Hingga kini tercatat 11 letusan dahsyat gunung berapi yang disusun
berdasarkan jumlah korban yang di akibatkan nya. Ternyata 4
diantaranya berada di
Indonesia :
11. MOUNT LAMINGTON (Papua Nwe Guenia)
Lamington adalah gunung api dengan ketinggian 1,680 meter yang terletak
di Papua New Guinea. Sialnya hingga tahun 1951, penduduk setempat di
Provinsi Oro ini mengira gunung tersebut hanyalah gunung biasa yang
ditumbuhi pepohonan.
Hingga suatu malam pada 18 Januari, lahar dan asap mulai untuk keluar
dari puncaknya, dan tiga hari kemudian, sebuah ledakan sangat besar dari
sisi utara, menyebabkan langit ditutupi debu tebal dan gerimis magma
bercampur uap sulfur. Dalam beberapa bulan kemudian getaran dan letusan
terus berlanjut hingga radius 10 mil. Ledakannya menyebabkan total hampi
3,000 kematian.
10. MOUNT PAPANDAYAN (Indonesia)
Papandayan adalah sebuah gunung api semi-aktif yang terletak di pulau
Jawa, Indonesia. Pada 1772, gunung api ini meletus menghancurkan 40 desa
di dekatnya. Lebih dari 3,000 orang terbunuh. Gunung api ini
diperkirakan masih sangat berbahaya dan terus mengeluarkan asap dan
letusan-letusan di tahun 1923, 1942, dan terus meningkatkan kekuatannya
di tahun 2002.
9. MOUNT KELUD (Indonesia)
Sejak abad ke-15, Gunung Kelut telah memakan korban lebih dari 15.000
jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari
10.000 jiwa.
Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara
ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah
letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir
lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.
8. MOUNT UNZEN (Jepang)
Unzen yang terdiri dari beberapa lapis stratovolcanoes terletak di
daerah Kyushu, Jepang. Gunung api setinggi 1,500 meter ini masih aktip
hingga kini. Pada tahun1792 beberapa kubah lahar roboh, menyebabkan
tsunami yang membunuh lebih 15,000 orang. Sebuah letusan terbaru di
tahun 1991 telam membunuh lebih dari 40 orang dan menyebabkan kerusakan
luar biasa pada bangunan-bangunan disekitarnya.
7. MOUNT RUIZ (Kolumbia)
Nevado Del Ruiz, Kolumbia, dikenal karena laharnya yaitu mudflow atau
longsoran yang terdiri atas air dan material pyroclastic yang mengalir
dan mematikan . Di tahun 1595, 635 orang terbunuh setelah lumpur yang
yang mendidih seperti dituangkan ke dalam sungai Guali dan Lagunillas,
dan di tahun 1845 lebih dari 1,000 orang tewas.
Kota Armero yang dibangun di atas magma yang mengering telah kehilangan
hampir seluruh populasi penduduknya ketika di tahun1985, sebuah letusan
telah mengalirkan lahar dengan kecepatan 40 mil per jam dan mengubur
kota. Lebih dari 23,000 orang tewas.
6. MOUNT PELEE (Prancis)
Gunung api yang terletak di Martinique, kini menjadi tujuan wisatawa di
Perancis yang populer untuk mengenang bahwa sesuatu yang sangat
mematikan telah terjadi di sini. Pada tahun 1902, sebuah letusan yang
terbesar di abad 20 terjadi di sini dan menewaskan lebih dari 30,000
orang.
Dimulai dengan letusan kecil beruntun yang hanya mengeluarkan asap,
belerang dan debu dan pada April 1902, gunung api ini tidak sepenuhnya
meletus sampai tanggal 8 Mei 1902. Air mancur lahar yang menyala, dan
awan beracun meluncur deras dengan kecepatan 600 mil per jam dari gunung
api tersebut.
Dengan temperatur 1075 derajat, lahar telah mendidihkan kota St.Pierre
bawahnya. Kota terbakar berhari-hari kemudian. Hanya dua orang yang
selamat pada waktu itu.
5. MOUNT KRAKATAU/KRAKATOA (Indonesia)
Krakatoa, juga dikenal sebagai Krakatau, adalah pulau vulkanis yang
still-dangerous, terletak di Selat Sunda, Indonesia. Agustus 1883,
sebuah rangkaian ledakan dahsyat yang mengerikan dengan kekuatan 13,000
kali lebih besar dari bom Hiroshima. Ledakannya terdengar hingga ke
Perth, Australia.
Muntahan lebih dari 21 kilometer kubik batu dan debu membumbung hingga
setinggi 70 mil. Secara resmi, lebih dari 37,000 orang tewas. Namun
dengan tsunami yang ditimbulkannya, korban sepertinya bisa lebih besar
lagi.
4. MOUNT TAMBORA (Indonesia)
Tambora adalah gunung api aktip dari 130-an gunung api yang yang ada di
Indonesia. Gunung raksasa setinggi 4,300 meter telah ‘melakukan’
serangkaian ledakan dari April hingga Juni di tahun 1815 dan
mengguncangkan dunia dengan after-effect-nya yang mengubah stratosfir
dan menyebabkan kelaparan yang buruk hingga ke US dan Eropa pada abad ke
19.
Batu merah berpijar menghujani angkasa ketika sepenuhnya gunung tersebut
meletus. Semua tumbuh-tumbuhan pada pulau dimana gunung tersebut berada
dibinasakan oleh lahar dan awan beracun. Secara keseluruhan, lebih
71,000 orang tewas karena terbakar, kelaparan ataupun keracunan.
3. MOUNT VESUVIUS
Gunung api ini menjadi nomor dua untuk kekejamannya, menyebabkan
kematian hingga 25,000 nyawa. Ketika Vesuvius dengan letusan yang maha
dahsyat di tahun 79 SM, sepenuhnya telah menguburkan kota Pompeii di
bawahnya dengan memuntahkan ‘isi perutnya’ selama 20 jam nonstop. Sejak
itu, gunung api ini meletus lusinan kali dan terakhir pada tahun 1944
beberapa desa didekatnya telah dibinasakan..
2. MOUNT LAKI (Islandia)
Laki adalah sebuah gunung api di Islandia yang legendaris yang telah
tertidur sejak letusan terakhirnya yang sangat dahsyat di tahun 1783.
Dengan ketinggian 1.725 meter, gunung api ini menyebabkan kerusakan di
seluruh negara ketika secara spektakuler meletus, membunuh di atas 50%
populasi makhluk hidup di Islandia dengan awan belerang dan fluorine
beracunnya.
Kelaparan menjadi penyebab matinya 25% populasi tersebut. Air mancur
lahar memancar hingga 1.400 meter tingginya. Seluruh dunia merasakan
akibat dari letusan tersebut. Awan beracun menyebar hingga ke Eropa,
menutupi langit belahan bumi bagian utara yang menyebabkan musim dingin
datang lebih awal di Inggris dan membunuh 8.000 orang.
Di Amerika Utara, musim dingin 1784 menjadi musim dingin terpanjang dan
paling dingin yang pernah tercatat. Ada catatan lebih banyak salju di
New Jersey, sungai Mississippi membeku di New Orleans, dan di ditemukan
es di Teluk Mexico!.
1. MOUNT TOBA SUPERVOLCANO (Indonesia)
Kajian palaeogeografi ahli asal AS mengetengahkan temuan terkini tentang
letusan dahsyat gunung Toba di Sumatera yang menyajikan bukti tak
terbantahkan betapa letusan “mega-colossal” gunung berapi zaman
purbakala yang terjadi 73.000 tahun silam menimbulkan dampak dahsyat
luar biasa hingga memusnahkan keberadaan kawasan hutan di anak benua
India yang letaknya terpisah sejauh 3.000 mil dari pusat letusan yang
kini menjadi danau Toba.
Bukti-bukti riset mencakup debu sampel penelitian yang ditemukan di
lokasi daratan India, Samudera Hindia, Teluk Benggali, dan laut China
Selatan dari kejadian letusan yang diperkirakan melontarkan material dan
debu vulkanis hingga sejumlah 800 km³ ke atmosfir bumi dan membuat
gunung berapi zaman purbakala tersebut lenyap tinggal meninggalkan kawah
di muka bumi yang kini menjadi danau Toba dengan dimensi panjang 100km
dan lebar 35km menjadi bukti peninggalan danau vulkanis terbesar
sejagat.
Digambarkan kedahsyatan dampak letusan ini menjadikan partikel debu pada
lapis atmosfir menghalangi sinar matahari ke bumi serta memantulkan
kembali panas radiasi hingga selama selang 6 tahun hingga serta merta
memunculkan zaman “Instant Ice Age” di muka bumi yang berdasarkan
analisa penelitian lapisan es di Greenland zaman es ini berlangsung
selama 1.800 tahun.
Jika ditelaah dari data skala VEI : (Volcanic Explosivity Index) yang
dipergunakan USGS (Geological Survey Amerika Serikat), letusan luar
biasa gunung Toba zaman purbakala ini diklasifikasikan kategori VEI : 8
hingga disebut “mega-colossal” yang antara lain dicirikan dari besaran
volume lontaran material vulkanis letusan -/+ 1.000 km³.
Sebagai perbandingan letusan g. Tambora (th. 1815) di kepulauan Nusa
Tenggara termasuk dalam skala VEI : 7 , sedangkan peristiwa dahsyat
letusan g. Krakatau (th.1883) hingga tinggal menyisakan pulau Anak
Krakatau sekarang ini termasuk dalam VEI : 6.
Pada gilirannya letusan “mega-colossal” gunung berapi Toba berdampak
pula terhadap proses evolusi manusia di muka bumi, walau ini masih
menjadi kontroversi diantara kalangan ilmuwan.
Prof. Ambrose sendiri berpegang kajian risetnya yang dipublikasikan
dalam jurnal ilmiah “Journal of Human Evolution” pada tahun 1998
termasuk ahli yang meyakini bahwa letusan mega volcanoToba dan
kemunculan Zaman Es sesudahnya menjadikan keadaan relatif kurangnya
keragaman genetika yang ada pada manusia modern sekarang ini.
Bahkan dinyatakannya peristiwa luar biasa ini nyaris mengakibatkan manusia punah dari muka bumi.
Sumber