Jumat, 12 Oktober 2012

10 Mata Uang Paling Tua di Indonesia



1. Uang Syailendra (850 M)


Uang Syailendra ini pertama kali dicetak pada sekitar tahun 850 atau 860 Masehi, yaitu pada masa Kerajaan Mataram Dinasti Syailendra yang beribu kota di Jawa Tengah. Koin-koin tersebut dicetak dalam dua jenis bahan yaitu emas dan perak dan mempunyai beberapa nominal yaitu:
  • Masa, berat 2.40 gram, setara dengan dua Atak atau empat Kupang
  • Atak, berat 1.20 gram, setara dengan setengah Masa, atau dua Kupang
  • Kupang, berat 0.60 gram, setara dengan seperempat Masa atau setengah Atak

Sebenarnya masih ada satuan yang lebih kecil lagi, yaitu setengah Kupang (0.30 gram) dan 1 Saga (0,119 gram). Koin emas zaman Syailendra berbentuk kecil seperti kotak, dimana koin dengan satuan terbesar (Masa) berukuran 6 x 6/7 mm saja. Pada bagian depannya terdapat huruf Devanagari “Ta”. Di belakangnya terdapat incuse (lekukan ke dalam) yang dibagi dalam dua bagian, masing-masing terdapat semacam bulatan. Dalam bahasa numismatik, pola ini dinamakan “Sesame Seed”.




2. Uang Krishnala (1042-1130 M)


Uang Krishnala dibuat pada masa Kerajaan Jenggala. Pada zaman Daha dan Jenggala, uang-uang emas dan perak tetap dicetak dengan berat standar, walaupun mengalami proses perubahan bentuk dan desainnya. Koin emas yang semula berbentuk kotak berubah desain menjadi bundar, sedangkan koin peraknya mempunyai desain berbentuk cembung, dengan diameter antara 13-14 mm.

Pada waktu itu uang kepeng Cina datang begitu besar, sehingga saking banyaknya jumlah yang beredar, akhirnya dipakai secara “resmi” sebagai alat pembayaran, menggantikan secara total fungsi dari mata uang lokal emas dan perak.

Sedangkan koin perak Masa mempunyai diameter antara 9-10 mm. Pada bagian muka dicetak huruf Devanagari “Ma” (singkatan dari Masa), dan di bagian belakangnya terdapat incuse dengan pola “Bunga Cendana”.




3. Uang Ma (Abad ke-12)


Mata uang Jawa dari emas dan perak yang ditemukan kembali, termasuk di situs kota Majapahit, kebanyakan berupa uang “Ma”, (singkatan dari māsa) dalam huruf Nagari atau Siddham, kadang kala dalam huruf Jawa Kuno. Di samping itu beredar juga mata uang emas dan perak dengan satuan tahil, yang ditemukan kembali berupa uang emas dengan tulisan ta dalam huruf Nagari. Kedua jenis mata uang tersebut memiliki berat yang sama, yaitu antara 2,4–2,5 gram.

Selain itu masih ada beberapa mata uang emas dan perak berbentuk segiempat, setengah atau seperempat lingkaran, trapesium, segitiga, bahkan tak beraturan sama sekali. Uang ini terkesan dibuat apa adanya, berupa potongan-potongan logam kasar; yang dipentingkan di sini adalah sekedar cap yang menunjukkan benda itu dapat digunakan sebagai alat tukar.

Tanda tera atau cap pada uang-uang tersebut berupa gambar sebuah jambangan dan tiga tangkai tumbuhan atau kuncup bunga teratai dalam bidang lingkaran atau segiempat. Jika dikaitkan dengan kronik Cina dari zaman Dinasti Song (960–1279) yang memberitakan bahwa di Jawa orang menggunakan potongan-potongan emas dan perak sebagai mata uang, mungkin itulah yang dimaksud.




4. Uang Gobog Wayang (Abad ke-13)


Pada zaman Kerajaan Majapahit dikenal koin-koin yang disebut “Gobog Wayang”, dimana untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Thomas Raffles, dalam bukunya The History of Java. Bentuknya bulat dengan lubang tengah karena pengaruh dari koin cash dari Cina, ataupun koin-koin serupa yang berasal dari Cina atau Jepang.

Koin gobog wayang adalah asli buatan lokal, namun tidak digunakan sebagai alat tukar. Sebenarnya koin-koin ini digunakan untuk persembahan di kuil-kuil seperti yang dilakukan di China ataupun di Jepang sehingga disebut sebagai koin-koin kuil. Setelah redup dan runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur (1528), Banten di Jawa bagian barat muncul sebagai kota dagang yang semakin ramai.




5. Uang Dirham (1297 M)


Mata uang emas dari Kerajaan Samudra Pasai untuk pertama kalinya dicetak oleh Sultan Muhammad yang berkuasa sekitar 1297-1326. Mata uangnya disebut Dirham atau Mas, dan mempunyai standar berat 0,60 gram (berat standar Kupang). Namun ada juga koin-koin Dirham Pasai yang sangat kecil dengan berat hanya 0,30 gram (1/2 Kupang atau 3 Saga). Uang Mas Pasai mempunyai diameter 10–11 mm, sedangkan yang setengah Mas berdiameter 6 mm. Pada hampir semua koinnya ditulis nama Sultan dengan gelar “Malik az-Zahir” atau “Malik at-Tahir”.




6. Uang Kampua (Abad ke-14)


Uang ini digunakan sebagi alat tukar di Kerajaan Buton. Uang yang sangat unik, yang dinamakan Kampua dengan bahan kain tenun ini merupakan satu-satunya yang pernah beredar di Indonesia. Menurut cerita rakyat Buton, Kampua pertama kali diperkenalkan oleh Bulawambona, yaitu Ratu Kerajaan Buton yang kedua, yang memerintah sekitar abad XIV.

Setelah ratu meninggal, lalu diadakan suatu “pasar” sebagai tanda peringatan atas jasa-jasanya bagi kerajaan Buton. Pada pasar tersebut orang yang berjualan mengambil tempat dengan mengelilingi makam Ratu Bulawambona. Setelah selesai berjualan,para pedagang memberikan suatu upeti yang ditaruh di atas makam tersebut, yang nantinya akan masuk ke kas kerajaan. Cara berjualan ini akhirnya menjadi suatu tradisi bagi masyarakat Buton, bahkan sampai dengan tahun 1940.




7. Uang Kasha Banten (Abad ke-15)


Mata-uang dari Kesultanan banten pertama kali dibuat sekitar 1550-1596 Masehi. Bentuk koin Banten mengambil pola dari koin cash Cina yaitu dengan lubang di tengah, dengan ciri khasnya 6 segi pada lubang tengahnya (heksagonal).

Inskripsi pada bagian muka pada mulanya dalam bahasa Jawa: “Pangeran Ratu”. Namun setelah mengakarnya agama Islam di Banten, inskripsi diganti dalam bahasa Arab, “Pangeran Ratu Ing Banten”. Terdapat beberapa jenis mata-uang lainnya yang dicetak oleh Sultan-sultan Banten, baik dari tembaga ataupun dari timah, seperti yang ditemukan pada akhir-akhir ini.




8. Uang Jinggara (Abad ke-16)


Di daerah Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, berdiri kerajaan Gowa dan Buton. Kerajaan Gowa pernah mengedarkan mata uang dan emas yang disebut jingara, salah satunya dikeluarkan atas nama Sultan Hasanuddin, raja Gowa yang memerintah dalam tahun 1653-1669. Di samping itu beredar juga uang dan bahan campuran timah dan tembaga, disebut kupa.




9. Uang Picis (1710 M)


Sultan yang memerintah kerajaan Cirebon pernah mengedarkan mata uang yang pembuatannya dipercayakan kepada seorang Cina. Uang timah yang amat tipis dan mudah pecah ini berlubang segi empat atau bundar di tengahnya, disebut picis, dibuat sekitar abad ke-17. Sekeliling lubang ada tulisan Cina atau tulisan berhuruf Latin berbunyi CHERIBON.




10. Uang Real Batu (1730 M)


Kerajaan Sumenep di Madura mengedarkan mata uang yang berasal dari uang-uang asing yang kemudian diberi cap bertulisan Arab berbunyi ‘sumanap’ sebagai tanda pengesahan. Uang kerajaan Sumenep yang berasal dari uang Spanyol disebut juga real batu karena bentuknya yang tidak beraturan. Dulunya uang perak ini banyak beredar di Mexico yang kemudian beredar juga di Filipina (jajahan Spanyol). Di negeri asalnya uang mi bernilai 8 Reales. Selain uang real Mexico, kerajaan Sumenep juga memanfaatkan uang gulden Belanda dan uang thaler Austria.
SUMBER
Lihat Selengkapnya »»  

10 Letusan Gunung Berapi Paling Dahsyat Dalam Sejarah


Pada kesempatan kali ini, kita akan melihat beberapa letusan gunung berapi paling besar dalam sejarah yang diukur dengan Volcanic Explosivity Index (VEI), sistem klasifikasi yang mirip dengan skala magnitudo pada gempa bumi. Sistem ini dikembangkan pada tahun 1980-an, dan menggunakan faktor-faktor seperti volume letusan, laju letusan, dan variabel lainnya untuk mengukur kekuatan letusan gunung berapi. Skala dimulai dari 1 sampai 8, dan setiap kenaikan 1 VEI, maka letusan akan 10 kali lebih kuat dibanding skala dibawahnya. Sampai saat ini belum ada letusan gunung berapi yang mencapai skala VEI 8 dalam 10.000 tahun terakhir, tapi sejarah manusia telah melihat beberapa letusan yang sangat kuat dan menghancurkan. Disini kami menyajikan 10 letusan gunung berapi yang paling kuat dalam 4.000 tahun terakhir (dalam catatan sejarah manusia).




1. Gunung Tambora, Pulau Sumbawa, Indonesia - 1815 VEI 7


Letusan Gunung Tambora adalah letusan gunung berapi terbesar yang pernah dicatat oleh manusia, dan diberi skala VEI 7 (atau "super-kolosal"). Gunung berapi yang masih aktif hingga kini, dulunya merupakan salah satu puncak tertinggi di kepulauan Indonesia. Letusan mencapai puncaknya pada bulan April 1815, ketika gunung ini meletus, suaranya begitu keras bahkan terdengar hingga Pulau Sumatera, yang berjarak lebih dari 2000 km. Korban tewas akibat letusan diperkirakan mencapai 71.000 orang, dan awan abu menyebar sampai pada tempat yang sangat jauh.




2. Gunung Changbaishan, Perbatasan China dan Korea Utara - 1000 SM VEI 7


Juga dikenal sebagai Gunung Baitoushan, letusan gunung ini memuntahkan material vulkanik jauh sampai Jepang utara, yang berjarak sekitar 1.200 kilometer. Letusan juga menciptakan kaldera besar selebar hampir 4,5 km dan sedalam hampir 1 km pada puncak gunungnya. Kaldera ini sekarang dipenuhi dengan air dan menjadi Danau Tianchi, yang merupakan tujuan wisata populer baik karena keindahan alamnya dan juga karena penampakan makhluk tak dikenal yang diduga tinggal di dalamnya. Gunung ini terakhir meletus pada 1702, dan ahli geologi menganggapnya tidak aktif lagi. Emisi gas dilaporkan keluar dari puncak dan sumber air panas di dekatnya pada tahun 1994, tetapi tidak ada bukti aktivitas gunung berapi lagi yang diamati sejak itu.




3. Gunung Thera, Pulau Santorini, Yunani - Sekitar 1610 SM VEI 7


Para ahli geologi berpikir bahwa gunung Thera di Kepulauan Aegean meletus dengan mengeluarkan energi beberapa ratus bom atom dalam sepersekian detik. Meskipun tidak ada catatan tertulis dari letusan ini, para ahli geologi merasa ini bisa saja menjadi letusaan gunung berapi terkuat yang pernah disaksikan. Pulau yang menjadi tempat bagi gunung berapi ini, Santorini (bagian dari kepulauan gunung berapi), juga menjadi tempat bagi peradaban Minoan, meskipun ada beberapa indikasi bahwa penduduk pulau itu menduga gunung berapi akan meletus dan mengungsi. Karena tsunami dan penurunan suhu yang disebabkan oleh sejumlah besar sulfur dioksida yang dimuntahkan ke atmosfer dan mengubah iklim.




4. Gunung Ilopango, El Salvador - 450 SM VEI 6 +


Gunung ini berada di pusat El Salvador, hanya beberapa kilometer di timur ibukota San Salvador. Gunung ini hanya mengalami dua kali letusan dalam sejarah, letusan pertama yang diketahui menyelimuti sebagian dari tengah dan barat El Salvador dengan batu apung dan abu, dan menghancurkan kota-kota Maya awal, memaksa para penduduk untuk mengungsi. Rute perdagangan terganggu, dan pusat-pusat peradaban Maya bergeser dari daerah dataran tinggi El Salvador ke daerah dataran rendah di sebelah utara dan di Guatemala. Kaldera puncak dari gunung ini sekarang menjadi tempat bagi salah satu danau terbesar di El Salvador.




5. Pulau Ambrym, Republik Vanuatu - 50 SM VEI 6 +


Pulau gunung berapi seluas 665 km persegi, bagian dari sebuah bangsa kecil di barat daya Samudera Pasifik, menyaksikan salah satu letusan paling mengesankan dalam sejarah, letusan yang mengirim gelombang abu panas dan debu turun gunung dan membentuk kaldera selebar 12 km. Gunung berapi ini terus menjadi salah satu yang paling aktif di dunia. Gunung ini telah meletus hampir 50 kali sejak 1774, dan telah terbukti menjadi tempat yang berbahaya bagi penduduk setempat. Pada tahun 1894, enam orang tewas oleh letusan gunung berapi ini dan empat orang lainnya tewas oleh aliran lava, dan pada tahun 1979, curah hujan asam yang disebabkan oleh gunung berapi turut mengambil korban beberapa jiwa.




6. Gunung Pinatubo, Luzon, Filipina - 1991 VEI 6


Gunung ini merupakan sebuah stratovolcano yang terletak di rantai gunung berapi di sepanjang zona subduksi, letusan dahsyat dari Pinatubo adalah letusan eksplosif klasik. Letusannya mengeluarkan lebih dari 5 kilometer kubik material ke udara dan membuat kolom abu setinggi 35 km di atmosfer. Abu lalu jatuh di pedesaan, dan menumpuk sehingga beberapa atap runtuh akibat beratnya. Ledakan itu juga memuntahkan jutaan ton sulfur dioksida dan partikel lainnya ke udara, yang menyebar ke seluruh dunia oleh arus udara dan menyebabkan suhu global menurun sekitar 0,5 derajat Celcius selama setahun berikutnya.




7. Novarupta, Semenanjung Alaska - Juni, 1912 VEI 6


Letusan Novarupta, salah satu dari rantai gunung berapi di Semenanjung Alaska, bagian dari Cincin Api Pasifik, adalah letusan gunung berapi terbesar abad 20. Letusan yang sangat kuat mengirim 12,5 km kubik magma dan abu ke udara, yang turun dan menutupi area seluas 7.800 km persegi dengan kedalaman abu lebih dari 30 cm.




8. Gunung Santa Maria, Guatemala - 1902 VEI 6


Letusan Gunung Santa Maria pada tahun 1902 adalah salah satu letusan terbesar abad 20. Letusan terjadi setelah gunung berapi itu tidak aktif selama sekitar 500 tahun, dan meninggalkan kawah besar, hampir selebar 1,5 km di sisi barat daya gunung. Gunung berapi ini telah mengalami aktivitas yang berkesinambungan sejak letusan terakhir, dan sebuah letusan VEI 3 terjadi pada tahun 1922. Pada tahun 1929, Santa Maria memuntahkan aliran piroklastik (dinding dari gas panas dan abu yang bergerak sangat cepat), yang merenggut ratusan nyawa dan mungkin telah membunuh sebanyak 5.000 orang.




9. Gunung Krakatau, Selat Sunda, Indonesia - 1883 VEI 6


Gemuruh yang mendahului letusan akhir Krakatau dalam beberapa pekan pada tahun 1883 akhirnya mencapai klimaks dengan letusan besar pada tanggal 26-27 April. Letusan eksplosif dari stratovolcano yang terletak di sepanjang busur kepulauan vulkanik di zona subduksi lempeng Indo-Australia, mengeluarkan sejumlah besar batu, abu dan batu apung dan letusannya sendiri terdengar sampai ribuan kilometer jauhnya.

Letusan ini juga menciptakan tsunami, dengan ketinggian maksimum gelombang mencapai 40 meter dan menewaskan sekitar 34.000 orang. Efek tidal dari gelombang bahkan terasa sampai di Semenanjung Arab yang terletak 11.000 km jauhnya. Sementara pulau tempat dimana Krakatau berada hancur dalam letusan ini, Krakatau kembali meletus pada Desember 1927 dan menyisakan Anak Krakatau, kerucut di tengah kaldera yang dihasilkan oleh letusan 1883. Anak Krakatau secara sporadis aktif, dan membentuk pulau baru dalam bayang-bayang induknya.




10. Huaynaputina, Peru - 1600 VEI 6


Puncak ini adalah situs letusan gunung berapi terbesar di Amerika Selatan dalam sejarah. Letusan ini mengirim lumpur sampai sejauh Samudra Pasifik, yang 120 km jaraknya, dan tampaknya telah mempengaruhi iklim global. Musim panas setelah letusan 1600 adalah yang paling dingin dalam 500 tahun. Abu akibat ledakan mengubur 50 km persegi daerah barat gunung, yang tetap diselimuti sampai hari ini. Meskipun Huaynaputina memiliki ketinggian 4,850 meter, ia tetap merupakan gunung berapi yang aktif. Ia berdiri di sepanjang tepi jurang yang dalam. Bencana alam 1600 merusak kota-kota di dekatnya seperti Arequipa dan Moquengua, yang baru pulih sepenuhnya lebih dari satu abad kemudian.
Lihat Selengkapnya »»  

10 Formasi Batuan Alam yang Paling Luar Biasa di Dunia


Formasi batuan terbentuk karena kontak batuan dengan elemen-elemen seperti panas, angin, hujan, dan erosi. Formasi batuan alam yang luar biasa dalam daftar ini terbentuk perlahan-lahan selama jutaan tahun. Berikut 10 formasi batuan alam yang paling luar biasa di dunia:




1. Tsingy de Bemaraha


Terletak di dekat pantai di bagian barat Madagaskar, Tsingy de Bemaraha adalah lanskap batuan kapur dengan puncak-puncaknya yang tajam yang disebut dengan tsingy. Ngarai dari sungai Manambolo yang mengalir melalui tsingy menciptakan pemandangan yang beragam. Hutan tidak terjamah, danau dan rawa-rawa mangrove dari taman nasional disini menjadi habitat bagi lemur langka dan burung-burung yang terancam punah.




2. Shilin


Shilin, yang berarti "Hutan Batu" dalam bahasa China, adalah formasi batuan karst yang terletak di barat daya Cina. Tonjolan batu ini mirip dengan stalagmit yang ada di sebuah gua. Batu-batu ini dianggap telah terbentuk sejak 270 juta tahun yang lalu. Dimana dulunya daerah ini adalah dasar laut dan aliran air menciptakan bentuk-bentuk batuan seperti ini. "Hutan Batu" ini menerima lebih dari 2 juta pengunjung setiap tahunnya.




3. White Desert


Terletak sekitar 45 km sebelah utara dari oasis Farafra di Gurun Barat di Mesir, White Desert terbentuk dari kapur yang anehnya berbeda dengan kapur berwarna coklat kekuningan dari gurun di sekitarnya. Bahan kapur yang lembut, dengan kikisan angin telah diubah menjadi bentuk-bentuk yang menakjubkan. Beberapa bahkan ada yang menyerupai marshmallow, unta, dan jamur.




4. Bryce Canyon National Park


Meskipun dinamakan Canyon atau ngarai, Bryce Canyon National Park sebenarnya bukanlah sebuah ngarai, melainkan serangkaian amphitheater raksasa yang dipenuhi dengan puncak yang berwarna-warni. Formasi batuan alami ini disebabkan oleh erosi angin dan air pada batuan kapur. Puncak-puncaknya yang juga dikenal sebagai "hoodoos" dapat setinggi hingga 61 meter. Selain itu, Bryce Canyon juga memiliki kualitas udara yang baik dan dapat dilihat dari jarak hingga sekitar 300 kilometer.




5. Bungle Bungle Range


Bungle Bungle Range terletak di Purnululu National Park di Australia Barat. Barisan batuan ini memiliki ketinggian hingga 578 meter di atas permukaan laut dan terdiri dari kubah batu pasir yang bergaris-garis khas dengan corak oranye dan abu-abu. Perbedaan corak ini terjadi karena perbedaan kandungan tanah dan porositas dari lapisan batu pasir. Corak warna oranye berasal dari lapisan tipis oksida besi sedangkan corak abu-abu berasal dari cyanobacteria yang tumbuh pada lapisan dimana ada kelembaban yang terakumulasi.




6. The Giant Causeway


Terletak di pantai di timur laut Irlandia, The Giant Causeway adalah formasi batuan spektakuler yang terdiri dari kolom basal yang terbentuk sejak 50 sampai 60 juta tahun yang lalu. Karena aktivitas vulkanik mendorong batuan basal melalui kapur, kolom terbentuk dalam arah yang vertikal. Ketika mendingin, kolom-kolom ini retak dan membentuk bentuk yang heksagonal. Kolom-kolom ini dapat setinggi hingga 12 meter. Selain itu, banyak dari kolom ini telah terkikis hingga hanya puncaknya yang terlihat. Hal ini menciptakan sejenis jalan batu alami yang rumit, sedemikian rincinya sehingga tampak seolah-olah ada batu tukang batu yang meletakkannya.




7. Arches National Park


Karya seni alam lainnya dapat ditemukan di Utah, tepatnya di Taman Nasional Arches yang terkenal karena formasi lengkungan batu alaminya. Deposit endapan garam dari lautan yang telah surut 300 juta tahun yang lalu, yang kemudian terkikis oleh hujan dan angin akhirnya membentuk lebih dari 2000 lengkungan batu alami yang dapat ditemukan di taman nasional ini.




8. Chocolate Hills


Chocolate Hills adalah formasi geologi yang tidak biasa yang terdiri dari setidaknya 1.268 gundukan yang tersebar di seluruh pulau Bohol di Filipina. Formasi geologi ini memiliki bentuk yang hampir simetris dan berukuran hampir sama yang berkisar dari 30 sampai 50 meter tingginya dan tertutupi oleh rumput hijau. Selama musim kemarau, rumput berubah warna menjadi coklat sehingga bukit-bukit ini pun dinamakan dengan Chocolate Hills. Para ahli geologi belum mencapai kesepakatan tentang bagaimana bukit-bukit ini terbentuk. Salah satu teori menyatakan bahwa Chocolate Hills adalah formasi batuan yang mengalami pelapukan dari jenis batu kapur laut di atas lapisan tanah liat yang kedap air.




9. Monument Valley


Batu pasir setinggi hingga 300 meter membentuk apa yang sering disebut dengan Monument Valley yang terletak di perbatasan Utah dan Arizona. Monument Valley ini sering menjadi latar bagi banyak film-film barat, mulai dari Stagecoach yang dibintangi John Wayne sampai Back to the Future II. Secara teknis daerah tersebut sama sekali bukan sebuah valley atau lembah, namun karena di lanskap luas yang datar tiba-tiba ada formasi batuan seperti ini, maka disebut demikian. Batuan-batuan ini adalah sisa dari lapisan batu pasir yang pada awalnya menutupi seluruh wilayah ini, warna merah terangnya sendiri berasal dari oksida besi yang banyak terkandung di dalamnya.




10. Göreme Fairy Chimneys


Cappadocia adalah daerah yang terkenal akan formasi batu alam yang aneh namun menakjubkan dan merupakan salah satu objek wisata di Turki yang paling populer. Salah satu tempat terbaik untuk melihat formasi batuan unik ini adalah kota Göreme, yang terletak di antara sejumlah besar kerucut tuff (abu vulkanik yang telah menyatu dan mengeras), yang sering juga disebut sebagai Fairy Chimneys atau cerobong asap peri. Fairy Chimneys ini terbentuk sebagai hasil dari erosi angin dan air dari dua lapisan vulkanik yang berbeda. Sebuah lapisan tebal tuff ditutupi oleh lapisan tipis basal yang lebih tahan terhadap erosi. Karena lapisan tuff yang mudah dikikis, banyak dari cerobong asap peri yang dipahat selama berabad-abad untuk membuat rumah-rumah, gereja dan fasilitas penyimpanan.
Lihat Selengkapnya »»