PENYAKIT KARDIOVASKULER : SISTEM KERJA JANTUNG
Kardiovaskuler berasal dari kata cardio dan vascular. Cardio berarti jantung, vascular berarti pembuluh darah. Dengan demikian, kardiovaskuler artinya pembuluh darah yang berhubungan dengan jantung. Kardiovaskuler di sini adalah penyakit-penyakit pembuluh darah yang mempunyai hubungan langsung dengan kerja jantung. Bisa pula diartikan sebagai penyakit gangguan jantung. Gangguan-gangguan pada pembuluh darah dapat memberikan efek negatif terhadap jantung, yakni jantung mengalami kelelahan dalam memompa darah. Akibat paling fatal dari kasus ini adalah kematian.
Bahkan di Amerika, menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS, dikatakan bahwa bahwa pada tahun 2001, terdapat 930 ribu penduduk Amerika yang meninggal karena penyakit kardiovaskuler. Sedangkan pada tahun 2005, menurut World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler diperkirakan telah menyebabkan kematian sebanyak 17,5 juta jiwa di seluruh dunia atau sekitar 30% dari seluruh penyebab kematian di dunia. Karena itu diperkirakan pada tahun 2015, akan ada hampir 20 juta jiwa yang mati akibat penyakit kardiovaskuler, jika tidak ada tindakan nyata yang dilakukan untuk mencegahnya.
Untuk membantu memahami penyakit-penyakit pembuluh darah yang berakibat fatal terhadap jantung, ada baiknya diketahui lebih dulu cara kerja jantung. Jantung bekerja memompa darah melalui jaringan pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung terbagi menjadi dua bagian, yaitu serambi (atrium) dan bilik (ventrikel). Serambi terdiri dari serambi kiri dan serambi kanan. Demikian pula dengan bilik, terbagi menjadi bilik kiri dan kanan. Serambi kiri menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan diteruskan ke bilik kiri, selanjutnya darah dipompakan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, serambi kanan menerima darah batik dari seluruh tubuh, diteruskan ke bilik kanan untuk dipompakan ke paru-paru, agar mendapat oksigen baru dan membuang sisa zat berbentuk gas yang berasal dari dalam tubuh.
Dengan demikian, dalam tubuh dikenal dua siklus peredaran darah yang terjalin secara paralel.Pertama, peredaran darah jaringan tubuh dengan pompa sentralnya di jantung kiri yang mengalirkan darah kaya oksigen. Kedua, peredaran bahan nutrisi dan zat makanan ke seluruh tubuh melalui jaringan jantung kanan, kemudian ke paru-paru dengan pompa sentralnya jantung sebelah kanan. Sistem pembuluh darah yang menyalurkan darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh dikenal dengan nama sistem arteri. Jaringan pembuluh darah batik yang menyalurkan darah dari seluruh bagian tubuh ke jantung dikenal dengan sistem vena.
Peredaran darah, baik dalam sistem arteri maupun sistem vena, merupakan rangkaian kesatuan yang berhubungan secara seri dalam dua siklus peredaran darah yang terjalin secara paralel. Masing-masing disebut sistem sirkulasi tubuh (peredaran darah besar) yang terbagi lagi dalam peredaran darah ke setiap organ, misalnya ke otak, ginjal, kaki, atau tangan. Khusus peredaran darah ke otot jantung merupakan salah satu bagian dari sistem sirkulasi tubuh dan dikenal sebagai sirkulasi darah koroner karena darah dialirkan melalui arteri koronaria ke dalam otot jantung.
Arteri koronaria itu sendiri memiliki dua pangkal utama, kiri dan kanan, masing-masing dari pangkal aorta, yaitu arteri utama yang keluar dari jantung, berfungsi mengalirkan darah ke dalam otot jantung atau miocard. Vitalitas dan kemampuan kerja miocard sangat tergantung pada darah yang dialirkan oleh arteri koronaria ke otot jantung. Jika otot jantung yang berfungsi sebagai tenaga pompa jantung tidak memperoleh suplai darah yang cukup, misalnya disebabkan penyempitan pembuluh darah, miocard melemah. Kasus ini disebut penyakit jantung koroner (PJK).
Berikut ini beberapa faktor penyebab penyempitan pembuluh darah :
- Penyempitan pembuluh darah biasanya terjadi akibat proses arterosclerosis, yaitu terbentuknya bercak menebal pada dinding pembuluh arteri bagian dalam, sehingga mempersempit aliran darah ke otot jantung. Penyempitan itu bisa terus menebal hingga menutupi aliran darah dalam arteri koronaria, yang akhirnya membunuh jantung. Proses arterosclerosis sering terjadi akibat faktor usia, yakni faktor yang tidak bisa dicegah karena proses alamiah.
- Faktor bawaan sejak lahir. Faktor ini juga sulit untuk dikendalikan.
- Terjadinya penumpukan kolesterol yang sebenarnya dibutuhkan untuk memelihara kelangsungan fungsi-fungsi organ. Meskipun demikian, jika kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi, akan mempermudah terjadinya bercak pada dinding dalam arteri koronaria.
Gambaran klinis atau gejala yang timbul akibat arterosclerosis sangat tergantung pada berat ringannya penyumbatan. Pada penyumbatan yang berat biasanya terjadi infark miocard accut atau kematian pada otot jantung, ditandai dengan angina pectoris, nyeri dada yang berlangsung selama 1-5 menit, kadang-kadang bisa 10-15 menit.
Serangan nyeri dada dirasakan di daerah tengah, kadang-kadang menjalar ke dada bagian kiri, kemudian dada bagian kanan sampai ke lengan kiri, lengan kanan, dan leher, bahkan sampai rahang bagian bawah dan bagian atas perut. Nyeri dada ini terasa seperti perasaan nyeri yang dalam atau seperti ada beban berat di dada. Keluhan ini biasanya timbul ketika penderita melakukan kegiatan fisik, seperti naik tangga, dan nyeri segera hilang jika beristirahat. Dalam keadaan seperti ini penderita harus segera dirawat di rumah sakit, agar mendapat pertolongan. Berat ringannya kegawatan tergantung pada luas bagian miocard yang mengalami kerusakan. Jika penyempitan pembuluh darah pada miocard lebih dari enam jam, kerusakan jaringan otot jantung yang merembet ke dinding jantung sulit untuk normal kembali, bahkan akan mengalami kerusakan permanen.
Gejala Kardiovaskuler
Berbagai gejala yang timbul akibat sistem peredaran darah jantung (kardiovaskuler) yang terganggu sebagai berikut :
a. Angina Pectoris (Nyeri Dada)
Gejala angina pectoris berupa nyeri dada akibat infark miocard acad. Pemeriksaan pada kasus ini biasanya dilakukan dengan melihat bidang dada, bahu, dan leher. Jika terjadi ketidak-harmonisan, dokter mencurigainya sebagai serangan jantung. Serangan ini biasanya berlalu setelah 130 menit diberikan notroglycerin. Pada kasus non-coroner, gejala ini bisa terjadi akibat emboli (gelembung) yang mengganggu pembuluh darah paru, neurotic pada aorta, gangguan pada perut (gastrointestinal), dan masalah psikologis.
b. Dyspnea (Kesulitan Bernapas)
Gejala ini sering menandakan kegagalan jantung, akibat otot jantung tidak mampu bekerja dengan baik. Untuk mengatasi masalah ini, penderita harus tidur telentang dan kepalanya diganjal dua atau tiga bantal. Kesulitan bernapas ini sering, diakibatkan oleh tidak efektifnya jantung memompa darah, sehingga paru-paru kekurangan darah. Di samping akibat lemah jantung, gejala ini bisa karena pembesaran jantung.
c. Palpitation (Jantung Berdebar)
Gejala palpitation berupa rasa seperti tertumbuk di rongga dada dan jantung. Jika dilihat dengan mata telanjang, penyebabnya sulit diketahui secara pasti, karena sangat banyak kemungkinan penyebabnya. Karenanya perlu dilakukan pemeriksaan kecepatan debar jantung dan frekuensinya, serta berbagai faktor penyebab lainnya.
d. Syncope (Pingsan)
Penderita syncope (pingsan) bisa sampai kehilangan kesadaran. Ditinjau dari etimologi, penyakitnya bisa disebabkan gangguan detak jantung, gangguan dinding jantung, dan tekanan darah tinggi, sehingga detak jantung menjadi tidak berirama atau tidak beraturan.
e. Fatigue (Keletihan)
Gejalanya berupa gagal jantung yang di sebabkan terganggunya fungsi katup mitral pada jantung, klep paru, atau klep aorta yang selalu diikuti oleh gejala (symptom) anemia, yang menyebabkan penderita lemah dan tidak bergairah.
f. Cough (Batuk-batuk)
Cough atau batuk-batuk disebabkan tidak terkendalinya produksi lendir karena tingginya tekanan darah di paru-paru, yang salah satunya akibat tekanan darah tinggi. Dalam kasus ini terjadi penumpukan lendir dalam paru-paru. Gejalanya yang timbul antara lain penderita merasa sesak dan sakit di dada bagian tengah.
g. Hemoptysis (Darah Berbusa)
Gejala ini terjadi akibat adanya gangguan pada katup mitral, infark paru, atau emboli pada paru. Gejala ini diduga memiliki hubungan yang signifikan dengan tuberculosis yang diderita pasien.
h. Cyanosis (Kadar Hemoglobin Menurun)
Turunnya kadar hemoglobin dalam pembuluh darah menimbulkan gejala peradangan pada mata, mulut, dan bibir. Untuk mengetahui penyebabnya perlu dilakukan penelitian intensif. Biasanya gejala ini terjadi akibat produksi darah merah dalam tubuh tidak normal.
i. Edema (Lendir Berkumpul)
Akibat pengumpulan lendir di pembuluh darah, pengiriman darah ke vena terganggu. Pada kondisi ini cairan dapat masuk ke pembuluh kapiler dan menyebabkan paru-paru dan pembuluh darah halus di sekitarnya terganggu. Jantung pun menjadi lemah akibat suplai darah yang dikirim paru-paru ke serambi kiri berkurang.