Minggu, 30 September 2012

Sejarah Layang - Layang


Layang-layang atau layangan merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai salah satu jenis permainan,layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.


Terdapat berbagai tipe layang-layang layang-layang permainan. Yang paling umum adalah layang-layang hias dan layang-layang aduan (laga). Terdapat pula layang-layang yang diberi sendaringan (koang) yang dapat mengeluarkan suara karena hembusan angin. Layang-layang laga biasa dimainkan oleh anak-anak pada masa pancaroba karena biasanya kuatnya angin berhembus pada masa itu.

Penggunaan layang-layang sebagai alat bantu penelitian cuaca telah dikenal sejak abad ke-18. Contoh yang paling terkenal adalah ketika Benjamin Franklin menggunakan layang-layang yang terhubung dengan kunci untuk menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik. Layang-layang raksasa dari bahan sintetis sekarang telah dicoba menjadi alat untuk menghemat penggunaan bahan bakar kapal pengangkut. Pada saat angin berhembus kencang, kapal akan membentangkan layar raksasa seperti layang-layang yang akan 'menarik' kapal sehingga menghemat penggunaan bahan bakar.


Sejarah dan Asal Muasal Layang-Layang

Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari China sekitar 2500 SM. Diperkirakan dari China, layang-layang mulai disebarluaskan ke negara Asia lain seperti Korea, Jepang, Indonesia dan India. Bahkan, permainanlayang-layang menyebar ke Barat hingga kemudian populer di Eropa.

Di Asia, layang-layang kerap kali berkaitan dengan upacara keagamaan atau kepentingan agama. Banyak layang-layang dari RRC dibuat berwujud naga dari cerita rakyat. Bentuk tradisional lainnya seperti burung, kupu-kupu, bahkan kelabang. Di Malaysia, menerbangkan layang-layang di atas rumah pada malam hari dipercaya dapat menjauhkan roh jahat. Di Korea, nama bayi yang baru lahir sering dituliskan pada layang-layang, lalu diterbangkan dan dibiarkan terlepas sendiri. Sementara di Jepang menerbangkan layang-layang merupakan kegiatan sosial. Para penduduk desa bersama-sama membangun sebuah layang-layang yang sangat besar. Layang-layang ini berukuran 120 yard persegi, dan dapat diterbangkan hanya pada acara festival saja karena dibutuhkan seluruh penduduk kampung tersebut untuk menaikkannya.

Di Eropa, layang-layang menjadi permainan anak-anak, namun hal ini tidak menarik perhatian yang serius sampai abad ke XVIII. Pada tahun 1749 seorang ilmuwan Scotlandia bernama Alexander Wilson menggunakan beberapa rangkaian layang-layang untuk mengukur temperatur udara pada ketinggian yang berbeda. Tiga tahun kemudian, dalam tahun 1752, Benjamin Franklin melakukan percobaannya yang terkenal untuk membuktikan bahwa petir itu adalah listrik. Layang-layang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan kite, nama 'kite' sendiri dalam bahasa Inggris diambil dari nama burung pemangsa yang anggun dan lemah gemulai kepak sayapnya saat terbang. 


Sementara di sejumlah daerah di Indonesia, fungsi layang-layang berbeda-beda. Di beberapa daerah, layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan.Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi. Diduga pula, beberapa bentuk layang-layang tradisional Bali berkembang dari layang-layang daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun. Selain itu, beberapa daerah di Bali, sama seperti Jepang, juga menerbangkan layang-layang sebagai kegiatan sosial. Para penduduk desa bersama-sama membangun sebuah layang-layang yang sangat besar dan menerbangkannya beramai-ramai.

Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan layang-layangyang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu, dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar. 


Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari itu di kawasan Nusantara. Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di China dan di Nusantara karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layangadalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.

Museum Layang-Layang di Indonesia

Di Indonesia sendiri telah berdiri Museum Layang-layang Indonesia yang dibuka sejak 21 Maret 2003 lalu. Ada sekitar 350 layang-layang koleksi dari sejumlah negara di dunia, termasuk layang-layang khas daerah Indonesia. Adalah, Endang W Puspoyo yang memprakarsai hadirnya museum ini. Ia yang juga dikenal sebagai ahli kecantikan ini menghibahkan sebidang tanahnya untuk para pencinta layang-layang.

Beragam layang-layang dalam aneka ragam dan bentuk disusun dengan rapi di museum yang terletak di di Jalan H Kamang No 38, Pondok Labu, Jakarta ini. Bentuk dari masing-masing layang-layang ini unik. Karena ada layang-layang yang terbuat dari daun, ada berbentuk capung, delman berikut kudanya, naga, ikan. Bahkan terdapat juga layang-layang berbentuk Harry Potter. Beberapa layang-layangukurannya sedemikian besar sehingga untuk menaikkannya harus dilakukan oleh beberapa orang. Ada juga layang-layang yang amat kecil, terbuat dari kain sutera buatan RRC.


Layang-Layang Sebagai Energi Alternatif di Masa Depan

Ternyata layang-layang tak melulu hanya dijadikan sebagai alat permainan. Beberapa ahli mulai melirik layang-layang sebagai energi alternatif di masa depan. "Ini lebih sederhana dari turbin angin yang membutuhkan begitu banyak materi," jelas pakar energi Moritz Diehl dari Catholic University di Leuven, Belgia. "Dengan menghemat materi, artinya lebih ekonomis". Biaya yang diperlukan membuat pembangkit listrik dari layang-layang hanya seperempat dari kincir angin.

Faktor utama dalam memanfaatkan angin sebagai energi adalah mengetahui apakah tekanannya akan memperkuat kecepatan objek yang bergerak relatif bersamanya. Untuk alasan ini, kincir angin memang menghasilkan tekanan lebih kuat, yakni 8-10 kali lipat kecepatan angin. Sedangkan layang-layang mampu menghasilkan energi yang sama kuat dengan tekanan angin jika tidak didukung struktur khusus. Ini disebabkan layang-layang memancarkan tekanan melalui jalurnya langsung. Kecepatan itu juga sangat tergantung pada kecepatan angin. Diehl bersama timnya telah melakukan pemodelan pembangkit listrik tenaga layang-layang dan terbukti pembangkit ini cukup andal.

Dengan terus menerus memompa sebuah layang-layang, Diehl dan kawan-kawannya berhasil menghasilkan listrik sebesar 5 megawat dari layang-layang seluas 500 meter persegi dengan panjang tali 1,3 kilometer. Selain hemat biaya, menurut Dhiel, layang-layang bisa menjangkau ketinggian lebih tinggi daripada kincir angin. Makin tinggi lokasinya, makin besar pula tekanan anginnya dan makin besar energi yang dihasilkan.


Sementara itu tim ilmuwan dari Delft University of Technology di Belanda juga menciptakan ide serupa. Hanya mereka menerbangkan sejumlah besar layang-layangsekaligus dalam satu jalur seluas 10 kilometer di angkasa. Sistem ini sama kinerjanya dengan roda air. Sistem yang dinamakan Laddermill ini mampu menghasilkan listrik sebesar 100 megawat.

Semua ide tersebut memang cukup cemerlang, hanya tak semudah itu untuk mengomersilkannya. Masih ada beberapa kelemahan, seperti layang-layang bersifat tidak stabil. "Layang-layangnya kelamaan akan berukuran tambah besar dan lebar, dan bisa menelurkan masalah kebutuhan materi dan daya tahan," komentar Bernhard Hoffschmidt dari Solar-Institute Jülich di Aachen University in Germany.

Layang-Layang Terbesar di Dunia

The 'MegaFlag' adalah layang-layang terbesar di dunia saat ini. Layang-layang yang berbentuk bendera Amerika Serikat ini benar-benar dapat terbang dan berukuran 130 meter dan lebar 80 meter atau 10,400 meter persegi. Layang-layang ini didesain tanpa tongkat atau spar. Layang-layang super besar ini dirancang dan dibuat oleh Peter Lynn dari Selandia Baru dan merupakan Pemegang Guinness World Record.

SUMBER
Lihat Selengkapnya »»  

Kenapa Kita Tidak Dapat Mengingat Masa Bayi Kita?


Sekuat apa pun ingatan anda, kemungkinan besar ingatan paling awal anda hanya akan berasal paling lama dari saat anda berusia tiga tahun. Bahkan, anda mungkin hanya memiliki sedikit kenangan dari usia antara 3 sampai 7 tahun. Psikolog menyebut ketidakmampuan kebanyakan orang dewasa untuk mengingat peristiwa dari awal kehidupan seperti ini sebagai amnesia masa kecil. Mengapa hal ini dapat terjadi?


Sampai 20 tahun terakhir, para peneliti belum dapat menjelaskan secara tepat mengapa amnesia masa kecil ini bisa terjadi. Oleh karena itu mereka berusaha menyelidiki kemampuan memori anak-anak untuk mencari jawabannya. Untuk waktu yang lama, penjelasan di balik amnesia masa kecil bersandarkan pada asumsi bahwa bagian pembentukan memori pada otak bayi belum berkembang. Lalu, pada usia sekitar 3 tahun, barulah kemampuan memori pada anak-anak mulai berkembang.

Namun, psikolog telah menemukan bahwa bayi berumur 3 sampai 6 bulan pun telah dapat membentuk kenangan jangka panjang. Perbedaannya hanya pada kenangan mana yang akan dipertahankan. Misalnya, bayi lahir dengan kenangan yang lebih implisit atau utuh dan tidak sadar. Pada saat yang sama, memori eksplisit atau episodik (yang mencatat peristiwa tertentu) tidak membawa informasi pada tiga tahun pertama kehidupan, hal ini dapat menjelaskan mengapa orang tidak ingat ketika mereka dilahirkan.

Proses Pembentukan Memori pada Anak

Untuk membentuk kenangan, manusia harus membuat sinaps, atau koneksi antara sel otak, yang mengkodekan informasi sensorik dari suatu peristiwa ke dalam memori kita. Dari sana, otak kita mengatur informasi ke dalam kategori-kategori dan menghubungkannya dengan data yang serupa, yang disebut konsolidasi. Agar memori dapat tersimpan dengan lama, kita harus secara berkala "mengambil" kenangan ini kembali (proses dimana kita mengingat) dan menelusuri kembali sinaps yang telah terbentuk, yang bertujuan untuk memperkuat koneksi tersebut.

Sebagian besar studi telah membantah pemikiran lama bahwa bayi tidak dapat mengkodekakan informasi yang membentuk dasar dari kenangan. Misalnya, dalam satu percobaan yang melibatkan bayi berusia 2 dan 3 bulan, kaki bayi dilekatkan dengan pita ke mainan yang terdapat di atasnya. Dengan menendang kaki mereka, bayi belajar bahwa gerakan tersebut menyebabkan mainan untuk bergerak. Kemudian, bayi ditempatkan di bawah mainan yang sama tanpa pita, bayi ingat untuk menendang kaki mereka. Ketika percobaan yang sama dilakukan dengan bayi berusia 6 bulan, mereka memahami hubungan ini jauh lebih cepat, yang menunjukkan bahwa kemampuan pengkodean mereka semakin cepat secara bertahap seiring dengan waktu, bukannya dalam satu ledakan yang signifikan pada usia sekitar 3 tahun.

Pengkodean memori ini berhubungan dengan perkembangan dari korteks prefrontal bayi. Daerah ini, yang aktif selama pengkodean dan pengambilan ingatan eksplisit, tidak berfungsi sepenuhnya saat lahir. Namun, setelah 24 bulan, jumlah sinaps pada korteks prefrontal telah mencapai tingkat dewasa. Selain itu, ukuran hippocampus di dasar otak terus tumbuh hingga tahun kedua atau ketiga. Hal ini penting karena hippocampus menentukan informasi sensorik apa yang ditransfer ke dalam penyimpanan jangka panjang.

Tapi bagaimana dengan memori implisit? Bertempat di otak kecil, memori implisit sangat penting untuk bayi baru lahir, yang memungkinkan mereka untuk mengasosiasikan perasaan kehangatan dan keamanan dengan suara ibu mereka dan secara naluriah mengetahui bagaimana cara untuk makan. Selanjutnya memori implisit mengalami beberapa perkembangan seiring dengan bertambahnya usia. Bahkan dalam kasus amnesia dewasa, keterampilan implisit seperti mengendarai sepeda atau bermain piano tetap bertahan dari trauma otak.

Hubungan Memori dengan Kemampuan Verbal

Ingatan paling awal kita kemungkinan juga diblokir dari kesadaran kita karena kita tidak memiliki kemampuan bahasa pada waktu itu. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2004, menelusuri perkembangan verbal pada bayi berusia 27-39 bulan sebagai ukuran seberapa baik mereka bisa mengingat kejadian masa lalu. Para peneliti menemukan bahwa jika anak-anak tidak tahu kata-kata untuk menggambarkan peristiwa ketika itu terjadi, maka mereka tidak bisa menjelaskan setelahnya nanti setelah mempelajari kata-kata yang tepat.

Orang tua juga memainkan peran penting dalam mengembangkan memori anak-anak. Penelitian lain menunjukkan bahwa cara orang tua mengingat kenangan dengan anak mereka secara verbal, berkorelasi dengan gaya narasi anak-anak untuk menceritakan kembali kenangan mereka di kemudian hari. Dengan kata lain, anak-anak yang orang tuanya memberitahu mereka tentang peristiwa masa lalu, seperti pesta ulang tahun atau perjalanan ke kebun binatang, akan lebih mungkin untuk menggambarkan kenangan mereka sendiri dengan jelas. Menariknya, memori pribadi juga memiliki komponen budaya, dimana kenangan pribadi orang Barat lebih fokus pada diri mereka sendiri dan orang Timur mengingat diri mereka lebih dalam konteks kelompok.
Lihat Selengkapnya »»  

Proses Metamorfosis Ulat Menjadi Kupu-Kupu


Rekaman fosil menunjukkan bahwa kupu-kupu telah berada di Bumi ini setidaknya sejak 40-50 juta tahun yang lalu. Meskipun begitu, masih banyak hal dalam diri kupu-kupu yang belum dipahami sepenuhnya dan menjadi misteri. Yang kita tahu dengan pasti, siklus hidup kupu-kupu yang lengkap terdiri dari empat tahap yang meliputi telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan akhirnya kupu-kupu dewasa. Dan ternyata, dalam setiap tahapan kehidupan hewan ini, terdapat kisah menarik tersendiri yang sayang untuk kita lewatkan. Berikut BerbagaiHal sampaikan proses yang terjadi ketika ulat bermetamorfosis untuk menjadi kupu-kupu.


Telur

Hal menarik pada binatang yang satu ini sudah langsung dapat kita jumpai ketika mereka masih berupa telur. Kupu-kupu akan tertarik pada jenis tanaman tertentu, dan kupu-kupu betina akan bertelur pada jenis tanaman dimana ulat akan makan. Telur kupu-kupu biasanya akan dilekatkan ke bagian bawah daun dengan zat yang berfungsi sebagai semacam lem yang sangat kuat. Sampai saat ini, tidak diketahui bagaimana struktur dan bahan kimia apa yang membentuk lem tersebut. Tetapi lem ini bekerja dengan sangat baik, bahkan ikatan telur dan daun yang dibentuk oleh lem ini jauh lebih kuat dibanding telur dan daun itu sendiri. Tahapan telur ini dapat berlangsung dari beberapa minggu, sampai beberapa bulan, sebelum akhirnya menetas dan menjadi larva.

Larva (Ulat)

Larva atau ulat akan menetas dari telur sekitar enam hari kemudian. Makhluk-makhluk kecil ini sangat rakus dan dengan cepat mulai menggerogoti setiap daun yang dilihatnya. Pada masa ini, pertumbuhan ulat sangat luar biasa cepat, sehingga ia akan berganti kulit beberapa kali untuk menyesuaikan tubuhnya yang menjadi berukuran lebih besar. Pada akhir siklus ini, ulat akan memiliki panjang sekitar 5 cm. Ulat lalu akan mengeluarkan hormon-hormon tertentu, yang berarti tiba saatnya untuk ulat tersebut melanjutkan hidupnya ke tahapan selanjutnya yaitu berubah menjadi kepompong.

Pupa (Kepompong)

Ulat kemudian akan membentuk sebuah cangkang kecil yang biasa kita sebut dengan kepompong. Kepompong dapat dibuat oleh ulat dari dua buah daun yang dibungkus benang sutra atau kepompong yang sepenuhnya dibuat dari benang sutra. Di dalam pupa atau kepompong ini, ulat lalu akan memulai proses yang menakjubkan untuk berubah menjadi kupu-kupu dewasa. Tahap ini rata-rata akan berlangsung selama dua belas hari.

Pada tahap ini, ulat mulai melepaskan enzim yang akan mencerna hampir semua bagian tubuhnya sendiri. Sehingga, yang tersisa di dalam kepompong hanya berupa semacam cairan yang sangat kaya akan nutrisi yang berguna untuk perkembangan menjadi kupu-kupu. Pada tahap kehidupan ini, ada beberapa fakta menarik yang berhasil diketahui melalui penelitian yang dilakukan di Georgetown University. Penelitian tersebut menemukan bahwa kupu-kupu masih memiliki setidaknya beberapa dari ingatan yang mereka miliki ketika mereka masih berwujud ulat.

Entah bagaimana, neuron yang menyimpan memori ulat dapat berhasil selamat dari proses pencernaan enzim yang mencerna hampir seluruh tubuh ulat. Selain itu, bagaimana neuron ini selanjutnya dimasukkan ke dalam otak kupu-kupu yang berukuran lebih besar dan lebih kompleks dibanding otak ulat masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Selain neuron, ada juga bagian tubuh ulat lainnya yang berhasil selamat dari proses "penghancuran diri" yang dilakukan oleh ulat, yaitu beberapa sel embrio khusus yang dimilikinya.

Sel embrio ini sudah ada sejak awal kehidupan ulat, tetapi mereka akan berhenti tumbuh pada titik tertentu dalam perkembangan ulat dan hanya mulai tubuh lagi bila telah waktunya bagi ulat untuk berubah menjadi kupu-kupu. Setelah waktu tersebut tiba, sel embrio akan menggunakan nutrisi yang berasal dari bagian tubuh ulat yang dicerna dan kemudian membentuk bagian-bagian dari tubuh kupu-kupu. Sel embrio ini juga terdiri dari beberapa jenis yang berbeda, dan sel embrio yang berbeda akan membentuk jaringan tubuh yang berbeda pula. Sebagai contoh, ada sel embrio yang akan membentuk kaki, antena, sayap, organ kupu-kupu dan lain-lain.

Proses metamorfosis dari ulat menjadi kupu-kupu ini membutuhkan jumlah energi yang sangat besar. Hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa berat kupu-kupu dewasa ketika pertama kali muncul hanya sekitar setengah dari berat waktu sekitar 3 hari setelah kepompong terbentuk.

Kupu-Kupu

Setelah proses metamorfosis selesai, kupu-kupu akan menggunakan cairan khusus yang diformulasikan untuk melunakkan kepompong. Kepompong yang melunak akan terlihat transparan, ketika kepompong telah melunak, mereka menggunakan cakar tajam mereka untuk merobek kepompong dan keluar dari sana. Setelah mereka keluar, mereka akan memulai proses pengembangan, pengerasan dan pengeringan sayap mereka dan menyesuaikan diri dengan tubuh baru mereka. Proses ini dapat berlangsung beberapa jam dan saat ini adalah saat ketika kupu-kupu sangat rentan karena mereka tidak dapat terbang dan sama sekali tidak memiliki bentuk pertahanan apa pun.
Lihat Selengkapnya »»  

Sejarah Cermin dan Cara Kerjanya


Sejak sekitar 8.000 tahun yang lalu manusia telah mengenal dan memanfaatkan cermin. Pada kurun waktu itu, manusia memanfaatkan kepingan batu yang mengkilap seperti batu obsidian untuk dijadikan cermin. Salah satu bukti kuat adalah dengan ditemukannya cermin obsidian di daerah Anatolia, Turki, yang diperkirakan dibuat sekitar tahun 6.000 SM. Penemuan cermin dari batu mengkilap lainnya juga didapatkan di Amerika Tengah dan Selatan yang diperkirakan dibuat sekitar tahun 2.000 SM.


Teknologi untuk membuat cermin kemudian berkembang dengan ditemukannya cermin yang terbuat dari tembaga yang mengkilap yang dibuat di Mesopotamia pada 4000 SM dan di Mesir pada tahun 3000 SM. Di China, ditemukan cermin yang terbuat dari perunggu yang diperkirakan dibuat pada tahun 2000 SM.


Cermin kaca berlapis logam diciptakan di Sidon, Lebanon pada abad pertama Masehi. Cermin kaca dengan sandaran dari daun emas juga disebutkan oleh seorang pengarang dari Romawi bernama Pliny dalam buku Natural History miliknya, yang dikarang sekitar tahun 77 M. Orang Romawi juga mengembangkan teknik menciptakan cermin yang kasar dari kaca hembus yang dilapisi dengan timah yang dilelehkan.

Cermin berbentuk parabola seperti cermin cembung dan cermin cekung pertama kali dideskripsikan oleh fisikawan dari Arab bernama Ibnu Sahl pada abad 10 M. Ibnu al-Haytham mendiskusikan cermin cembung dan cekung dalam geometri bola dan tabung, melakukan beberapa percobaan dengan cermin, dan menyelesaikan permasalahan menemukan titik di sebuah cermin cembung dimana sinar yang datang dari satu titik dipantulkan ke titik yang lain. Dan pada abad 11, cermin kaca yang jernih telah diproduksi di Al-Andalus.

Pada awal Abad Renaisans, orang Eropa menyempurnakan metode melapisi kaca yang telah ditemukan sebelumnya dengan menggunakan campuran timah dan raksa. Baik tanggal serta lokasi penemuan itu masih belum diketahui, tapi diperkirakan pada abad ke-16, di Venesia, sebuah kota yang terkenal dengan keahilan membuat kaca, menjadi pusat produksi cermin dengan mempergunakan teknik ini. Cermin kaca dari periode ini dulunya merupakan barang mewah yang amat mahal dan hanya digunakan oleh orang-orang kaya dan kaum bangsawan.


Justus Liebig menemukan cermin kaca pantul seperti yang banyak digunakan sekarang pada tahun 1835. Prosesnya melibatkan pengendapan lapisan perak metalik ke kaca melalui reduksi kimia perak nitrat. Proses melapisi kaca dengan substansi bersifat reflektif (silvering) ini diadaptasi untuk memproduksi cermin secara massal. Saat ini, cermin sering diproduksi dengan mengendapkan aluminium (atau kadang-kadang perak) langsung ke substrat kaca.

Cara Kerja Cermin

Kebanyakan cermin modern terdiri dari lapisan tipis aluminium yang dibalut dengan kepingan kaca. Cermin ini disebut "sepuh belakang" (back silvered), di mana permukaan memantul dilihat melalui kepingan kaca. Pelapisan cermin dengan kaca membuat cermin tahan, tetapi mengurangi kualitas cermin karena tambahan biasan permukaan depan kaca. Cermin seperti ini membalikkan sekitar 80% dari cahaya yang datang. Bagian belakang cermin sering dicat hitam sepenuhnya untuk melindung logam dari pengikisan.

Sementara teleskop dan peralatan optik yang lain, menggunakan cermin "sepuh depan" (front silvered), dimana permukaan pemantul diletakkan di permukaan kaca, yang memberikan kualitas bayangan lebih baik. Kadang-kadang juga digunakanperak, tetapi kebanyakan cermin ini menggunakan aluminum, yang memantulkan gelombang pendek lebih baik dari perak. Cermin sepuh depan memantulkan 90% hingga 95% dari cahaya datang. Karena logam berkarat dengan adanya oksigen dan kelembapan, cermin sepuh depan perlu diganti permukaannya secara berulang untuk mempertahankan kualitas. Cara lain adalah, tentunya, menggunakan tempat vakum untuk menaruh cermin ini.

Lihat Selengkapnya »»  

Arti Warna Sayur Mayur dan Buah-Buahan


Sayur mayur dan buah-buahan merupakan sumber makanan yang kaya akan kandungan gizi, vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat kesehatan tubuh. Buah dan sayuran memiliki berbagai macam aneka warna yang berbeda-beda. Dan tahukah anda bahwa ternyata warna pada buah dan sayuran ini memiliki arti. Warna-warna tersebut menunjukkan kandungan fitonutrien yang terkandung di dalamnya.


Fitonutrien atau kadang disebut fitokimia, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit.

Fungsi fitonutrien bagi tumbuhan adalah menjaganya dari lingkungan sekitar, seperti pemangsa, virus, bakteri dan jamur. Sedangkan fungsi fitonutrien bagi manusia antara lain yaitu untuk menjaga kesehatan jantung, sirkulasi darah, membantu pertumbuhan sel dan fungsi organ tubuh, serta antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas.

Fitonutrien yang terkandung pada buah dan sayuran masing-masing berbeda-beda satu sama lain. Jenis-jenis fitonutrien antara lain Lycopene, Beta-Carotene, Anthocyanidins, Resveratol, Striknin, Skopolamin, Skopoletin, Skoparon, Allicin, dan Lutein. Untuk mendapat semua manfaatnya, disarankan anda untuk mengkonsumsi aneka buah dan sayuran ini dengan berbagai ragamnya setiap hari. Berikut kandungan fitonutrien pada warna buah dan sayur serta manfaatnya bagi kesehatan kita.

Merah


Warna merah pada buah-buahan berarti dalam buah tersebut terdapat kandungan Antosianin dan Lycopene di dalamnya. Antosianin berguna untuk mencegah infeksi dan kanker kandung kemih, sedangkan Lycopene menghambat fungsi kemunduran fisik dan mental agar kita tidak mudah pikun. Selain itu, Lycopene juga mencegah bermacam-macam penyakit kanker. Lycopene juga dikenal sebagai Antioksidan tinggi untuk melindungi tubuh dari serangan virus, infeksi serta dapat mencegah penuaan dini dengan cara melindungi lapisan kolagen yang sangat baik untuk kesehatan kulit dalam tubuh kita.

Sementara sayuran yang berwarna merah seperti terung, kol merah, dan bayam merah. Pigmen pada sayuran jenis ini mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antikanker. Selain itu, kol merah jika disantap mentah ternyata mengandung senyawa fitokimia dan vitamin C dua kali lipat daripada kol putih.

Jingga dan Kuning


Buah dan sayur yang berwarna jingga atau kuning mengandung Beta-Carotene sebagai antioksidan yang bisa mencegah penyakit jantung, kanker kulit dan penuaan dini serta sebagai sumber vitamin C yang membantu tubuh menyerap zat besi untuk mencegah anemia dan rasa letih yang berlebih. Selain itu, sebagian Beta-Carotene yang ada di dalam tubuh berubah menjadi vitamin A yang akan memacu sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh tidak mudah terserang penyakit.

Ungu, Biru dan Hitam


Mengandung Anthocyanidins Resveratol, Striknin, Skopolamin, Skopoletin dan Skoparon yang merupakan senyawa aktif yang dapat menghambat serangan gugup atau kekejangan saraf. Selain Oksidan yang tinggi sayur dan buah warna ungu-biru hitam ini baik untuk memperlancar peredaran darah.

Hijau
Sayur berwarna hijau merupakan sumber kaya Beta-Carotene (provitamin A). Semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak kandungan Beta-Carotenenya. Kandungan Beta-Carotene pada sayuran membantu memperlambat proses penuaan dini mencegah resiko penyakit kanker, meningkatkan fungsi paru-paru dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes.

Selain itu, sayur mayur dan buah-buahan berwarna hijau juga mengandung Lutein, Vitamin dan Mineral yang sangat baik untuk sistem imun atau kekebalan tubuh serta baik untuk mata juga kulit. Vitamin K dalam sayuran hijau juga membantu tubuh menyerap kalsium untuk menjaga kekuatan tulang, juga pertumbuhan kuku dan rambut yang sehat.

Putih


Mengandung Allicin untuk menjaga kesehatan tulang, kesehatan fungsi arteri dan kelancaran peredaran darah. Kandungan serat dan vitamin C dalam buah-buahan berwarna putih juga tinggi. Manfaat langsung serat itu membuat kita nyaman saat buang air besar.
Lihat Selengkapnya »»  

Kenapa Simbol Kedokteran Berupa Ular dan Tongkat?


Jika anda memperhatikan lambang dan simbol yang ada pada logo organisasi yang berhubungan dengan bidang medis, anda akan menemukan gambaran dari seekor ular yang melilit di sebuah tongkat. Bahkan perusahaan farmasi dan rumah sakit juga sering menggunakan simbol yang sama. Padahal, gigitan ular umumnya akan berakibat buruk bagi kesehatan, sehingga hewan tersebut mungkin tampak tidak cocok jika digunakan sebagai simbol dari profesi medis. Ternyata, ada cerita tersendiri di balik mengapa lambang ini dijadikan sebagai lambang profesi medis.

Logo Asclepius IDI

Dalam perkembangannya, ada dua versi dari simbol ular dan tongkat ini. Versi pertama adalah gambar dimana seekor ular melilit di sebatang tongkat, yang disebut sebagai "Rod of Asclepius" atau "tongkat Asclepius". Sedangkan versi kedua menggambarkan dua ekor ular yang saling melilit pada sebuah tongkat dengan sepasang sayap di bagian atas tongkat yang disebut Caduceus atau "Staff of Hermes" atau "tongkat Hermes".

Tongkat Asclepius

Asclepius, menurut mitologi Yunani adalah seorang manusia setengah dewa, putra dari dewa penyembuhan, Apollo dengan seorang ratu manusia bernama Coronis. Asclepius menguasai aspek penyembuhan dari seni pengobatan. Diceritakan bahwa ia mampu memulihkan kesehatan orang yang sakit dan bahkan dikisahkan ia juga dapat menghidupkan kembali orang yang telah mati.

Asclepius kemudian mendirikan semacam kuil untuk pengobatan yang disebut Asclepions (Asclepieia). Orang-orang pun kesana untuk berobat kepada Asclepius. Di kuil ini terdapat banyak sekali ular yang dipelihara sebagai penghormatan bagi dewa penyembuhan. Karena, ular memiliki kemampuan untuk berganti kulit, yang dipandang sebagai simbol kelahiran kembali dan pembaharuan. Selain itu, bisa ular selain dapat menjadi racun yang mematikan juga dianggap dapat menjadi obat yang mujarab.

Dalam satu kisah, Zeus membunuh Asclepius dengan petirnya karena mengganggu tatanan alam dunia dengan menghidupkan kembali orang mati. Sementara versi yang lain menyatakan bahwa Zeus membunuhnya sebagai hukuman karena ia menerima bayaran untuk melakukan kebangkitan orang mati. Setelah dia meninggal, Zeus menempatkan Asclepius di antara bintang-bintang sebagai konstelasi Ophiuchus, atau "pembawa ular". Orang-orang Yunani pun lalu menganggap ular sebagai hewan yang sakral dan menggunakannya dalam ritual penyembuhan untuk menghormati Asclepius.

Tongkat Asclepius dan Tongkat Hermes

Tongkat Hermes

Berbeda dengan tongkat Asclepius, tongkat Hermes dililiti oleh dua ekor ular dan memiliki sepasang sayap di ujungnya. Hermes sendiri sebenarnya tidak pernah secara spesifik dikaitkan dengan ilmu kedokteran. Dalam mitologi Yunani, Hermes adalah dewa pembawa pesan antara dewa dan manusia dan pemandu manusia yang telah meninggal menuju ke dunia bawah. Hermes juga merupakan pelindung dari para pengembara, yang sedikit berhubungan dengan pengobatan, karena pada masa lalu, dokter harus melakukan perjalanan dengan jarak yang sangat jauh dengan berjalan kaki dalam rangka mengunjungi pasien mereka.

Dalam salah kisah mitologi Hermes, ia diberikan tongkat oleh Apollo, sang dewa penyembuhan. Dan dalam versi lain, ia menerima tongkat dari Zeus, raja para dewa, dimana tongkatnya awalnya dililiti denga dua buah pita putih. Pita tersebut kemudian digantikan oleh ular, karena diceritakan bahwa Hermes menggunakan tongkatnya tersebut untuk memisahkan dua ular yang sedang berkelahi, yang kemudian melilit di tongkatnya dan tinggal di sana dalam harmoni yang seimbang.

Lambang kedokteran dengan simbol tongkat Hermes pertama kali digunakan pada tahun 1902 oleh korps kesehatan militer AS. Sejak saat itu ada anggapan bahwa tongkat Hermes sama dengan tongkat Asclepius dan sering digunakan secara rancu sebagai lambang kesehatan. Belakangan kerancuan ini dikaji kembali dan diputuskan bahwa lambang kedokteran yang benar adalah tongkat Asclepius, dan bukannya tongkat Hermes. Namun pada kenyataanya masih banyak organisasi kesehatan yang menggunakan tongkat Hermes sebagai simbolnya. Sedangkan di Indonesia sendiri, berbagai organisasi kesehatan yang ada pada umumnya menggunakan tongkat Asclepius sebagai bagian dari lambangnya. Seperti yang terdapat pada lambang ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Lihat Selengkapnya »»