Status manusia berbeda dengan malaikat yang penuh dengan kesucian dan kemuliaan dengan tabiatnya yang selalu patuh dan taat kepada Allah. Tetapi juga hakikat manusia berlainan dengan iblis yang selalu durhaka. Manusia berada di antara keduanya, yang sewaktu-waktu dapat naik ke jenjang kemuliaan dan kesucian tetapi juga sewaktu-waktu terjerumus dalam lembah kehinaan dan kedurhakaan.
Manusia dianugerahi sejumlah
keistimewaan tertentu dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, tetapi juga
kelemahan-kelemahan. Salah satu dari kelemahannya ialah apabila dirayu oleh
iblis dengan bujukan yang manis kadang-kadang tergoda dan terperosok
mengikutinya.
Sebagai manusia pertama yang
dikenal tergoda oleh syetan adalah Adam a.s. beserta istrinya memakan buah yang
dilarang oleh Allah :`“Maka syetan menganjurkan keduanya (Adam dan istrinya)
dengan tipu daya. Maka tatkala keduanya merasakan buah pohon itu, terbukalah
aurat mereka, maka mulailah mereka menutup aurat mereka dengan daun dari sorga.
Dan Allah memanggil keduanya : ‘bukankah Aku larang kamu berdua (memakan buah)
dari pohon itu, dan bukankah sudah Aku katakan,bahwa syetan itu musuhmu yang
jelas?’” (QS. Al-A’raf:22)
Dalam drama kehidupan Nabi Adam
a.s.: ditemukan kasus yang menjelaskan status manusia dengan tabiatnya yang
sewaktu-waktu dapat terjerumus mengerjakan maksiat jika tidak berhati-hati.
Jika Adam pernah melakukn kekhilafan, maka anak cucunya tidak lepas dari
keadaan tersebut sebagai diutarakan Rasulullah saw :
كُلُّ بَنِى اٰدَمَ خَطَّاءٌ وَ جَيْرُاْلخًطَّائِيْنَ
التّوَّابُونَ {رواه الترمذى وابن ماجه}
“Tiap-tiap
bani adam itu berbuat banyak kesalahan tetapi sebaik-baiknya orang yang berbuat
salah ialah orang-orang yang banyak bertobat” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Tiga faktor utama yang
sewaktu-waktu membuat manusia berbuat kesalahan atau dosa. Pertama,
watak yang lemah untuk melawan godaan syetan, kecuali mereka yang ikhlas dalam
agama. Kedua, kecenderungan manusia merasakan kesenangan sehingga
terkadang keinginan dan hawa nafsu mengalahkan pertimbangan akal. Ketiga,
manusia selalu terkepung oleh keadaan yang dapat membawanya pada
pelanggaran-pelanggaran norma ilahi.
Segolongan manusia mampu bertahan
dengan kekuatan iman yang membentengi pribadinya dan segolongan pula terjerumus
mengerjakan larangan Allah.
Pengertian Taubat
Taubat menurut bahasa artinya kembali
atau menyesal. Sedangkan menurut syariat ialah kembali pada
kesucian setelah melakukan dosa.Ta’rif taubat yang lengkap dirumuskan
sebagai berikut :
“Membetulkan sikap yang
salah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan taat dan kembali
kepada-Nya dengan memperbaharui niat untuk melakukan amal kebajikan.”
Dalam kitab Riyadlus-Shalihin
, An-Nawawi mengutarakan bahwa taubat itu wajib dari setiap dosa. Jika maksiat
itu hanya pada Allah maka ada tiga syarat taubat yaitu:
1.
Menghentikan maksiat
2.
Menyesal atas perbuatan yang
terlanjur dilakukan
3.
Niat sungguh-sungguh tidak akan
mengulangi dosa itu.
Dan bila dosa itu ada hubungannya
dengan manusia maka ada syarat ke-4 yaitu menyelesaikan urusan dengn orang yang
berhak.
1.
Pintu Taubat
Terbuka
Hendaklah diketahui bahwa pintu
taubat itu selalu terbuka bagi siapa yang betul-betul ingin kembali ke jalan
yang benar selagi hayat masih dikandung badan. Nabi s.a.w bersabda:
“sesungguhnya Allah tetap menerima taubat seorang
hamba-Nya selama nyawanya belum sampai kerongkongan” (HR. Tirmidzi)
Terbukanya pintu taubat
sebagaimana diterangkan Rasulullah di atas sesuai dengan firman Allah:
“sekiranya mereka setelah menganiaya diri mereka sendiri
datang kepadamu (Muhammad), lalu mereka minta ampun kepada Allah, dan rasul
juga memintakan ampun bagi mereka, niscaya mereka dapati Allah Penerima taubat
dan Penyayang. (QS. An-Nisa’:64)
2.
Taubat Yang
Diiterima dan Yang Ditolak
Taubat yang besar harapan
diterima Allah adalah taubat nasuhah, taubat yang sebenar-benarnya,
yaitu mereka bertaubat dengan memenuhi syarat-syarat taubat yang diutarakan di
atas. Adapun taubat yang ditolak yaitu taubat yang tidak sugguh-sungguh, taubat
di ambang kematian, dan taubat dalam keadaan kafir.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim,
Nabi s.a.w menceritakan di zaman dalulu kala ada seorang pembunuh yang telah
membunuh 99 orang, kemudian dia ingin bertaubat. Ketika ia bertanya kepada seorang
alim, apakah taubatnya akan diterima Allah, pendeta itu menjawab bahwa
taubatnya tidak dapat diterima, maka alim itu pun dibunuh pula, sehingga
genaplah 100 orang yang telah dibunuhnya. Ia mencoba menghubungi alim lainnya.
Alim itu memberi jawaban kemungkinan diterimanya taubat pembunuh itu dan
dianjurkan pergi ke negeri yang penduduknya banyak orang yang taat kepada Allah
dan jangan lagi kembali ke negeri semula karena negeri itu banyak penjahatnya.
Berangkatlah pembunuh itu dan ternyata dalam perjalanan ia menemui ajalnya.
Datanglah Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab bersamaan dan bertengkarlah kedua
malaikat itu. Lalu datang malaikat yang menghakimi keduanya dan mengukur jarak
perjalanan yang telah dilaluinya dengan negeri yag dituju. Ternyata negeri
tujuan sejengkal lebih dekat daripada negeri yang ditinggalkan, maka rohnya pun
dibawa malaikat rahmat.
Riwayat ini mengggambarkan bahwa
betapapun beratnya dosa, jika pelakunya sungguh-sungguh bertobat dengan
berhijrah dari larangan Allah kepada perintah Allah, maka insya Allah tobatnya
akan diterima.
3. Tingkatan Taubat
Imam
Gazali membagi tingkatan taubat menjadi 3 macam:
1. Taubatnya orang awam, yaitu taubat
yang dilakukan terhadap dosa-dosa yang lahir dan nyata, misalnya
zina,mencuri,membunuh dll.
2. Taubat yang khusus, yaitu taubat
yang dilakukan karena dosa bathin, misalnya dengki, takabur, ujub (membanggakan
diri sendiri) dll.
3. Taubat yang lebih khusus, yaitu
taubat dari kealpaan dan kelalaian mengingat Allah.
4. Keberuntungan Orang yang Bertaubat
Ibarat
berbuat dosa adalah kehilangan mutiara iman dan takwa, orang yang merasa
kehilangan itu hatinya gundah dan gelisah. Tetapi jika ia bertaubat berarti
mutiara itu ditemukan kembali. Betapa gembiranya
hati yang menemukan kembali sesuatu yang berharga. Orang yang bertaubat
dicintai Allah:
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang membersihkan
dirinya.”(QS.Al-Baqoroh:222)
Pada
puncaknya orang yang diterima taubatnya
oleh Allah, kepadanya akan diberikan keberuntungan yang besar berupa surga yang kekal:“Hai orang-orang yang beriman! Taubatlah kamu kepada
Allah dengan sebenar-benarnya. Mudah-mudahan Allah menghapuskan kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke surga yang
mengalir sungai-sungai di bawahnya” (QS. At-Tahrim:8)
Luasnya Maghfirah (Ampunan) Allah Azza Wa Jalla
Dari Anas bin Malik
Radhiyallahu Anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "wahai
anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepadaku-Ku, maka Aku
mengampuni segala dosamu yang telah lalu, dan aku tidak peduli. Wahai
anak Adam, jika dosamu sampai setinggi langit lalu engkau minta ampun
kepada-Ku niscaya Aku ampuni. Wahai anak Adam, jika engkau datang
kepada-Ku dengan kesalahan seluas bumi lalu engkau menemui-Ku tanpa
menyekutukan sesuatu pun dengan-Ku, niscaya Aku datang padamu dengan
ampunan seluas bumi pula." (HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata, "Hadist
ini hasan shahih.")
Pemaham hadist ini adalah
hadist yang paling memberikan harapan dalam sunnah. karena di dalamnya
terdapat penjelasan tentang betapa luasnya ampunan Allah Subhanahu wa Ta'ala,
agar orang-orang yang berdosa tidak berputus asa sebanyak apapun
dosanya. Tetapi tidak layak baginya untuk tertipu dengannya sehingga dia
tenggelam dalam perbuatan maksiat. Karena bisa jadi dia dikuasai dosa
sehingga terhalang baginya untuk mendapat ampunan Allah. Penjelasan
rincinya adalah sebagai berikut.
Sebab-Sebab Mendapat Ampunan
terdapat beberapa cara dan sebab yang dapat menghapuskan dosa manusia antaranya:
Doa Disertai Optimisme Dikabulkan Doa
nabi Muhammad Sallallahu Alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya doa adalah ibadah" lalu ia membaca ayat ini Allah Ta'ala Berfirman artinya "Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (Ghafir: 60). Ath-Thabrani meriwayatkan hadist secara marfu', "Barang siapa memberi kesempatan untuk berdoa, niscaya dia akan memberi kesempatan untuk mengabulkannya.".
Syarat Dikabulkannya Doa, serta penghalang dan Adab-adabnya
Doa adalah sebab
yang menuntun adanya pengabulan ketika terpenuhi semua syarat dan
hilangnya semua penghalang. Adakalanya pengabulan doa ditangguhkan
karena ketiadaan sebagian syarat dan adab-adabnya atau adanya sebagian
penghalang.
1. Hadirnya Hati dan Penuh Harapan
Syarat terbesar
dari dikabulkannya doa adalah hadirnya hati disertai harapan bahwa Allah
akan mengbulkannya. At-Tirmidzi meriwayatkanya dari hadist Abu Hurairah
Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam,
bersabda, "Berdoalah kepada Allah dan kamu yakin akan dikabulkan.
Sesungguhnya Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan
lupa."
Dalam Musnad disebutkan dari Abdullah bin Umar Radihiyallahu Anhuma, dari Nabi
Shalallahu Alaihi wa Salam, dia berkata, "Sesungguhnya hati ini adalah
wadah, maka sebagiannya dapat menampung lebih banyak daripada yang
lainnya. Jika kamu meminta kepada Allah, maka mintalah dan kamu yakin
akan dikabulkan. Sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari
seorang hamba, yang disampaikan dengan hati yang lalai."
2. Teguh Hati dalam Meminta dan Berdoa
Yaitu, seorang
hamba berdoa dengan jujur, kokoh pasti, serta tidak ada keragu-raguan
dalam hati dan ucapannya. Rasulullah melarang orang yang berdoa atau
yang meminta ampunan untuk mengatakan dalam doa dan istighfarnya: Ya
Allah ampunilah aku jika Engkau berkehendak, Ya Allah rahmatilah aku
jika Engkau berkehendak, tetapi hendaklah dia membualatkan tekad dalam
berdoa, karena Allah berbuat yang dikehendaki dan tidak ada yang
memaksanya. (HR.Muslim)
3. Terus-menerus Berdoa
Allah mencintai
hamba-Nya yang menunjukkan hamba dan kebutuhannya kepada Allah hingga
ketuhanan-Nya dipenuhi. Selama seorang hamba terus berdoa, sangat
mengharapkan untuk dikabulkan, tak pernah putus harapan, maka semakin
terbuka peluang untuk dikabulkan Allah berfirman:
Artinya
"Dan berdoalah
kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat bagi orang-orang yang
berbuat baik." (Al-A'raf: 56)
4. Minta Disegerakan dan Meninggalkan Do'a
Demikian ini
merupakan penghalang terkabulkannya doa, sehingga seorang hamba tidak
merasa putus asa dari dikabulkannya doa walaupun lama masa
penantiannya. Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam bersabda: " Doa kamu
sekalian akan dikabulkan selama kalian tidak minta disegerakan. Seraya
berkata dalam doanya, "Saya berdoa Tuhanku, namun Dia tidak
mengabulkannya."(Mutafaq Alaih)
5. Rezeki yang Halal
Rasulullah
Shalallahu Alaihi wa Salam bersabda, "Seorang laki-laki mengulurkan
kedua tangannya ke langit, seraya berkata, Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku,
sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan
diberi makan dengan yang haram, maka bagaimana doanya bisa
dikabulkan."(HR. Muslin dan lainnya). Jadi dalam berdoa perbaikilah
makananmu maka kamu akan menjadi orang yang dikabulkan doanya.
Permintaan yang
sangat penting untuk diminta oleh seorang hamba dari Tuhannya adalah
meminta ampunan atas dosa-dosanya dan kelanjutan darinya. Yaitu selamat
dari api neraka dan masuk surga. Rasulullah bersabda, "Sekitarnya
Nudandin." (Abu Dawud dan yang lainnya) Nudandin artinya sekitar
permintaan surga dan selamat dari neraka. Abu Muslim Al-Khaulani berkata,
"Tidaklah saya ditawari untuk berdoa, lalu disebutkan tentang mereka
kecuali saya palingkan doa itu untuk berlindung darinya."
7. Menggantikan Permintaan Hamba dengan Sesuatu yang Mengandung Kebaikan
Merupakan Rahmat
Allah kepada hamba-Nya, bahwa adakalanya seorang hamba meminta dipenuhi
salah satu kebutuhan dari kebutuhan duniawi, maka adakalanya Allah
mengabulkannya atau menggantikannya dengan yang lebih baik, diantaranya
dengan menghindarkan keburukan darinya atau menyimpannya untuknya di
akhirat, atau diampuni dosanya; "Tidaklah seorang berdoa kepada
dengan suatu doa kecuali Allah akan mendatangkan apa yang dia minta,
atau ditahan darinya keburukan yang semisal, selama dia tidak meminta
perbuatan dosa atau minta diputuskan tali silaturrahim."
Adab-adab Berdoa
- Memilih waktu yang utama.
- Berwudhu dan melakukan shalat terlebih dahulu
- Taubat
- Menghadap kiblat
- Memulai dengan memuji dan menyanjung Allah serta bershalawat kepada Nabi Shalallahu Alaihi wa alihi wa sohbihi wa salam.mengatakan di tengah-tengah dan di akhir doa lafarzh "Amin".
- Tidak mengkhususkan untuk dirinya tetapi ditunjukkan untuk seluruh kaum muslimin
- Berbaik sangka dan optimis
- Mengakui dosa
- Merendahkan suara SUMBER