terjadi kesalahan produksi atau hal lain yang membuat obat dengan nomor batch tertentu harus ditarik dari peredaran.