Rabu, 27 Juni 2012

TAUBAT


Status manusia berbeda dengan malaikat yang penuh dengan kesucian dan kemuliaan dengan tabiatnya yang selalu patuh  dan taat kepada Allah. Tetapi juga hakikat manusia berlainan dengan iblis yang selalu durhaka. Manusia berada di antara keduanya, yang sewaktu-waktu dapat naik ke jenjang kemuliaan dan kesucian tetapi juga sewaktu-waktu terjerumus dalam lembah kehinaan dan kedurhakaan.
Manusia dianugerahi sejumlah keistimewaan tertentu dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, tetapi juga kelemahan-kelemahan. Salah satu dari kelemahannya ialah apabila dirayu oleh iblis dengan bujukan yang manis kadang-kadang tergoda dan terperosok mengikutinya.
Sebagai manusia pertama yang dikenal tergoda oleh syetan adalah Adam a.s. beserta istrinya memakan buah yang dilarang oleh Allah :`“Maka syetan menganjurkan keduanya (Adam dan istrinya) dengan tipu daya. Maka tatkala keduanya merasakan buah pohon itu, terbukalah aurat mereka, maka mulailah mereka menutup aurat mereka dengan daun dari sorga. Dan Allah memanggil keduanya : ‘bukankah Aku larang kamu berdua (memakan buah) dari pohon itu, dan bukankah sudah Aku katakan,bahwa syetan itu musuhmu yang jelas?’” (QS. Al-A’raf:22)
Dalam drama kehidupan Nabi Adam a.s.: ditemukan kasus yang menjelaskan status manusia dengan tabiatnya yang sewaktu-waktu dapat terjerumus mengerjakan maksiat jika tidak berhati-hati. Jika Adam pernah melakukn kekhilafan, maka anak cucunya tidak lepas dari keadaan tersebut sebagai diutarakan Rasulullah saw :
كُلُّ بَنِى اٰدَمَ خَطَّاءٌ وَ جَيْرُاْلخًطَّائِيْنَ التّوَّابُونَ {رواه الترمذى وابن ماجه}
“Tiap-tiap bani adam itu berbuat banyak kesalahan tetapi sebaik-baiknya orang yang berbuat salah ialah orang-orang yang banyak bertobat” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Tiga faktor utama yang sewaktu-waktu membuat manusia berbuat kesalahan atau dosa. Pertama, watak yang lemah untuk melawan godaan syetan, kecuali mereka yang ikhlas dalam agama. Kedua, kecenderungan manusia merasakan kesenangan sehingga terkadang keinginan dan hawa nafsu mengalahkan pertimbangan akal. Ketiga, manusia selalu terkepung oleh keadaan yang dapat membawanya pada pelanggaran-pelanggaran norma ilahi.
Segolongan manusia mampu bertahan dengan kekuatan iman yang membentengi pribadinya dan segolongan pula terjerumus mengerjakan larangan  Allah.
Pengertian Taubat
Taubat menurut bahasa artinya kembali atau menyesal. Sedangkan menurut syariat ialah kembali pada kesucian setelah melakukan dosa.Ta’rif taubat yang lengkap dirumuskan sebagai berikut :
“Membetulkan sikap yang salah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan taat dan kembali kepada-Nya dengan memperbaharui niat untuk melakukan amal kebajikan.”
Dalam kitab Riyadlus-Shalihin , An-Nawawi mengutarakan bahwa taubat itu wajib dari setiap dosa. Jika maksiat itu hanya pada Allah maka ada tiga syarat taubat yaitu:
1.         Menghentikan maksiat
2.         Menyesal atas perbuatan yang terlanjur dilakukan
3.        Niat sungguh-sungguh tidak akan mengulangi dosa   itu.
Dan bila dosa itu ada hubungannya dengan manusia maka ada syarat ke-4 yaitu menyelesaikan urusan dengn orang yang berhak.
1.      Pintu Taubat Terbuka
Hendaklah diketahui bahwa pintu taubat itu selalu terbuka bagi siapa yang betul-betul ingin kembali ke jalan yang benar selagi hayat masih dikandung badan. Nabi s.a.w bersabda:
sesungguhnya Allah tetap menerima taubat seorang hamba-Nya selama nyawanya belum sampai kerongkongan” (HR. Tirmidzi)
Terbukanya pintu taubat sebagaimana diterangkan Rasulullah di atas sesuai dengan firman Allah:
“sekiranya mereka setelah menganiaya diri mereka sendiri datang kepadamu (Muhammad), lalu mereka minta ampun kepada Allah, dan rasul juga memintakan ampun bagi mereka, niscaya mereka dapati Allah Penerima taubat dan Penyayang. (QS. An-Nisa’:64)
2.      Taubat Yang Diiterima dan Yang Ditolak
Taubat yang besar harapan diterima Allah adalah taubat nasuhah, taubat yang sebenar-benarnya, yaitu mereka bertaubat dengan memenuhi syarat-syarat taubat yang diutarakan di atas. Adapun taubat yang ditolak yaitu taubat yang tidak sugguh-sungguh, taubat di ambang kematian, dan taubat dalam keadaan kafir.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi s.a.w menceritakan di zaman dalulu kala ada seorang pembunuh yang telah membunuh 99 orang, kemudian dia ingin bertaubat. Ketika ia bertanya kepada seorang alim, apakah taubatnya akan diterima Allah, pendeta itu menjawab bahwa taubatnya tidak dapat diterima, maka alim itu pun dibunuh pula, sehingga genaplah 100 orang yang telah dibunuhnya. Ia mencoba menghubungi alim lainnya. Alim itu memberi jawaban kemungkinan diterimanya taubat pembunuh itu dan dianjurkan pergi ke negeri yang penduduknya banyak orang yang taat kepada Allah dan jangan lagi kembali ke negeri semula karena negeri itu banyak penjahatnya. Berangkatlah pembunuh itu dan ternyata dalam perjalanan ia menemui ajalnya. Datanglah Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab bersamaan dan bertengkarlah kedua malaikat itu. Lalu datang malaikat yang menghakimi keduanya dan mengukur jarak perjalanan yang telah dilaluinya dengan negeri yag dituju. Ternyata negeri tujuan sejengkal lebih dekat daripada negeri yang ditinggalkan, maka rohnya pun dibawa malaikat rahmat.
Riwayat ini mengggambarkan bahwa betapapun beratnya dosa, jika pelakunya sungguh-sungguh bertobat dengan berhijrah dari larangan Allah kepada perintah Allah, maka insya Allah tobatnya akan diterima.
3.      Tingkatan Taubat
Imam Gazali membagi tingkatan taubat menjadi 3 macam:
1.    Taubatnya orang awam, yaitu taubat yang dilakukan terhadap dosa-dosa yang lahir dan nyata, misalnya zina,mencuri,membunuh dll.
2.    Taubat yang khusus, yaitu taubat yang dilakukan karena dosa bathin, misalnya dengki, takabur, ujub (membanggakan diri sendiri) dll.
3.    Taubat yang lebih khusus, yaitu taubat dari kealpaan dan kelalaian mengingat Allah.
4.      Keberuntungan Orang yang Bertaubat
Ibarat berbuat dosa adalah kehilangan mutiara iman dan takwa, orang yang merasa kehilangan itu hatinya gundah dan gelisah. Tetapi jika ia bertaubat berarti mutiara itu ditemukan kembali. Betapa gembiranya hati yang menemukan kembali sesuatu yang berharga. Orang yang bertaubat dicintai Allah:
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang membersihkan dirinya.”(QS.Al-Baqoroh:222)
Pada puncaknya orang yang diterima taubatnya oleh Allah, kepadanya akan diberikan keberuntungan yang besar berupa surga yang kekal:“Hai orang-orang yang beriman! Taubatlah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Mudah-mudahan Allah menghapuskan kesalahanmu dan memasukkan kamu ke surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya” (QS. At-Tahrim:8)

Luasnya Maghfirah (Ampunan) Allah Azza Wa Jalla
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepadaku-Ku, maka Aku mengampuni segala dosamu yang telah lalu, dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosamu sampai setinggi langit lalu engkau minta ampun kepada-Ku niscaya Aku ampuni. Wahai anak Adam, jika engkau datang kepada-Ku dengan kesalahan seluas bumi lalu engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan sesuatu pun dengan-Ku, niscaya Aku datang padamu dengan ampunan seluas bumi pula." (HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata, "Hadist ini hasan shahih.")

Pemaham hadist ini adalah hadist yang paling memberikan harapan dalam sunnah. karena di dalamnya terdapat penjelasan tentang betapa luasnya ampunan Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar orang-orang yang berdosa tidak berputus asa sebanyak apapun dosanya. Tetapi tidak layak baginya untuk tertipu dengannya sehingga dia tenggelam dalam perbuatan maksiat. Karena bisa jadi dia dikuasai dosa sehingga terhalang baginya untuk mendapat ampunan Allah. Penjelasan rincinya adalah sebagai berikut.
Sebab-Sebab Mendapat Ampunan
terdapat beberapa cara dan sebab yang dapat menghapuskan dosa manusia antaranya:
Doa Disertai Optimisme Dikabulkan Doa
nabi Muhammad Sallallahu Alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya doa adalah ibadah" lalu ia membaca ayat ini  Allah Ta'ala Berfirman artinya "Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (Ghafir: 60). Ath-Thabrani meriwayatkan hadist secara marfu', "Barang siapa memberi kesempatan untuk berdoa, niscaya dia akan memberi kesempatan untuk mengabulkannya.".
Syarat Dikabulkannya Doa, serta penghalang dan Adab-adabnya
Doa adalah sebab yang menuntun adanya pengabulan ketika terpenuhi semua syarat dan hilangnya semua penghalang. Adakalanya pengabulan doa ditangguhkan karena ketiadaan sebagian syarat dan adab-adabnya atau adanya sebagian penghalang.
1. Hadirnya Hati dan Penuh Harapan
Syarat terbesar dari dikabulkannya doa adalah hadirnya hati disertai harapan bahwa Allah akan mengbulkannya. At-Tirmidzi meriwayatkanya dari hadist Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam, bersabda, "Berdoalah kepada Allah dan kamu yakin akan dikabulkan. Sesungguhnya Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan lupa."
Dalam Musnad disebutkan dari Abdullah bin Umar Radihiyallahu Anhuma, dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam, dia berkata, "Sesungguhnya hati ini adalah wadah, maka sebagiannya dapat menampung lebih banyak daripada yang lainnya. Jika kamu meminta kepada Allah, maka mintalah dan kamu yakin akan dikabulkan. Sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari seorang hamba, yang disampaikan dengan hati yang lalai."
2. Teguh Hati dalam Meminta dan Berdoa
Yaitu, seorang hamba berdoa dengan jujur, kokoh pasti, serta tidak ada keragu-raguan dalam hati dan ucapannya. Rasulullah melarang orang yang berdoa atau yang meminta ampunan untuk mengatakan dalam doa dan istighfarnya: Ya Allah ampunilah aku jika Engkau berkehendak, Ya Allah rahmatilah aku jika Engkau berkehendak, tetapi hendaklah dia membualatkan tekad dalam berdoa, karena Allah berbuat yang dikehendaki dan tidak ada yang memaksanya. (HR.Muslim)
3. Terus-menerus Berdoa
Allah mencintai hamba-Nya yang menunjukkan hamba dan kebutuhannya kepada Allah hingga ketuhanan-Nya dipenuhi. Selama seorang hamba terus berdoa, sangat mengharapkan untuk dikabulkan, tak pernah putus harapan, maka semakin terbuka peluang untuk dikabulkan Allah berfirman:
Artinya
"Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat bagi orang-orang yang berbuat baik." (Al-A'raf: 56)
4. Minta Disegerakan dan Meninggalkan Do'a
Demikian ini merupakan penghalang terkabulkannya doa, sehingga seorang hamba tidak merasa putus asa dari dikabulkannya doa walaupun lama masa penantiannya. Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam bersabda: " Doa kamu sekalian akan dikabulkan selama kalian tidak minta disegerakan. Seraya berkata dalam doanya, "Saya berdoa Tuhanku, namun Dia tidak mengabulkannya."(Mutafaq Alaih)
5. Rezeki yang Halal
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam bersabda, "Seorang laki-laki mengulurkan kedua tangannya ke langit, seraya berkata, Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dengan yang haram, maka bagaimana doanya bisa dikabulkan."(HR. Muslin dan lainnya). Jadi dalam berdoa perbaikilah makananmu maka kamu akan menjadi orang yang dikabulkan doanya.
Permintaan yang sangat penting untuk diminta oleh seorang hamba dari Tuhannya adalah meminta ampunan atas dosa-dosanya dan kelanjutan darinya. Yaitu selamat dari api neraka dan masuk surga. Rasulullah bersabda, "Sekitarnya Nudandin." (Abu Dawud dan yang lainnya) Nudandin artinya sekitar permintaan surga dan selamat dari neraka. Abu Muslim Al-Khaulani berkata, "Tidaklah saya ditawari untuk berdoa, lalu disebutkan tentang mereka kecuali saya palingkan doa itu untuk berlindung darinya."
7. Menggantikan Permintaan Hamba dengan Sesuatu yang Mengandung Kebaikan
Merupakan Rahmat Allah kepada hamba-Nya, bahwa adakalanya seorang hamba meminta dipenuhi salah satu kebutuhan dari kebutuhan duniawi, maka adakalanya Allah mengabulkannya atau menggantikannya dengan yang lebih baik, diantaranya dengan menghindarkan keburukan darinya atau menyimpannya untuknya di akhirat, atau diampuni dosanya; "Tidaklah seorang berdoa kepada dengan suatu doa kecuali Allah akan mendatangkan apa yang dia minta, atau ditahan darinya keburukan yang semisal, selama dia tidak meminta perbuatan dosa atau minta diputuskan tali silaturrahim."
Adab-adab Berdoa
  • Memilih waktu yang utama.
  • Berwudhu dan melakukan shalat terlebih dahulu
  • Taubat
  • Menghadap kiblat
  • Memulai dengan memuji dan menyanjung Allah serta  bershalawat kepada Nabi Shalallahu Alaihi wa alihi wa sohbihi wa  salam.mengatakan di tengah-tengah dan di akhir doa lafarzh "Amin".
  • Tidak mengkhususkan untuk dirinya tetapi ditunjukkan untuk seluruh kaum muslimin
  • Berbaik sangka dan optimis
  • Mengakui dosa
  • Merendahkan suara                    SUMBER