Minggu, 02 Desember 2012

Pakar: guru harus kuasai empat kompetensi


"Guru harus baik dalam penguasaan empat kriteria tersebut. Kompetensi itu perlu sungguh-sungguh dikuasai tenaga pendidik sehingga dapat mencetak anak didik yang berkualitas,"
Pakar pendidikan Arief Rahman mengatakan guru harus sungguh-sungguh menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi akademis, psikologis, pedagogis, dan sosiologis untuk meningkatkan kualitasnya.

"Guru harus baik dalam penguasaan empat kriteria tersebut. Kompetensi itu perlu sungguh-sungguh dikuasai tenaga pendidik sehingga dapat mencetak anak didik yang berkualitas," kata Arief Rahman yang dihubungi di Jakarta, Kamis.

Menurut Ketua Harian Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO tersebut, kompetensi akademis bisa dilihat dari kemampuan seorang guru apakah mengikuti perkembangan ilmu terkini atau tidak. Perkembangan ilmu selalu dinamis karena dalam waktu singkat selalu muncul perubahan baru.

"Mengikuti perkembangan pengetahuan adalah mutlak karena bisa menyegarkan wawasan guru. Setiap saat selalu ada perubahan ilmu, panduan, serta teori baru."

Selain itu, kata dia, guru harus berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. "Kompetensi sosiologis bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya," ujar dia.

Kompetensi pedagogis, yaitu menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual. Menguasai teori belajar dan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik, dan sebagainya.

"Tenaga pendidik harus bisa memanusiakan manusia serta mengantarkan anak didik pada kesuksesan dan kebahagiaan," katanya.

Ia mengatakan keempat kriteria tersebut bisa dikembangkan melalui pencetakan guru dari lembaga pencetak guru yang dulu namanya IKIP menjadi Universitas.

Di samping memperbaiki keempat kriteria tersebut, para guru juga harus ikut serta dalam pelatihan dan seminar motivasi sehingga mendorong mereka untuk terus berkembang.

"Saya beranggapan bahwa selamanya guru tidak boleh berhenti belajar untuk memperbaiki diri," kata dia.

Sebelumnya Pengamat pendidikan Darmaningtyas menilai, sulitnya peningkatan kualitas guru adalah warisan masa Orde Baru. Pola rekrutmen guru yang salah diteruskan meski sudah memasuki masa reformasi.

"Guru-guru yang dulu itu direkruitnya juga salah. Dalam persyaratan menjadi guru zaman itu adalah guru bersih diri dan bersih lingkungannya, guru yang kritis tidak bisa diterima pada saat itu. Pascareformasi juga sama, banyak guru honorer yang secara otomatis bisa jadi PNS," kata Darmaningtyas di sela workshop "Sarjana Mendidik Pelosok Negeri" di Jakarta, Rabu.

Namun, dia percaya kesalahan rekrutmen itu bisa dibenahi dengan mengikutsertakan mereka dalam training supaya punya wawasan.

"Kalau perlu diikutsertakan seperti Sarjana Mengajar di pelosok, para guru dikirim juga ke daerah tertinggal biar termotivasi dalam mendidik dan mengajarnya," kata dia.

SUMBER
Lihat Selengkapnya »»  

Dunia Islam, Tumbuhan, dan Pengobatan Herbal

obat herbal/ilustrasi--balesehat.com

Ajaran agama untuk menggali ilmu pengetahuan telah mendorong Muslim untuk mengenal banyak ilmu. Segala upaya mereka kerahkan untuk menekuni sebuah, bahkan beragam ilmu. Termasuk, ilmu pengobatan yang menggunakan tumbuhan. 
 
Ketertarikan pada tumbuhan tak hanya melahirkan ahli pengobatan herbal. Namun, juga melahirkan perkembangan menakjubkan di bidang pertanian. Termasuk, teknik baru dalam mengembangkan tanaman, bahkan pembangunan bendungan dan irigasi. 
 
Dari berbagai penelitian yang dilakukan ilmuwan Muslim soal tanaman ini, kemudian lahirlah ilmu tentang pengobatan herbal. Dalam banyak literatur Islam di abad pertengahan, kehidupan tumbuh-tumbuhan erat kaitannya dengan ilmu kedokteran dan agronomi. 
 
Sejak Al-Asma'i yang hidup pada 740 hingga 828, seorang ilmuwan terkenal pada masa kekhalifahan Harun Al-Rasyid menuliskan Kitab al-Nabat wa-'l-Shajar, ilmuwan Muslim tak lagi merasa ragu untuk menggunakan istilah botani. 
 
Bahkan kemudian, para filolog Muslim menggambarkan tanaman secara sistematis. Beragam jenis tumbuhan digolongkan menurut jenisnya. Ada tanaman masuk dalam golongan pohon, bunga, sayur-sayuran, dan semak-semak. Pohon juga dibagi menurut kualitas yang dapat dimakan dari kulit dan biji buah-buahan pohon tersebut.  
►►►

Kemahirannya di bidang pengobatan mengantarnya memasuki gerbang istana. Bergelut dengan ilmu, bukan hal yang asing bagi Abu Da'ud Sulayman bin Hassan, yang akrab dipanggil Ibnu Juljul. Sejak usia dini, ia telah akrab dengan beragam bacaan dan ilmu pengetahuan. Hingga kemudian, ia dikenal di bidang medis dan pengobatan herbal.
 
Bahkan, karya-karya Ibnu Juljul dalam pengobatan herbal, menjadi rujukan banyak ilmuwan lainnya. Ia memang tak hanya mumpuni dalam praktik pengobatan herbal. Namun, ia pun rajin menggerakkan penanya untuk menuangkan buah pemikirannya.

Ibnu Juljul, lahir di Kordoba, Spanyol, pada 994. Sejak masa kanak-kanak, ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan telah tertanam dalam dirinya. Ia banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Saat berusia 10 tahun, ia telah belajar tata bahasa dan tradisi masyarakatnya.
 
Ketika usia Ibnu Juljul beranjak 15 tahun, ia mulai bersentuhan dengan ilmu kedokteran. Padahal, pada masa sekarang, ilmu kedokteran baru dipelajari secara mendalam di bangku kuliah. Tak heran, jika di usianya yang masih belia, ia menguasai ilmu kedokteran.
 
Di sisi lain, Ibnu Juljul juga terampil dalam pengobatan herbal. Dan rupanya, ia memang sejak semula juga sangat tertarik dengan obat-obatan, terutama yang berhubungan dengan herbal, obat alami yang banyak diekstrak dari tumbuh-tumbuhan. Ia juga mendalami farmasi.
 
Kemahirannya di bidang pengobatan mengantarnya memasuki gerbang istana. Menurut situs Muslimheritage, Ibnu Juljul pernah bekerja sebagai dokter pribadi Al-Mu'ayyad Billah Hisyam, seorang khalifah yang berkuasa pada 977 hingga 1009. 
 
Selain mempraktikkan keahlian medisnya, Ibnu Juljul juga banyak menuliskan karya-karya di bidang medis. Tak hanya itu, upaya mendalami ilmu pengobatan terus ia lakukan. Dalam hal ini, ia banyak berbagi pandangan dan berlatih dengan Albucasis.
 
►►►
 
Albucasis merupakan nama tenar Abu al-Qasim Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi. Saat itu, Albucasis adalah dokter bedah ternama di Kordoba. Ia menemukan penyakit hemofilia, di mana penderitanya, jika luka darahnya akan terus mengalir dan sulit membeku. 
 
Dalam kariernya sebagai dokter, Albucasis menulis buku yang sangat terkenal berjudul At-Tasrif liman 'Ajiza 'an at-Ta'lif (Metode Pengobatan). Ibnu Juljul dan Abulcasis tak hanya berbagi pandangan, tetapi juga bersama-sama menuliskan pemikirannya di bidang medis. 
 
Mereka bersama-sama menulis saat masa-masa terakhir kekhalifahan di Andalusia, Spanyol. Di sisi lain, Ibnu Juljul juga menghasilkan karyanya sendiri. Sejarawan terkenal dari Baghdad, Irak, Bin Abi Usaybi'a, menyatakan, Ibnu Juljul menulis buku sejarah pengobatan. Buku itu berjudul Atibba'wa'l Tabaqat al-Hukama . Buku tersebut telah beberapa kali diedit.
 
Ibnu Juljul mengawali tulisan dalam bukunya itu dengan menguraikan tentang riwayat ayahnya yang juga ahli obat-obatan. Pada bab-bab selanjutnya, ia menuliskan para ahli obat-obatan yang sangat terkenal sebagai para pendahulunya di Andalusia.
 
Selain itu, Ibnu Juljul mengungkapkan soal hubungan dan komunikasi yang terjalin antara kekhalifahan di Timur dan Andalusia. Ia pun mengisahkan bagaimana banyaknya para mahasiswa menempuh perjalanan dari tempat yang jauh untuk mencari ilmu pengetahuan.
 
Ibnu Juljul mempelajari ilmu pengobatan herbal yang dilakukan oleh Pedanius Dioscorides, seorang dokter Yunani kuno, ahli farmasi, dan ahli botani. Dioscorides sering bepergian guna mencari bahan-bahan jamu dari seluruh wilayah Romawi dan Yunani.
 
Dia juga menulis lima jilid buku dalam bahasa Yunani asli. Salah satu bukunya yang terkenal berjudul  De Materia Medica (Masalah-masalah yang berhubungan dengan medis). Berdasarkan ajaran dalam buku milik Dioscorides, Ibn Juljul membuat sebuah karya berjudul Maqalah
 
Dalam karyanya itu, Ibnu Juljul menuliskan berbagai macam tumbuhan yang penting bagi obat-obatan, termasuk sifat tumbuh-tumbuhan tersebut. Lalu, dia juga menuliskan efek dari penggunaan tumbuh-tumbuhan itu bagi organ tubuh tertentu. 
 
Tumbuh-tumbuhan untuk herbal yang ditulisnya sebanyak 28 jenis berasal dari India atau yang perjalanannya melalui rute perdagangan India, dua  dari Yaman, dua dari Mesir, satu dari Ceylan, satu dari Khwarizm, dan dua dari kota yang dekat dengan Kordoba.

Dalam bukunya itu, Ibnu Juljul kadang-kadang menuliskan nama orang yang pertama kali menggunakan tumbuhan tersebut untuk pengobatan atau orang yang menceritakan fungsi dan efek penggunaan tumbuhan pada tubuh manusia.
 
Ibnu Juljul, juga membahas tentang batu Bezoar yang dapat digunakan untuk melawan semua racun. Batu tersebut memiliki warna yang kekuning-kuningan dengan garis-garis putih. Selain itu, dia juga pernah membahas soal Ribas.

Mengutip pedagang kepercayaannya, Ibnu Juljul mengungkapkan, Ribas merupakan sejenis sayuran yang rasanya masam. Ribas bisa didapatkan di pegunungan yang tertutup salju. Apa yang diungkapkan dalam bukunya sarat dengan pengalaman dan pengetahuan Ibnu Juljul di bidang medis. 

 
 
►►►
 
Karya Ibnu Juljul tentang pengobatan herbal, dipelajari pula oleh banyak ilmuwan lainnya. Di antara ilmuwan yang mempelajari karya Ibnu Juljul, adalah ahli botani yang bernama Al-Ghafiqi. Ia mengoleksi beragam jenis tumbuhan dari Spanyol maupun Afrika.

Selain itu, Al-Ghafiqi juga membuat catatan yang menggambarkan secara rinci tentang jenis-jenis tumbuhan yang dikoleksinya itu. Bahkan, seorang ahli sejarah dari Barat, George Sarton, mengatakan, Al-Ghafiqi merupakan ahli botani paling cerdas pada masanya.
 
Sejumlah kalangan mengatakan, deskripsi tentang tumbuh-tumbuhan yang dibuat Al-Ghafiqi diakui sebagai karya paling membanggakan yang pernah dibuat seorang Muslim. Karya fenomenal Al-Ghafiqi berjudul Al-Adwiyah al-Mufradah.

Buku milik Al-Ghafiqi, menginspirasi Abdullah Ibnu Ahmad Ibn Al-Baitar atau Ibnu Baitar, untuk meneliti tumbuh-tumbuhan. Ia juga dikenal sebagai salah satu ahli botani sekaligus obat-obatan di Spanyol pada abad pertengahan.
 
Selain terinsipirasi Al-Ghafiqi, Ibnu Baitar juga mengutip empat belas tulisan tentang obat-obatan herbal milik Ibn Juljul. Padahal, Al-Baitar merupakan ahli botani yang hebat. Terbukti, ia mengoleksi dan mencatat 1.400 jenis tanaman obat.
 
Catatan dan koleksi tersebut, Ibnu Baitar peroleh saat ia menjelajahi pesisir Mediteranian dari Spanyol ke Suriah. Salah satu karya Al-Baitar yang paling termasyhur berjudul Al-Mughani-fi al Adwiyah al Mufradah.

Dari banyaknya para ahli botani dan medis yang mengutip karya Ibnu Juljul, menunjukkan bahwa karyanya di bidang pengobatan herbal merupakan karya hebat dan teruji. Karya Ibnu Juljul dianggap sebagai karya yang memiliki nilai tinggi.
 
Bahkan, karya Ibnu Juljul tak hanya menjadi rujukan ilmuwan di wilayah Andalusia, namun juga oleh ilmuwan luar negeri seperti Maroko. Kontribusi Ibnu Juljul di dunia medis, sangat berharga bagi penggunaan tanaman untuk obat, bahkan di dunia modern. 
Lihat Selengkapnya »»  

Alasan Ilmiah dan Hikmah Diharamkannya Darah




Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
 
{ قل لا أجد في ما أوحي إلي محرما على طاعم يطعمه إلا أن يكون ميتة أو دما مسفوحا أو لحم خنزير فإنه رجس أو فسقا أهل لغير الله به فمن اضطر غير باغ ولا عاد فإن ربك غفور رحيم } (الأنعام:145) 
 
”Katakanlah:"Tidaklah aku dapati dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Rabbmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-An’aam: 145
 
Dan al-Qur’an mensifati Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dengan firman-Nya:
 
{ ويحل لهم الطيبات ويحرم عليهم الخبائث } (الأعراف:157) 
 
” ….Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk ..." (QS. Al-A’raaf: 157
 
Ilmu pengetahuan (Sains) telah menetapkan dengan ketetapan yang tidak menyisakan keraguan bahwa darah yang Allah ciptakan dalam daging binatang, membawa bakteri dan keburukan (bahaya) yang banyak.

Dan dari sini kita bisa mengetahui hikmah dan tujuan syari’at dari penyembelihan binatang yang diperintahkan oleh Syari’at Islam sebelum seseorang mengkonsumsi daging hewan tersebut. Hal itu karena dalam penyembelihan terjadi proses pengeluaran darah yang kotor dan berbahaya tersebut. 
 
Dan rahasia dalam pengharaman darah adalah apa yang telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern pada hari ini bahwa darah adalah sarang yang bagus untuk perkembangbiakan bakteri dan pertumbuhannya.

Kemudian lebih dari itu ia tidak mengandung gizi sedikit pun, akan tetapi ia justru menyebabkan gangguan pencernaan, sampai-sampai jika sebagian dari darah tersebut dimasukkan ke dalam perut (lambung) manusia, maka secara langsung lambung akan memuntahkannya, atau darah tersebut akan keluar bersama kotoran dalam bentuk hitam tanpa dicerna (oleh lambung). 
 
Dan semua penelitian ilmiah dalam bidang ini menguatkan (mendukung), bahwa bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh minum darah atau memasaknya adalah sangat besar, dikarenakan bakteri-bakteri yang terkandung dalam darah, terlebih lagi bahwasanya darah -berbeda dengan apa yang dibayangkan - adalah unsur yang sangat miskin (tidak mengandung) gizi, dan bahwasanya kadar protein yang terkandung dalam darah telah bercampur dengan unsur-unsur (zat-zat) yang sangat beracun, dan sangat berbahaya.

Hal yang menjadikan seseorang untuk mengkonsumsinya berada dalam risiko besar, dan menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan. Bahkan yang lebih berbahaya dari itu, darah mengandung unsur-unsur beracun, yang berada di garis terdepannya adalah karbon dioksida, sebuah gas mematikan “mencekik”.


Dan ini menjelaskan juga larangan memakan binatang yang mati tercekik. Hal itu karena binatang yang mati “tercekik” ia tidaklah mati melainkan hanya karena bertumpuknya gas ini (karbondioksida) dalam darahnya yang menyebabkan kematiannya. 
 
Dan apa yang telah kami kemukakan di atas berupa akibat-akibat (efek-efek) yang membahayakan yang ditimbulkan dari pengkonsumsian darah sudah cukup –menurut pandangan saya- untuk mengharamkannya dan untuk pembuatan aturan (hukum) yang melarang untuk mengkonsumsinya. 
 
Masih ada Kami katakan:”Bahwa sesungguhnya Islam telah mentoleransi darah yang sedikit, disebabkan sulitnya seseorang untuk menghindarinya, dan ketiadaan bahaya di dalamnya. Oleh sebab itu darah yang dilarang dalam nash Alquran disifati dengan لمسفوح (darah yang mengucur/mengalir) dalam firman-Nya:
 
 
{ أو دما مسفوحا } 
 
” Atau darah yang mengalir.” (QS. Al-An’aam: 145
 
Hal ini menunjukkan bahwa darah yang terjebak dalam daging (berada dalam daging dan tidakmemancar ketika disembelih) tidak masuk ke dalam larangan ini. Imam ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam hal ini:" Dalam pensyaratan yang ditetapkan oleh Dzat Yang Mahaterpuji ketika menjelaskan kepada hamba-Nya tentang haramnya darah, bahwasanya darah tersebut disyaratkan harus yang mengalir (memancar) adalah bukti yang jelas bahwasanya jika ia tidak tercurah/mengalir (tetap berada di dalam daging setelah proses penyembelihan) hukumnya adalah halal dan tidak najis." 
 
Mahasuci Dzat yang telah mengajarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apa yang tidak beliau ketahui, dan Dia mengabarkan kenikmatan yang diberikan tersebut dengan firman-Nya:
 
 
{ وعلمك ما لم تكن تعلم وكان فضل الله عليك عظيما } (النساء113) 
 
” …Dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan karunia Allah adalah sangat besar atasmu.” (QS. An-Nisaa’: 113
 
Mahasuci Dzat yang telah memuliakan makhluk-Nya ini dengan agama yang benar, jalan lurus, dan cara hidup yang jelas:
 
 
{ قد جاءكم رسولنا يبين لكم كثيرا مما كنتم تخفون من الكتاب ويعفو عن كثير قد جاءكم من الله نور وكتاب مبين } (المائدة:15) 
 
” …Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.” (QS. Al-Maa’idah: 15)
SUMBER
Lihat Selengkapnya »»  

Keajaiban dan Mukjizat Delima, Buah Surga




Tak cuma kurma atau buah tin. Buah delima adalah buah istimewa. Ada keajaiban dan mukjizat di baliknya. Delima adalah buah surga.


Delima, ia adalah buah yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kitab-Nya, dan Dia menjadikannya sebagai buah Surga. Dan ilmu pengetahuan modern telah datang untuk mengungkapkan kepada kita tentang beberapa rahasia yang ada pada buah yang luar biasa ini dan menjelaskan kepada kita manfaat-manfaatnya. 
 
Studi-studi (kajian) modern menjelaskan bahwa delima bermanfaat untuk banyak penyakit, dan di antara penelitian terbaru adalah apa yang diungkapkan oleh para ilmuwan Amerika dan Eropa tentang manfaat buah delima bagi wanita dan ibu hamil. Delima sangat kaya dengan antioksidan, dan kaya juga dengan vitamin-vitamin dan mineral-mineral yang mudah diserap. 
 
Para peneliti menegaskan bahwa mengkonsumsi delima, dengan kadar satu delima setiap hari selama sebulan misalnya, atau lebih akan bermanfaat untuk pengobatan anemia, arthritis (radang sendi) dan rematik, di samping manfaat-manfaat lain yang meluas ke jantung dan arteri, yang mana ia mengobati pengerasan pembuluh darah dan mencegah stroke dengan berbagai macam jenisnya. 
 
Di sana ada studi lain yang menegaskan bahwa delima melindungi seseorang dari penyakit kanker, dan ia adalah kebutuhan yang mendesak bagi balita, wanita menyusui, orang dewasa dan anak kecil. Dan mungkin dari sini kita mengetahui, kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan buah ini dalam kitab-Nya yang agung, Dia berfirman:
 
(فِيهِمَا فَاكِهَةٌ وَنَخْلٌ وَرُمَّانٌ * فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ) [الرحمن: 68-69[ 
 
“Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan, dan (lebih khusus ada) kurma dan delima. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”(QS. Ar-Rahman: 68-69
 
Sesungguhnya manfaat-manfaat medis yang Allah simpan di dalam buah ini menunjukkan akan pentingnya buah ini, dan bukan berarti bahwa para penghuni Surga memerlukan untuk pengobatan!

Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan buah ini dan menjadikan di dalamnya obat bagi penghuni Dunia ini, dan menjadikan di dalamnya kelezatan dan kenikmatan bagi penghuni Akhirat (Surga). Wallahu A’lam. 



Khasiat Buah Delima Bagi Tubuh
Buah delima sebenarnya sudah terkenal memiliki banyak khasiat sejak dulu kala, sehingga buah yang diperkirakan berasal dari Iran ini kemudian berkembang pembudi dayaannya di Timur Tengah, Arab Saudi, Afghanistan, India hingga Asia Tenggara termasuk Indonesia. 

Bahkan karena kemansyuran manfaatnya, buah delima berkembang pesat di tanah Prancis dengan sebutan pome garnete yang berarti apel berbiji karena sebuah delima mampu memiliki 800 biji didalamnya, yang selanjutnya di adaptasi oleh orang Amerika dengan sebutan pomegranate.
 
Di Indonesia sendiri, buah delima sudah termasuk jarang dikonsumsi masyarakat dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. Bahkan tidak jarang masyarakat baru mengetahui manfaat buah delima dari sebuah iklan produk minuman adaptasi luar, hasil ekstraksi pomegranate yang tak lain dan tak bukan adalah buah delima itu sendiri.
 
Buah delima di Indonesia sebenarnya telah menjadi bagian dari budaya dengan memasukkan buah delima sebagai salah satu buah yang harus ada dalam perayaan 7 bulanan suku Jawa maupun saat Imlek bagi suku Cina Indonesia. Namun sayangnya pemahaman lebih lanjut mengenai khasiat dari buah delima masih belum dimanfaatkan secara optimal.
 
Selain dimakan langsung, buah delima juga dapat di minum sebagai jus untuk kesehatan mulut, tenggorokan, usus, tulang, kulit bahkan suara. Dengan memakan buah delima secara perlahan mampu menjernihkan suara serak dan menghindarkan kekeringan pada tenggorokan.
 
Selain kandungan vitamin A, C dan E, dan asam folik yang sudah terkenal manfaatnya.
Lihat Selengkapnya »»