Senin, 19 Maret 2012

Tips Berenang Sehat

Berenang memang menyehatkan. Tapi, jangan asal berenang karena justru bisa mendatangkan penyakit. Tidak hanya di kolam, berenang di pantai pun tetap memberikan manfaat serupa. Namun, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan.
Berenang tidak hanya bisa memberikan manfaat kesehatan secara fisik, seperti melatih ketahanan stamina, kekuatan otot, memperlancar kerja otot jantung, menurunkan berat badan, dan membakar kalori tubuh.
Namun olahraga ini juga juga memberikan manfaat secara emosional, seperti meditasi, mengistirahatkan pikiran, melatih pengaturan waktu, mengembangkan jiwa spotif, dan meningkatkan rasa kepercayaan diri.
Jika ingin mendapatkan hasil optimal dari olahraga ini dan terhindar dari recreational water illnesses (RWIs) maka lakukan cara berenang yang sehat dengan memperhatikan tips berikut : 

  1. Hindari berenang di pantai setelah hujan deras. Hujan membawa polutan dari jalan, taman, dan pertanian, sebelum masih ke dalam sungai yang bermuara di laut. Karena itu, jumlah bakteri pasti meningkat sehingga berisiko menimbulkan penyakit. Sebaiknya, tunggu selama 1-3 hari sebelum berenang di pantai atau laut.
  2. Jangan berenang di air berbau, berwarna, dan tampak aneh, karena merupakan pertanda ada yang tidak beres dengan air tersebut.
  3. Ikuti petunjuk dalam papan pengumuman di pantai. Jika ada sesuatu yang kurang aman atau berisiko membahayakan kesehatan, pasti akan ada pengumuman di papan tersebut.
  4. Hindari meminum air laut dan kolam, atau membenamkan kepala, jika tidak yakin dengan kualitas airnya, misalnya mengandung bakteri atau alga yang membahayakan kesehatan.
  5. Jangan berenang jika memiliki luka terbuka atau infeksi karena bisa menyebar ke air dan orang lain yang berenang di tempat tersebut.
  6. Gunakan fasilitas toilet yang sepantasnya. Jangan membilas toilet dengan air sembarangan untuk menghindari risiko penyebaran kuman lewat air tidak bersih untuk membilas toilet. Jangan lupa cuci tangan dengan sabun setelah melakukan aktivitas di toilet untuk menghentikan persebaran kuman di air kolam atau pantai.
  7. Ajak anak untuk buang air di kamar mandi secara teratur, setiap 30-60 menit, sehingga mereka tidak menggunakan sembarang air untuk membersihkan diri. Atau agar anak tidak sembarangan buang air di kolam atau pantai tempat berenang.
  8. Jangan memaksakan berenang jika kondisi kesehatan kurang baik, terutama jika mengalami gejala gangguan perut, seperti diare dan mual. Atau, jangan berenang hingga 2 minggu setelah diare. Orang lain akan berisiko tertular bakteri penyakit ini. Ingatlah bahwa bakteri bisa hidup di air kolam hingga berhari-hari.
  9. Buang air besar dan sampah di tempat yang sudah disediakan. Jangan buang air besar atau mmbuang bekas popok sekali pakai di dekat tempat orang biasa berenang karena bisa menyebarkan peyakit. Gantilah popok anak di tempat yang sudah disediakan, jangan di dekat tempat berenang agar kuman dari popok yang kotor tidak menyebar ke air kolam atau pantai. Jangan lupa bersihkan anak dengan menggunakan sabun sebelum kembali berenang.
  10. Hindari berenang di air yang tenang, tanpa riak, dan hangat, atau di sebelah saluran air terjun, karena merupakan tempat yang paling cocok untuk perkembangbiakan bakteri, alga, dan amuba penyebab meningitis.


Lihat Selengkapnya »»  

10 Pekerjaan Terburuk Untuk Paru-paru

 
Banyak jenis pekerjaan yang cukup berisiko untuk kesehatan. Misalnya, banyak pekerja yang mengembangkan penyakit paru oleh karena lingkungan tempat kerja yang tidak sehat. Jika mengetahui penyebabnya, risiko penyakit paru pada para pekerja dapat dicegah atau setidaknya dapat menurunkan risiko.

"Sebagian besar jenis penyakit paru akibat lingkungan kerja dapat dicegah. Tindakan pengendalian sederhana dapat secara nyata mengurangi paparan dan risiko," kata Philip Harber, MD, profesor dan kepala Divisi Lingkungan Kerja di UCLA.

Kira-kira pekerjaan apa saja yang memiliki risiko terhadapat penyakt paru?

Berikut 10 pekerjaan terburuk bagi kesehatan paru-paru pekerja seperti dikutip dari Health, Senin (19/3/2012) antara lain:

1. Pekerja konstruksi
Pekerja yang menghirup debu pada pembongkaran atau renovasi bangunan dapat berisiko terkena kanker paru-paru, mesothelioma dan asbestosis.

Asbestosis merupakan penyakit yang menyebabkan jaringan parut di paru-paru. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memakai alat pelindung, termasuk respirator saat bekerja di sekitar bangunan dan menghindari merokok.

2. Pekerja pabrik
Pekerja pabrik dapat terkena debu, bahan kimia, dan gas yang menempatkan pada risiko Chronic obstructive pulmonary disease (COPD).

3. Praktisi medis
Sekitar 8-12 orang yang sensitif terhadap residu bubuk yang ditemukan dalam sarung tangan lateks adalah praktisi medis.

Sensitifitas tersebut dapat menyebabkan reaksi asma tipe berat. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut adalah membatasi paparan bila memungkinkan.

4. Pekerja tekstil
Bisinosis, juga disebut brown lung disease, adalah umum di antara pekerja tekstil yang membuat jok, handuk, kaus kaki, seprei dan pakaian.

Pekerja dapat menghirup partikel yang dilepaskan dari kain katun atau bahan lainnya. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memakai masker dan meningkatkan ventilasi di lingkungan kerja.

5. Bartender
Melayani minuman di ruangan penuh asap menempatkan bartender pada risiko tinggi untuk penyakit paru-paru. Terutama jika secara terpapar perokok pasif selama bertahun-tahun.

Saat ini, banyak negara yang melarang merokok di restoran dan bar. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan sistem ventilasi yang baik dalam lingkungan bar.

6. Pembuat kue
"Pembuat kue menempati bagian atas daftar pekerjaan yang menyebabkan asma, yang secara keseluruhan mencapai 15 persen kasus asma baru pada orang dewasa.

Pembuat kue yang terpapar debu tepung berisiko sangat signifikan mengembangkan sensitisasi alergi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan ventilasi yang baik dan penggunaan masker pelindung," kata Dr Harber.

7. Industri otomotif
Asma dapat menjadi risiko kesehatan paru bagi pekerja dalam industri otomotif. Cat auto spray seperti isosianat dan produk poliuretan, dapat mengiritasi kulit, menyebabkan alergi dan menyebabkan sesak dada, dan kesulitan bernapas yang parah.

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan respirator, sarung tangan, kacamata, dan ventilasi dyang memadai.

8. Pekerja angkutan
Supir truk, yang sering membongkar muatan barang di dermaga, dan pekerja industri kereta api dapat berisiko untuk COPD. Knalpot diesel adalah faktor terbesar.

Meskipun mesin sekarang memancarkan gas buang diesel yang lebih sedikit karena perkembangan teknologi, diesel knalpot masih tersebar luas. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah sedapat mungkin menghindari area knalpot diesel dan mengenakan masker pelindung.

9. Pekerja pertambangan
"Penambang berada pada risiko tinggi untuk sejumlah penyakit paru-paru, termasuk COPD, karena paparan debu," kata Dr Harber.

Silika di udara yang juga dikenal sebagai kuarsa dapat menyebabkan silikosis. Penambang batubara berisiko untuk jenis lain dari penyakit jaringan parut di paru yang disebut pneumokoniosis (paru-paru hitam). Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah tidak merokok dan menggunakan masker.

10. Pemadam kebakaran
Petugas pemadam kebakaran dapat menghirup asap dan berbagai bahan kimia yang mungkin ada dalam gedung atau rumah yang terbakar.

Meskipun perlengkapan pelindung pernapasan telah disediakan bagi pekerja, namun kadang tidak selalu dipakai. Paparan bahan beracun dan asbes adalah risiko bahkan setelah api berhasil dipadamkan. International Association of Firefighters telah merekomendasikan pemakaian alat pelindung pernapasan pada semua tahap pemadam kebakaran.
Lihat Selengkapnya »»