Selasa, 03 Juli 2012

Bahan Makanan yang Dapat Membuat Ketagihan

Beberapa makanan ternyata mengandung bahan yang bisa membuat orang ketagihan. Tanpa disadari, sejumlah makanan favorit mengandung bahan adiktif yang membuat candu.
Tentu saja hal ini berbahaya karena bisa membuat nafsu makan tak terkendali dan memicu kenaikan berat badan. Apa saja bahan-bahan tersebut?


Sodium nitrit
Bahan kimia ini berfungsi untuk mengawetkan, memberikan warna, dan memberikan rasa pada olahan daging. Sodium nitrit banyak terdapat pada produk olahan daging dan ikan asap. Tidak hanya membuat orang kecanduan tetapi juga bisa meningkatkan risiko kanker. Jadi, sebaiknya kurangi konsumsi daging olahan.


BHA dan BHT
Butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydrozyttoluene (BHT) adalah antioksidan untuk mencegah makanan dalam kemasan berbau tengik dan berminyak. Bahan kimia ini banyak terdapat pada sereal, permen karet, keripik kentang, dan minyak sayur.


Propyl gallate
Propyl gallate juga termasuk bahan pengawet makanan dalam kemasan. Fungsinya sama seperti BHA dan BHT, dan sering digunakan bersamaan. Bahan ini juga banyak terdapat pada produk daging olahan, permen karet, dan kaldu ayam kemasan.


Monosodium glutamat
Monosodium glutamat atau MSG yang biasa digunakan sebagai penyedap masakan ini mengandung zat adiktif yang membuat candu. Pada beberapa orang, MSG bahkan bisa memunculkan gejala alergi, seperti sakit kepala dan mual. Untuk itu kurangi penggunaan MSG dalam masakan. Anda bisa menggunakan bahan-bahan segar untuk mendapatkan citarasa lezat tanpa MSG.
SUMBER
Lihat Selengkapnya »»  

Konsumsi Gorengan dengan Minyak Mengandung Plastik

Disinyalir ada segelintir pedagang gorengan nakal yang menggunakan bahan kimia dicampur minyak goreng dengan jumlah yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Plastik yang biasanya digunakan untuk membungkus, dicampurkan sang pedagang ke dalam minyak gorengannya. Plastik bening yang biasanya merupakan pembungkus minyak goreng ikut dimasukkan ke dalam wajan bersama dengan bahan utama gorengan, semua dipanaskan bersama-sama hingga plastik leleh dan bahan gorengan mentah digoreng.

Hasilnya, gorengan menjadi renyah, tahan lama, dan gurih. Pedagang yang menggoreng dengan resep ini mengaku mendapat konsumen lebih banyak sejak menerapkan teknik ini. Gorengan bisa jadi lebih laku keras karena renyah dan gurih.

Secara umum plastik dibagi menjadi dua jenis termoset dan termoplastik. Termoset bila dipanaskan akan terjadi perubahan kimia dan molekul-molekulnya tidak dapat dibentuk kembali, sehingga tidak bisa didaur ulang. Sedangkan termoplastik dapat dipanaskan dan dibentuk, berulang-ulang atau dengan kata lain dapat didaur ulang. Plastik kresek, kemasan plastik berbahan polivinil klorida (PVC) dan kemasan makanan ‘styrofoam’ berisiko melepaskan bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan. Monomer styrene yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas bila berkontak dengan minyak panas atau makanan yang berminyak / berlemak / mengandung alkohol dalam keadaan panas. Meskipun bila residunya kecil tidak menimbulkan bahaya, jika ditimbun terus-menerus, senyawa tersebut dapat memicu berbagai penyakit. Seperti yang dikatakan peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Ani Retno, gorengan berplastik yang dikonsumsi dalam waktu lama sangat berpotensi menyebabkan kanker karena mengandung zat karsiogenik.

Gorengan yang dimasak dengan minyak goreng hasil pengulangan dalam suhu tinggi dan jangka waktu lama (deep frying) memberikan kontribusi tertinggi terhadap asupan asam lemak trans. Asam lemak jenis ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya penyakit akibat penyumbatan pembuluh darah, salah satunya adalah penyakit jantung koroner atau dapat juga menyebabkan kelumpuhan karena rusaknya jaringan saraf dan kandungan yang paling berbahaya pada plastik tersebut, yaitu Bisphenol A (BPA), yang mampu merangsang pertumbuhan sel kanker atau memperbesar risiko keguguran kandungan. 
SUMBER
Lihat Selengkapnya »»  

Senin, 02 Juli 2012

Ketika Keikhlasan Terabaikan

 

Oleh: Oktarizal Rais



Ikhlas. Mudah diucapkan tapi tidak mudah untuk diterapkan. Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, “Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah.” Seorang ulama saja masih merasa sulit, bagaimana dengan kita?
Ikhlas berasal dari kata khalasha yang secara bahasa berarti membersihkan. Sedangkan secara istilah artinya membersihkan niat dan motivasi, serta hanya menjadikan Allah sebagai tujuan. Lawan dari ikhlas adalah riya’, yaitu beramal karena mencari keridhaan manusia, ingin dipuji, dan bukan karena Allah. Riya’ termasuk salah satu dosa yang merusak amalan, dan ancaman terhadapnya sangat besar dan keras dalam Al-Quran dan Hadits,
يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS. Al-Baqarah: 264)
وَالَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَـاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَن يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِيناً فَسَاء قِرِيناً
“Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.” (QS. An-Nisa: 38)
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَارِهِم بَطَراً وَرِئَاء النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَاللّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.” (QS. Al-anfal: 47)
Dan riya’ juga termasuk salah satu sifat orang munafik dan orang kafir,
إنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa: 142)
الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ () الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ () وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ ()
“(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’ dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al Maa’uun: 5-7)
Maka bisa dikatakan bahwa ikhlas adalah salah satu prinsip yang besar dan penting di dalam agama Islam. Karena hilangnya Ikhlas menjadi sebab tertolaknya amal ibadah. Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda: Sesungguhnya orang yang paling pertama akan diadili pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang mati syahid, maka Allah-pun memperkenalkan nikmatNya kepadanya dan diapun mengetahuinya. Allah bertanya: Apakah yang engkau perbuat untuk mendapatkan nikmat tersebut? Maka lelaki tersebut menjawab: Aku telah berperang dalam rangka menegakkan kalimatMu sampai mati syahid. Dia membantah lelaki tersebut: “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau berperang agar dikatakan sebagai seorang pemberani, dan itu telah dikaitkan kepadamu. Kemudian diperintahkan untuk diseret di atas wajahnya sehingga dicampakkan ke dalam api neraka. Kemudian seorang lelaki yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an. Maka diapun didatangkan menghadap Allah untuk memperlihatkan nikmatnya sehingga diapun mengetahuinya. Allah bertanya: Apakah yang telah engkau perbuat untuk meraih kenikmatan tersebut? Lelaki tersebut menjawab: “Aku belajar ilmu agama dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an semata karena diriMu. Allah membantah: Engkau telah berdusta, sesungguhnya engkau menimba ilmu agar dikatakan orang yang alim dan membaca Al-Qur’an agar orang memujimu sebagai orang pandai membaca, dan itu telah dikatakan bagimu, maka diperintahkanlah malaikat menggeretnya di atas wajahnya sehingga dilemparkan ke dalam api neraka. Dan seorang lelaki yang diluaskan rizkinya oleh Allah dan diberikan baginya bermacam-macam harta. Maka dia dihadapkan kepada Allah dan Dia memperkenalkan baginya nikmat-nikmatnya. Lalu Allah bertanya kepadanya: Apakah yang telah kamu kerjakan untuk mendapatkannya? Dia menjawab: Tidaklah satu jalan pun yang engkau senangi untuk diinfaqkan harta padanya kecuali aku menginfakkan harta padanya karena diriMu”. Allah membantahnya: “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau mengerjakan perbuatan tersebut agar dikatakan sebagai orang yang dermawan dan hal tersebut telah katakan bagimu”. Kemudian dirinya digeret di atas wajahnya kemudian dicampakkan ke dalam api neraka)). Lalu pada saat hadits ini sampai kepada Mu’awiyah maka diapun menangis dengan sejadi-jadinya, lalu pada saat dia telah sadar dia berkata: Maha benar Allah dan Rasul-Nya:
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan”
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan.” (QS. Huud: 15-16)
Perhatikan dan renungkanlah hadits di atas. Bagaimana seorang ahli al-Qur’an tidak mendapatkan syafa’at dari al-Qur’an itu sendiri padahal al-Qur’an memiliki hak untuk dapat member syafa’at bagi mereka yang senantiasa membacanya dan mengajarkannya? Tidak adanya syafa’at dari al-Qur’an disebabkan hilangnya keikhlasan pembacanya. Demikian pula dengan pemilik harta dimana kebaikannya kepada orang lain dan silaturrahimnya tidak dapat menjadi penolong baginya, disebabkan hilangnya keikhlasan di dalamnya. Demikian pula keadaannya dengan sang Pejuang yang terbunuh di medan perang, dimana terbunuhnya dia di sana tidak dapat memberikan pertolongan baginya di hari kiamat, disebabkan karena pengorbanannya hampa dari keikhlasan.
Dari Mahmud bin Labid: Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Hal yang paling aku takutkan terjadi pada diri kalian adalah syirik kecil” para sahabat bertanya: ‘apa syirik yang kecil itu wahai Rasul Allah?’, Rasulullah menjawab: “Riya’, pada hari Qiyamat nanti, pada hari pembalasan atas setiap perbuatan, Allah Swt akan berkata kepada mereka (yang berlaku riya’): “pergilah kalian kepada mereka (dimana amalan kalian persembahkan) dan carilah balasan dari perbuatan kalian itu dari sisi mereka” (Dikeluarkan oleh Ahmad).
Dalam hadits yang lain disebutkan:
Dari Ibnu ‘Abbas beliau berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang mencari popularitas dengan amal perbuatannya, maka Allah akan menyiarkan aibnya dan barang siapa yang riya’ dengan amalnya, maka Allah akan menampakkan riya’nya” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Masya Allah… Betapa pentingnya keikhlasan. Ketika keikhlasan terabaikan… Apalagi yang mau kita andalkan? Padahal ia salah satu syarat diterimanya sebuah amalan…
Begitu meruginya kalau kita beramal tanpa keikhlasan. Pertama, amalnya sia-sia karena Allah tolak. Kedua, tidak ikhlas adalah suatu pertanda ada motivasi lain selain ridha Allah, maka masuklah ke dalam riya’, dan riya’ adalah syirik. Ketiga, riya’ termasuk salah satu sifat orang munafik. Wal’iyaadzu billah.
Semoga semua amal-amal kebaikan kita semata-mata murni karena Allah SWT, ikhlas karena Allah swt.
Wallahua’lam.
Sumber
Lihat Selengkapnya »»  

Minggu, 01 Juli 2012

PENGUMUMAN HASIL PLPG UNIMED GELOMBANG 1 (21 - 30 MEI 2012)

PENGUMUMAN HASIL PLPG UNIMED GELOMBANG 1 (21 - 30 MEI 2012)


PENGUMUMAN

KEPADA PESERTA PLPG-1 YANG TIDAK LULUS AGAR MENGIKUTI UJIAN ULANGAN YANG AKAN DILAKSANAKAN PADA :
HARI/TANGGAL                : 07 JULI 2012
PUKUL                            : 08.00 – SELESAI
TEMPAT                          : GEDUNG SERBAGUNA UNIMED
UNTUK KELANCARAN PELAKSANAAN UJIAN ULANGAN, DIHARAPKAN KEPADA PESERTA YANG MENGIKUTI UJIAN ULANGAN UNTUK MEMBAWA KELENGKAPAAN SEBAGAI BERIKUT:
1.      1. TANDA PENGENAL (KTP/SIM/KARPEG/DAN LAINNYA)
2.PERLENGKAPAN UJIAN SEPERTI  PENSIL, PULPEN, PAPAN KERJA, RAUTAN, PENGHAPUS, DAN PERLENGKAPAN LAIN YANG DIBUTUHKAN DALAM PELAKSANAAN UJIAN.
3. BAGI PESERTA YANG MENGIKUTI UJIAN PRAKTEK MENGAJAR AGAR MEMBAWA RPP DAN MEDIA PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN BIDANG DIKLAT YANG DIIKUTI
4.  BAGI PESERTA YANG MENGIKUTI  UJIAN WORKSHOP AGAR MEMBAWA PROPOSAL PTK, RPP, BAHAN AJAR, MEDIA PEMBELAJARAN,  LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DAN PERANGKAT PENILAIAN

UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT HUBUNGI NOMOR TELP. 081361371116 (MUHAMMAD ARSYAD)



PANITIA PLPG
PSG RAYON 102 UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Lihat Selengkapnya »»  

10 Birds You Really Ought To Avoid




by Ryan Thomas
Birds are often associated with a sense of peacefulness; they are the first thing you hear on a sunny day when you wake up in the morning, or when you go for a pleasant stroll through the park. But they can also be cruel, hellbent bastards, leaving a careless path of death and destruction in their wake. While they may be capable of all kinds of monstrosities, they are a sort of affirmation that we do live in a world that has a tendency to chew you up and spit you out in the game of good, Darwinian sport. Here are ten birds you’re better off avoiding.


10
Seagull
Seagull-Screaming-871281976747C3Dh
You might think that the worst a seagull could do is fly away with you lunch, or crap on your parade, but these beach dwellers have a dark side lurking just beneath their feathers. And you will see it if you stumble upon their nest. Seagulls, if they feel their chicks are in any way being endangered, will strike with a vengeance and peck your brains out (or do the next best thing anyway).


9
Velociraptor
6A010534B8668F970C0115715A518F970C-800Wi
Yes, they are long past existing, along with the rest of the dinosaurs. But it’s worth clarifying that – contrary to Jurassic Park-fueled popular belief – velociraptors were in fact feathered-and-taloned birds and not the scaly overgrown lizards you might have thought they were. That being said, they were were more fierce than any existing bird we have today. They were incredibly smart, hunted in packs (according to one theory), and had stiletto-sharp talons that could easily slash the throats of their prey (which were usually dinosaurs, not so much field mice and fish).


8
Falcon
Peregrine-Falcon-3
A so-called bird of prey, these birds’ jobs are to pounce on small rodents and fish and pierce their flesh via incredibly sharp talons. (They can also tear into spinal cords with their uniquely-shaped beaks.) They are hunting machines, equipped with traits that aid in their self-sustenance, like feathery Swiss Army knives. While they can be trained to hunt in favor of humans (“falconry”), they still possess the potential to inflict serious harm, even at a young age. 


7
Blue-Capped Ifrita
2011-05-24-14-28-17-4-Blue-Capped-Ifrita
While this bird eats nothing bigger than an insect, it is armed with an acquired self-defense mechanism that keeps it from being messed with in any serious way. Dieting on a certain type of beetle that produces batrachotoxins similar to the poison dart frog, handling the bird with bare hands can result in numbness and toxins. Who would’ve thought such a pretty bird could be so hazardous to your health? 


6
Little Shrikethrush
Pitohui.Chatain.Pain
This bird, like the former, is armed with the same lethal toxin common amongst Poison Dart Frogs. The Little Shrikethrush can be found in tropical and sub-tropical forests of Indonesia, Australia, and Papua New Guinea. The bird is olive colored and often well-camouflaged in the trees, but it does emit a particular musical sound, which makes it like a Siren of sorts, although not so carnage-intent.


5
Pitohui
2-Pitohui-Horizontal
This was the first of the three known toxic birds to be discovered to carry a lethal poison within its skin and feathers. Papua New Guineans call the bird a “rubbish bird” as it is inedible. Almost. If desperation strikes (as if there was nothing else in the vicinity that could be eaten), the bird could be eaten if the feathers and skin were removed and the skin roasted in charcoal. But your best bet is to just make a note in your bird-watcher’s field guide that this animal is off limits for snacking.


4
Eagle
Bald Eagle-Wingspan-1024X768
The danger of this bird lies in its potential for harm. It sports the kind of beak and talons and eyesight that make it such a vicious predator in the wild. It can fly and carry four-pound objects. And it is voracious enough to eat a pound of fish in four minutes. These birds are master huntsman and potent symbol of power, so much so that it serves as the coat of arms and official seal of countless nations (U.S. included). 


3
Vulture
V
These Jim Hensonian birds are as ugly as they are sinister. Often equated to a grim reaper-type presence, looming over corpses and taking advantage of untimely deaths, they are largely scavengers, picking apart the flesh of the dead and decaying, although they can speed up the process of one already en route to their final destination. They are equipped with exceptionally acidic stomachs that can endure kinds of bacteria, viruses, and anthrax which most other living creatures can’t (also, their urine is a powerful anti-bacterial which can kill any of the kinds of unsanitary filth they regularly trudge through).


2
Ostrich
Man-Chased-Ostrich-500X337
These birds are the biggest birds in the world – they can reach heights of 9 feet and weights up to 350 pounds – and are kind of unpredictable. They can run at speeds of 30 MPH for up to 10 miles straight, and have legs that can kick a hyena to its death. Not only that, but it also has sharp claws. If it weren’t for their goofy faces and sheepish tendencies (the whole putting their heads in holes in the ground thing), you’d swear these things were just oblong monsters. 


1
Cassowary
Cassowary Attack-1
This bird is considered to be the most dangerous bird in the world, with a criminal record deserving (in the human kingdom anyway) of outright capital punishment. Common to New Guinea (do not go there for the birds!), this bird has a 5 inch-long dagger-like claw attached to its second claw that can kill a man (and has before!). Their legs are ridiculously powerful, can kick humans (and dogs) with violent force, and can run at speeds up to 31 MPH. During WWII, American and Australian troops in New Guinea were warned to steer clear of them. So then should you, unarmed and un-armored.
Lihat Selengkapnya »»  

Asal Usul Minuman TEH

Minuman Teh
Asal Usul Minuman Teh – Bangsa China telah minum teh selama 5.000 tahun. Asal mula teh pada awalnya masih merupakan legenda . Legenda yang paling terkenal adalah cerita tentang Kaisar Shen Nung (diucapkan: ‘Shay-Nung’). Penemuan teh olehnya belum ditempatkan secara tepat dalam sejarah, yaitu pada tahun 2737 Sebelum Masehi.


Selama ribuan tahun, bangsa China meminum teh untuk kesehatan dan kenikmatan. Tidak seorangpun tahu apa yang menyebabkan mereka tertarik dengan daun hijau serta mengkilap dari Camellia sinensis , tetapi legenda populer dapat memberi pengetahuan kepada kita.
Pada suatu hari, ketika Kaisar Shen Nung akan mengambil air mendidih, beberapa daun dari pohon yang menjuntai tertiup angin dan jatuh di panci berisi air mendidih tersebut. Sang Kaisar ingin tahu dan memutuskan untuk mencicipi air rebusan yang tidak menyerupai minuman tersebut. Kaisar menemukan air rebusan itu sedap dan menyegarkan tubuh.


Legenda dari India menghubungkan penemuan teh dengan biarawan Bodhidharma. Sang biarawan sangat kelelahan setelah mengakhiri pertapaannya selama 7 tahun. Dalam keputusasaan dia mengunyah beberapa daun yang tumbuh didekatnya, yang dengan serta-merta menyegarkannya kembali.


India saat ini merupakan penghasil teh terbesar di dunia, tetapi tidak ada catatan sejarah mengenai minum teh di India sebelum abad kesembilan belas. Eksperimen dari Bodhidharma mengunyah teh tidak pernah disebarkan kepada masyarakat umum pada saat itu.
Mitologi lain dari Jepang mengenai biarawan yang bertapa, Bodhidharma, menjelaskan bagaimana ia membuang kelopak matanya yang berat ke tanah karena merasa frustasi tidak mampu untuk tetap terjaga. Pohon teh tumbuh di mana ia membuang kelopak matanya. Dedaunan dari pohon yang baru tumbuh ini secara ajaib menyembuhkan kepenatannya.


Teh bukan asli dari Jepang, maka mitologi ini tidak memberikan penjelasan untuk keberadaannya secara mendadak di Jepang. Realitanya kurang beragam: di awal abad kesembilan, seorang biarawan dari Jepang yang pulang dari pengembaraan, bernama Dengyo Daishi membawa biji tanaman teh dari Tiongkok.
Metode pembuatan teh dengan panci terbuka yang diperkenalkan oleh Kaisar Shen Nung terbukti setelah sekian lama waktu berjalan. Hal tersebut membutuhkan waktu 4.000 tahun sebelum metode pembuatan teh yang kita kenal sekarang dikembangkan.


Pada masa Dinasti Ming (1368-1644), bangsa Tiongkok mulai membuat teh dengan air mendidih. Dengan sedikit adaptasi, tempat penuang anggur tradisional dari Tiongkok yang menggunakan penutup menjadi teko teh yang sempurna.



Pengertian “Teh”

‘Teh’ dengan segala variasinya di dunia dalam pengejaan dan pengucapan berasal dari sumber tunggal. ‘ Te ‘, berarti ‘teh’ dalam dialek China Amoy. Bahasa China nasional dari kata teh, ‘ cha ‘, juga menghasilkan beberapa turunan kata lain di dunia.

Teh masuk ke Eropa pada awal abad ketujuhbelas. Dibandingkan kelebihan teh dalam hal pengobatan, bangsa Eropa lebih memilih aroma kopi. Hanya diantara beberapa golongan kecil dari kaum bangsawan, yang mempopulerkan teh.



Masuknya Teh Ke Eropa

Pada awal abad ketujuh belas, pedagang dari bangsa Belanda dan Portugis pertama kali memperkenalkan teh ke Eropa. Pedagang Portugis mengirimkan dengan kapal dari pelabuhan China, Macau, sedangkan pedagang Belanda membawanya dari Indonesia ke Eropa.

Minuman baru yang datang bersamaan dengan muatan sutera dan rempah-rempah ini tidak mengalami sukses dalam sekejap. Bangsa Eropa mencicipi teh, tetapi mereka lebih memilih aroma kopi. Sedangkan pedagang Inggris menunggu hingga tahun 1652 sebelum akhirnya mulai memperdagangkan teh.

Bangsa Rusia merupakan penggemar awal teh. Teh yang mereka konsumsi datang melalui jalur darat dari Cina menggunakan kereta yang ditarik oleh unta. Ketika penggemar teh di Rusia meningkat, barisan unta yang membawa teh semakin memanjang.

Pada akhir abad kedelapan belas, beberapa ribu kereta yang ditarik unta, kira-kira 200-300 kereta pada satu saat menyeberangi perbatasan China. Jalur kereta api lintas Siberia menggantikan kereta yang ditarik unta, tetapi perjalanan romantik tersebut menyisakan ingatan yang popular atas campuran lembut teh hitam China yang terkenal sebagai Karavan Rusia.



Kemajuan Teh Melalui Kerajaan

Pada abad ketujuhbelas di Eropa, tak satupun yang menolong penjualan teh selain pelanggan dari keluarga kerajaan.
Acara minum teh menjadi istimewa pada tahun 1662, ketika Raja Charles II dari Inggris menikah dengan Catherine dari Braganza, seorang putri berkebangsaan Portugis dan seorang penggemar teh. Catherine mengawali tradisi minum teh dalam istana, dengan menggunakan mangkuk dan teko teh transparan buatan China – dan segera para anggota istana lain mengikuti caranya.

Pada saat itu harga teh dinilai mahal, namun sekarang sudah menjadi umum. Seketika teh menjadi mode dan eksklusif. Menurut sudut pandang kaum bangsawan, hal tersebut merupakan sesuatu yang menarik.

Pada abad ke-17, di Eropa, teh merupakan produk praktis yang memiliki kegunaan besar. Kebanyakan air tidak layak diminum. Bagi yang ingin menghindari penyakit, pilihan yang ada tidak membangkitkan semangat: secangkir air mendidih, atau bir yang cukup kuat untuk membunuh bakteri.

Di Inggris dan beberapa negara, dimana bir adalah minuman yang umum untuk sarapan, teh menjadi altenatif lain yang disambut baik. Pada akhirnya teh menjadi pemuas dahaga yang hangat dan menyegarkan, penuh rasa, dan aman untuk diminum.

Pada abad ke-18, di keluarga kaya, minum teh merupakan acara dalam perayaan besar. Daun teh yang bernilai tinggi seringkali disimpan dalam kotak penyimpanan yang berkunci, dimana hanya ada satu kunci.

Sekali atau dua kali dalam seminggu, nyonya rumah akan membuka kuncinya dan menghidangkan teh untuk suguhan dalam keluarga, atau untuk memberi kesan pada tamu istimewa.
Teh disajikan dengan porselin yang memiliki mutu baik, yang menandakan tingkat kekayaan, selain untuk menambah arti dari perayaan. Hal ini juga merupakan kesempatan bagi para wanita untuk memamerkan kulit mereka yang pucat dan struktur tulang yang lembut dibandingkan porselin China. Dua atribut ini merupakan tolok ukur kemurnian seorang wanita pada saat itu.

Kehidupan sosial pada awal pertengahan abad ke-18 beralih dari kebiasaan seperti kedai kopi digantikan dengan kebun teh. Kebun teh menjadi seperti surga: pohon-pohon di tepian jalan, lentera yang menerangi jalan setapak, musik, tarian, kembang api, dan makanan enak ditemani dengan secangkir teh yang nikmat.
Kebun teh tidak hanya tempat yang menyenangkan, tetapi juga merupakan tempat untuk pertemuan sosial. Di tempat eksotis ini, keluarga kerajaan dan rakyat biasa dapat berjalan bersama.

Konsumsi teh meningkat secara dramatis selama awal abad ke-19. Mode dan penurunan harga membangun pasar yang sulit dipenuhi oleh para pemasok barang. Untuk menerobos monopoli dari China, perdagangan teh beralih ke India untuk mengisi kesenjangan.


Masuknya “Teh” Ke India

Ketika konsumsi teh meningkat pada awal abad ke-19, Perusahaan India Timur mencari sumber persediaan baru. Sejak bangsa China memonopoli penamanan teh, solusinya adalah dengan menanam teh dimana-mana.

Percobaan pertama dengan bibit teh dari China dikelola di Assam, timur laut India. Tetapi eksperimen ini tidak berhasil, meskipun bibit yang sama tumbuh dengan baik di Darjeeling, India bagian utara.
Kemudian pada tahun 1820, para ahli tumbuh-tumbuhan menemukan tumbuhan lokal yang belum teridentifikasi. Mereka mengirim contoh daun ke London untuk dianalisis. Contoh daun tersebut dengan segera dikenali sebagai teh – tanaman yang pada mulanya tidak dikenal di India – kemudian lahirlah industri teh India.
Lihat Selengkapnya »»